Jangan Jatuh Cinta

45 9 2
                                    

Semakin hari kesembuhan pada kakinya mulai pulih. Kini Hezel sudah tak lagi memakai tongkat untuk membantunya berjalan.

"Wuih udah mulai bisa balap lagi nih" Ucap Jerome.

"Motor udah di sita jangan sampai atm gua disita juga sama ortu gua" Balas Hezel.

"Bukannya lo ada motor vespa?" Tanya Jerry.

"Terus lo mau nyuruh gua balap pake motor vespa?" Mereka pun tertawa mendengar balasan ucapan Hezel.

Mereka berjalan menuju kelas mereka.

"Gimana drama lo?" Tanya Reyyan.

"Ya gitu-gitu aja"

"Emang lo bisa ngafalin? Lo ngafalin rumus fisika aja ngot-ngotan" Sahut Jerry.

"Meragukan gua lo!"

"Kenyataan bro! Sampe pengang kuping gua pas lo lagi kesel gak bisa ngerjain soal fisika" Balas Jerry.

"Lagi, tumben banget lo belajar? Semenjak kecelakaan waktu itu lo jadi beda" Ucap Jerome.

"Lo dituntut sama orang tua lo? Bukannya lo udah biasa ngebantah kan?" Ucap Reyyan.

Hezel menghela nafasnya ia melirik teman-temannya. Kini mereka terdiam di depan loker kelas Reyyan.

"Awalnya gua emang dituntut sama orang tua gua tapi semakin kesini gua makin nyaman sama apa yang disuruh orang tua gua. Lo tau kan, gua gak punya kejelasan buat kedepannya sehabis gua lulus SMA? Gua bukan Reyyan yang rajin belajar walaupun tingkah berandalan, gua bukan Jerome yang pasrah sama bokapnya buat jalanin perusahaan, gua bukan Jerry yang sudah punya mimpi buat jadi atlit ice skating" Ketiga sahabatnya terdiam mendengar cerita Hezel.

Kedua matanya menatap langit-langit koridor sekolah kemudian ia menatap siswa dan siswi berjalan melewati koridor. Namun ketika kedua matanya menangkap seorang gadis di kejauhan sana dengan sweater kegemarannya ia tersenyum tipis.

"Gua sekarang punya impian" Ketiga sahabatnya menatap Hezel "Gua mau jadi kayak nyokap gua, gua mau jadi dokter tanpa di tuntut"

"Bukannya lo gak mau?" Tanya Jerry.

"Awalnya but being a be doctor, sounds good!" Hezel tersenyum kemudian ia menepuk pundak Jerry kemudian pergi menuju kelasnya bersamaan dengan bunyi bel sekolah.

***

Sehabis pulang sekolah Galena menghabiskan waktunya untuk membaca buku novel yang sudah ia baca setengah di depan halaman rumah.

Lingkungan rumah Galena sangat asri, banyak tanaman bunga, tanaman buah-buahan, pepohonan serta ada satu kucing persia dengan kalung loncengnya.

Sebuah motor vespa datang dan terparkir di depan pagar besi miliknya. Ketika orang itu membuka helm Galena terkejut. Ia menaruh buku diatas meja kemudian berjalan menghampiri Hezel.

"Hai!" Sapa Hezel melihat Galena sedang membuka pagar.

"Hai, kok lo bisa tau rumah gue?"

"Punya banyak teman kalau gak digunain bukannya jadi sia-siakan?" Galena tertawa kemudian ia menyuruh Hezel masuk.

Setelah Galena mengantar Hezel pulang. Pemuda itu menjadi sangat ramah entah kenapa. Walaupun Hezel masih meminimkan interaksi di sekolah, tapi ketika di luar mereka suka bercengkrama sambil menunggu Hezel di jemput atau mereka pulang bersama dengan mobil Galena.

Mereka duduk di kursi sewaktu Galena duduk tadi.

"Lagi baca novel?" Hazel mengambil novel itu. Novel berjudul The School for Good and Evil.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang