***
Ada banyak yang berubah ketika Raiden memperhatikan Irene secara seksama, kegiatan yang dia lakukan secara sembunyi-sembunyi tersebut.
Panjang rambut Irene sudah melebihi dada, riasan di wajah kini terlihat di wajah yang dulu polos tanpa riasan apapun. Yang mencuri perhatian Raiden adanya dua tindik di telinga bagian atas Irene, di tindikan tersebut ada anting perak yang terpasang. Dilihatnya jaket kulit hitam, mirip dengan yang Raiden kenakan sekarang.
Makin senang Raiden dibuatnya, mereka berdua terlihat seperti pasangan!
Nyaris dua tahun dia tidak melihat Irene, kesempatan ini jelas tidak akan datang dua kali.
Setelah bertabrakan dan nyaris tidak mengenali satu sama lain, Irene kemudian mengajak Raiden makan di Pepper Lunch's, salah satu restoran di Pakuwon City Mall. Kebetulan hari itu pengunjung restoran tersebut sedang sepi, jadi hanya mereka berdua yang duduk di pojokan, agak tertutup dari tiga pengunjung yang lain.
"Kabar kamu gimana?" tanya dari Irene sempat membuat Raiden terbatuk ketika meminum air mineral di botol. Kaget sekali dia bisa mendengar suara lembut Irene mengalun di telinganya.
Dua tahun, bayangkan perasaan Raiden. Kalau laki-laki itu tidak tahu malu, mungkin sedari tadi dia sudah selebrasi di depan semua orang.
Raiden berdeham sebentar, menyembunyikan kegugupannya,
"Kabarku baik. Sendirinya gimana, kuliah lancar aja?"
Irene mengangguk, "Aku lagi libur kuliah, baru sampai di Indonesia kemarin sore."
"Loh, kuliah di luar negeri berarti? Dimana, di universitas London yang lu ceritain dulu?"
Raiden sempat termangu, baru saja laki-laki itu mengungkit cerita mereka ketika pacaran. Memerah telinga Raiden langsung, laki-laki itu pasti ketahuan karena mengingat detail hal-hal yang sering Irene ceritakan.
Irene tersenyum, kemudian menggeleng,
"Bukan. Aku di Swiss."
"Sama Calvin?"
Entah kenapa nama laki-laki itu tiba-tiba saja keluar dari mulut Raiden, percayalah, Raiden sedang mengutuk dirinya sendiri karena mengungkit nama tersebut di depan Irene.
"Iya, sama Calvin." Irene sempat gugup, untung saja salah satu pesanan mereka datang, membuat Irene sempat berdeham sebentar, "Kamu sendiri, kuliah di Surabaya atau Bandung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain Killers
Teen Fiction[EDITED] Raiden adalah enigma, segala macam tindak tanduknya selama ini tidak bisa dimengerti sampai sekarang. Sedangkan Irene adalah penyembuh, semacam obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa sakit yang telah lama bercokol dalam kepala. Namun, sela...