Avalanche

489 43 11
                                    

Gila.

Rasanya seperti terbakar namun memuaskan.

Peluh berjatuhan di dahi seolah olah dinginnya AC tidak memberi pengaruh sama sekali.

Tangan Khaotung meraih tengkuk First, menariknya dan menciumnya sedikit brutal. Ia mendesah pelan, terengah dan melepaskan pagutan mereka.

First menatap Khaotung penuh rasa damba. Ini berbeda dari kemarin ketika Khaotung mabuk.

Lihat bagaimana wajah putih mulus itu menahan nikmat. Matanya terpejam, sebuah senyum puas terukir dengan indahnya.

Sialan.

Khaotung seksi dan indah sekali.

Sementara itu Khaotung seperti merasa di surga. Rasanya nikmat dan menenangkan berada di bawah kukungan First yang ia akui sangat lihai dalam bercinta. Tempo mereka teratur dan kadang tidak jika Khaotung balas menatap First penuh goda.

Tidak pernah terpikirkan oleh Khaotung rasanya bisa senikmat ini.

Karena First memperlakukannya dengan lembut, tidak egois dan bahkan mereka kadang bergantian. First tidak keberatan sama sekali meski Khaotung nyatanya lebih suka terbaring pasrah di bawahnya. Khaotung lebih suka melihat First dari bawah, menarik rambutnya, mengelus pipinya atau bahkan menggodanya dengan ekspresi wajah yang sudah di pastikan membuat First menggila.

"Aku keluar," First mempercepat tempo gerakannya membuat Khaotung tidak bisa menahan suara.

Dan saat puncak itu datang, Khaotung menatap ekspresi First yang terlihat sangat menggairahkan.

"Gila," First membuka matanya, menatap Khaotung dan mencium dahinya pelan. "Terimakasih."

"Hmm,"

First beranjak, mengambil tisu, membersihkan cariannya di tubuh Khaotung dan beranjak ke kamar mandi, membersihkan diri.

Sementara itu Khaotung menarik nafas, menunggu giliran membersihkan diri.

Dia puas.

Sangat teramat puas.


.

.


.

.



Perth tersenyum miring saat melihat Khaotung keluar dari kamar. Ia melemparkan botol air mineral yang baru saja ia ambil dari kulkas, di tangkap sempurna oleh Khaotung yang langsung mendudukkan diri di atas sofa.

"Malam yang panas ya?"

"Diam,"

Perth terkekeh, mengambil tempat di samping Khaotung, menghidupkan TV.

"First mana?"

"Mengerjakan tugas dulu." Khaotung menyenderkan kepalanya ke kepala sofa, menghela nafas panjang. "First sering tidur dengan orang lain?"

"Tidak. Dia terlalu sibuk ini itu dan tidak terlalu fokus dengan masalah ini. Ya paling kalau sedang jenuh atau saat kami ke club. Dia cukup pemilih dalam memilih teman tidur."

"Hmm.."

"Tapi dia oke kan? Maksudku, kau tidak merasakan hal buruk kan?"

"Dia hebat, harus ku akui." Khaotung tersenyum kecil. "Dia punya pacar?"

"Kenapa tidak kau tanya langsung saja?"

"Jawab, Perth."

"Tidak punya, sudah lama dia sendiri. Dia tidak suka terikat dengan hubungan kecuali dia yang menginginkannya lebih dulu. Saranku, berhati-hatilah, dia orang yang penuh cinta dan perhatian. Chimon bahkan sempat tertarik dengannya dulu."

LATIBULE (FIRTSKHAO KHAOFIRST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang