Yours

362 34 23
                                    



Suasana di ruangan itu terlihat sangat suram. Tidak ada yang berbicara sejak tadi dan yang terdengar hanya helaan nafas berat dari dua orang yang sedang duduk di pinggir tempat tidur.

First menatap Khaotung yang masih mengobati luka-luka di tubuhnya karena serangan Berry. Mata Khaotung terlihat membengkak, wajahnya sembab sekali dan bibirnya terluka, Khaotung pasti menggigit bibirnya tadi untuk menahan emosi.

Luka-luka di tubuh First tidak seberapa, hanya sedikit biru di beberapa bagian dan ada luka cakaran karena kuku Berry memang cukup panjang.

Berry sendiri tadi di antar pulang oleh Perth. Anak itu hanya diam setelah puas menangis. Tidak mengatakan sepatah katapun ketika selesai dengan tangisannya dan tidak memberontak sama sekali ketika Perth mengajaknya beranjak dari rumah Khaotung.

"Maafkan aku," First berujar lirih. Khaotung hanya tersenyum lirih.

"Ini salah kita berdua."

"Pasti berat untukmu." First mengelus pipi Khaotung dan airmata Khaotung tanpa bisa di cegah kembali jatuh.

"Aku siap menerima konsekuensinya. Aku sudah membohongi diriku sendiri bertahun-tahun. Aku tidak pernah bahagia kecuali ketika berdua dengan Mama. Tapi semenjak ada kau, aku mulai hidup dan bisa merasakan bahagia. Aku mau itu, First."

"Iya, aku usahakan." First menghapus airmata Khaotung. Khaotung menyusun obat lukanya, menatap First sendu.

"Aku selalu trauma dengan laki-laki dan membenci diriku. Dari kecil aku melihat Papa menyiksa Mama semenjak Papa di pecat dari pekerjaannya. Papa selalu menyakiti Mama, membuat Mama selalu menangis. Mama di paksa bekerja, uangnya untuk membayar tagihan dan biaya makan. Mama menjual barang-barangnya agar aku tetap bisa sekolah tapi Papa sibuk mabuk dan tidak mau bekerja lagi. Sampai di suatu waktu.." Khaotung tercekat. First menggenggam tangannya, mengelusnya pelan, mencoba menenangkan.

"Pelan-pelan saja ya.."

"Ketika Mama lembur, Papa pulang dalam keadaan mabuk. Papa mendobrak masuk ke kamarku dan..." Khaotung menggigit bibir bawahnya. "Dia menyetubuhiku secara paksa."

"Khao.." First membelalak tidak percaya.

"Itu awal mula Papa mulai menyiksaku. Sejak malam itu dia selalu melecehkanku selama satu tahun lamanya. Aku tidak berani bilang ke Mama karena aku takut. Papa mengancam akan membunuh Mama jika dia tau. Selama melakukannya, aku seringkali di ikat, di pukul bahkan dia tidak berhenti jika aku berdarah. Aku sering kabur dari rumah dan akhirnya bertemu dengan Perth di taman. Kami berteman sejak saat itu dan aku sering menginap di rumahnya untuk menghindari Papa dan agar Mama tidak melihat luka di tubuhku. Akhirnya itu semua diketahui Mama karena Ibu Perth mengadu pada Mama. Sejak saat itu aku benar-benar menutup diriku. Aku tidak bisa berteman dengan laki-laki manapun kecuali Perth. Aku sempat menjauh dari Perth karena dia memiliki banyak teman dan suka berkumpul. Perth tidak pernah meninggalkanku, dia selalu mengajakku namun aku menolak. Dia mengerti, dia selalu datang dan akhirnya aku memberanikan diri ke tempatnya saat dia bilang dia satu apartemen dengan teman yang jarang di kamar."

First memeluk Khaotung, mereka menangis bersama dan First tidak bisa mengekspresikan perasaan yang ada di dadanya.

Benci, kesal, marah, sedih, kasihan, semuanya menjadi satu.

Itu kah alasan Khaotung tidak pernah mau tidur lagi dengan orang lain? Lalu kenapa mereka bisa melakukannya bahkan hingga detik ini?

Benarkah kehadiran First bisa mengubah Khaotung perlahan?

Seberapa besar trauma Khaotung ke pria? Kenapa Ayah kandungnya tega menyetubuhi anak laki-lakinya sendiri? First benar-benar tidak habis pikir. Ia mengepalkan tangannya, benci dengan fakta Khaotung yang harus memiliki luka sedalam itu.

LATIBULE (FIRTSKHAO KHAOFIRST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang