Chaos

300 36 9
                                    




Dari awal hubungan mereka, Berry tau persis jika Khaotung hanya terpaksa. Dari awal, Khaotung terlalu jujur dengan perasaannya dan memang tidak mencoba mencintai Berry meski hanya sekali. Tidak pernah meski Berry sudah memohon dan menyakiti dirinya sendiri.

Memang, mereka masih berkencan, pergi berdua, makan malam bersama, tapi tidak ada canda tawa di dalamnya.

Hambar.

Hambar sekali.

Berry juga tau, tidak ada bagusnya memaksakan semuanya, tapi dia benar-benar mencintai Khaotung dan hanya ingin Khaotung di hidupnya. Jika tidak bisa mendapatkan cinta tapi bisa bersama-sama, Berry rasa dia tidak akan keberatan.

Selama ini, tidak ada orang lain di hubungan mereka. Khaotung hanya sibuk menghabiskan waktu dengan Perth dan akhir-akhir ini dia jadi bergabung dengan teman-teman Perth yang lain. Ntah kenapa. Padahal dulu dia sangat anti kumpul-kumpul begitu dan hanya akan ke club berdua saja dengan Perth atau bahkan sendirian.

Bukan tidak pernah mencoba, bahkan sudah sering sekali Berry mengajak Khaotung berbicara namun jawabannya selalu nihil. Khaotung benar-benar berjarak dan memainkan peran sebagai pacar seperlunya.

Khaotung tidak peduli jika dia sakit.

Jika dia menangis.

Bahkan ketika Berry kehilangan anjing kesayangannya.

Khaotung hanya diam, berdiri di sampingnya dan pergi ketika di rasa Berry sudah tenang.

Apa yang di pertahankan dari hubungan mereka kan?

Benar, hanya eksistensi Khaotung saja. Keberadaan Khaotung di sampingnya membuat Berry tenang dan dia suka itu. Meski tak banyak bicara, tapi menghabiskan waktu dengan Khaotung tidak pernah membuat dia bosan sekalipun. Walau menyakitkan, tapi bisa bersama dengan Khaotung adalah hal yang paling Berry gemari.

Jadi, ketika teman-temannya mulai mengeluarkan spekulasi tidak masuk akal untuk kesekian kalinya, Berry tidak ambil pusing. Toh kemarin Khaotung mulai sedikit melunak. Mereka menghabiskan waktu seharian untuk kencan dan itu membuat Berry merasa bahagia sekali.

Berry menutup telinganya, benar-benar tidak peduli dengan perkataan orang sekitarnya tentang Khaotung. Bahkan jika itu harus menurunkan harga dirinya di mata orang-orang, demi Khaotung akan dia lakukan.

"Lihat ini," Berry mengambil foto-foto yang di sodorkan Prim.

"Apa ini?"

"Lihat saja." Prim mendesaknya. Berry melihat foto-foto di tangannya dan membelalak tidak percaya. "Sudah ku bilang, pasti ada orang lain di hubungan kalian. Tapi sayangnya kali ini bukan perempuan, Berry."

Berry terdiam.

Tangannya bergetar, foto-foto di tangannya berjatuhan kecuali satu foto yang di pandangnya lekat-lekat, tak percaya. Matanya berair, wajahnya memerah.

Dari semua kemungkinan yang menyakitkan....

Di selingkuhi dengan pria lain terdengar lebih mengecewakan.

"Kau dapat darimana Prim?"

"Aku mengikuti mereka beberapa kali. Aku merasa tidak ada yang beres sejak kau bilang Khaotung sering menginap di Perth. Aku mengikuti mereka saat mereka kencan, tepat saat dimana kau cerita kalau Khaotung membatalkan janjinya untuk menemanimu pergi ke Rumah Sakit. Aku mengikuti mereka di mall dan saat mereka berhenti di parkiran apartemen Perth. Kau sudah lihat fotonya kan? Yang ku lihat dengan mataku lebih parah."

Berry tidak kuasa menahan isakannya. Ia menangis tersedu-sedu, memukul dadanya.

Rasanya hancur sekali.

LATIBULE (FIRTSKHAO KHAOFIRST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang