Hukuman Hezel

36 8 3
                                    

Sore ini Galena akan melakukan latihan paduan suara. Satu-satunya ekskul yang ia ikuti.

"Hari ini ibu mau menyampaikan kalau group kita akan mengikuti paduan suara antar sekolah. Dan ibu sudah memilihnya, nama yang ibu sebutkan kalian duduk di kursi sebelah sana" Tunjuk ibu guru ke sebuah kursi yang sudah disiapkan.

"Viona, Ronald, Galena, Raisha, Valley, Cameron, Illy, Yona, Alisya..."

Mereka semua berpindah tempat duduk termasuk Galena yang sudah di sebutkan namanya tadi.

Setelah disebutkan nama-nama mereka, ibu guru menghampiri mereka.

"Ibu harap kalian siap untuk berlomba. Sebagaimana dari beberapa kalian sudah kelas 3. Perlombaan ini sebagai ajang perpisahan kalian sebelum ujian menanti."

***

Hezel baru saja pulang dari sekolah. Ia masuk kedalam rumah besar dan mewahnya. Beberapa maid berjalan mondar mandir mempersiapkan makan malam keluarganya.

Seorang wanita datang dengan senyuman cerianya. Ia menghampiri Hezel dan memeluk sang anak.

"Anak mommy sudah pulang akhirnya"

Hezel tersenyum "Mommy tumben udah pulang?"

"Yeee, mommy sibuk protes ini gak sibuk juga protes?"

"Bukan protes mom tapi aku heran aja"

Mommy terkekeh "Iya-iya mommy cuman bercanda aja. Kebetulan mommy cuman check up pasien rawat inap aja" Hezel mengangguk kepalanya.

"Yaudah sana mandi terus istirahat nanti kalau kakak sama daddy udah pulang mommy panggil buat makan malam" Hezel mengangguk.

"Okey mom!" Kemudian Hezel pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Hezel merupakan anak kedua dari dua saudara. Kakaknya bernama Trion yang merupakan seorang karyawan di kantor keluarganya. Pasti kalian bingung kenapa Trion yang merupakan anak dari CEO perusahaan elektronik terbesar harus bekerja menjadi seorang karyawan bukan langsung menjadi CEO menggantikan daddy.

Karena daddy mengajarkan anak-anaknya untuk merasakan perjalanan dari bawah terlebih dulu sebelum merasakan kepimpinannya. Trion pun yang memang sudah hidup sederhana semenjak kuliah biasa saja dan menerima dengan senang hati. Bahkan ia tidak berharap menjadi penerus perusahaan tapi ia adalah anak pertama mau tidak mau Trion harus menuruti keingan sang daddy.

Lalu Hezel, pemuda berumur 17 tahun yang sebentar lagi berumur 18 tahun di tahun ini akan menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas. Rata-rata siswa di kelas akhir mereka akan memikirkan kehidupan mereka selanjutnya. Apakah mereka mau bekerja meneruskan perusahaan keluarga mereka atau kuliah? Kalau kuliah pun mau mengambil jurusan apa? Tapi Hezel tidak memikirkan itu. Ia masih hidup dibungkus dengan kesenangan dan kehidupan remajanya. Bisa dibilang Hezel menolak dewasa.

Trion dan Hezel memiliki orang tua dengan background berbeda. Daddy merupakan seorang pembisnis bahkan keluar besarnya merupakan pembisinis. Sementata mommy merupakan seorang dokter dan keluarga besarnya pun dokter semua. Trion sudah masuk ke lingkup daddy meneruskan bisnis. Mommy berharap sedikit kepada Hezel untuk mengikuti jejaknya sebagai tenaga kesehatan walaupun sedikit peluangnya melihat perilaku dan kehidupan Hezel yang berantakan.

Tapi tidak ada salahnya berdoa dan berharap untuk sang anak agar bisa menjadi dirinya. Tidak perlu menjadi dokter syaraf, yang penting dokter memiliki gelas S. Ked saja ia sudah senang.

Kini meja makan sudah terdengar dentingan garpu dan sendok makan bersentuhan dengan piring.

"Bagaimana sekolah kamu zel?" Tanya daddy.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang