Khaotung sedang sibuk dengan ponselnya saat First memeluknya dari belakang. Ia menoleh, tersenyum kecil kemudian kembali sibuk dengan ponselnya, memotret pemandangan yang terlihat dari jendela hotel.
Jepang sedang musim dingin dan melihat salju-salju yang berjatuhan membuat Khaotung senang.
"Kau tidak lelah?" Tanya First, mencium kecil leher Khaotung beberapa kali.
"Lelah, tapi pemandangan disini bagus sekali."
"Happy?"
"Happy," Jawab Khaotung. "Kata Perth mereka mau istirahat dulu soalnya Chimon sudah tidur. Paling nanti malam kita ketemu lagi sembari cari makan malam."
"Kau tidak mau tidur dulu? Istirahat sebentar."
"Aku memang berencana tidur siang sebentar." Khaotung tersenyum, beranjak menaiki kasur dan merebahkan tubuhnya.
Menyusul, First menarik selimut hingga sepinggang. Ia memeluk Khao, menatap wajah kekasihnya yang terlihat sedikit memerah.
"Tadi Berry menelponku, dia minta maaf karena Prim menamparku. Dia baru tau dari Neo. Tadinya dia mau menghampiri kita di apartemen, tapi pas tau kalau kita sedang liburan dia mengurungkan niatnya. Tapi dia bilang nanti kalau kita sudah pulang dia mau traktir kita makan bingsu."
"Iya, dia juga menelponku. Dia minta maaf berkali-kali. Dia pikir kita marah. Aku memang marah dengan Prim, tapi kalau Berry tidak tau apa-apa ya kenapa aku harus marah ke Berry kan?" Khaotung mendekatkan dirinya, mengusak wajahnya ke dada First.
"Aku tadi sudah cari-cari di google, ada satu toko baju yang bagus sekali dan aksesorisnya lengkap. Nanti kita kesitu ya?" First mencium dahi Khaotung.
"Kau mau belikan aku apa?"
"Apapun, kau bebas memilih."
"Serius?" Tanya Khaotung.
"Serius, sayang." First terkekeh kecil, mengusap pipi Khaotung dan menatap mata kekasihnya.
Mata cantik itu...
First selalu bersyukur bisa memandang mata yang selalu menatapnya hangat itu. Setiap kali dia lelah menghadapi dunia, First selalu menemukan mata itu menenangkan dan meringankan semua beban di hidupnya.
Khaotung sangat berharga dan First tidak mau menukarnya dengan apapun.
Dia rela melepas banyak hal agar bisa memiliki Khaotung dan dia rela melepaskan banyak hal lagi jika itu hal yang harus ia tukarkan agar Khaotung bisa bertahan di sampingnya dalam waktu lama.
"Memikirkan apa?" Tanya Khaotung lembut, membuat sebuah senyuman secara otomatis terukir di wajah First.
Suara Khaotung saja sudah bisa membuat hatinya bergetar.
Lembut, penuh perhatian dan terdengar sangat tulus setiap kali mengungkapkan sesuatu.
"Sedang bersyukur,"
"Untuk?"
"Memilikimu." First mendekatkan wajahnya sehingga jarak di antara wajah mereka mengecil. Jemari panjang First tidak berhenti, kali ini pindah ke tengkuk Khaotung, mengusapnya penuh kasih.
"Manis sekali mulutnya." Khaotung terkekeh, menyembunyikan rona merah yang ia tahu pasti bisa di lihat First dengan sangat jelas.
"Aku serius. Aku bersyukur sekali bisa punya pacar seperti Khaotung." First berujar serius.
Khaotung mengulum senyum, menahan debaran di dadanya yang tidak terelakkan.
First mode serius selalu membuatnya merinding, dalam artian bagus.
![](https://img.wattpad.com/cover/362581165-288-k545105.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LATIBULE (FIRTSKHAO KHAOFIRST)
FanfictionLatibule bisa di artikan sebagai sebuah tempat persembunyian yang aman dan nyaman dan itu First temukan pada sosok Khaotung. Khaotung, seseorang yang membolak-balikkan dunia First sejak di malam pertama mereka bertemu. Apapun akan First lakukan untu...