"Khao.."
"Khao.."
"Khao.."
"Khao.."
Perth memijat kepalanya, pusing. Sudah hampir dua bulan ini dunia First isinya hanya Khaotung, Khaotung dan Khaotung.
Benar memang, tidak ada yang berubah dari kegiatannya. First masih setia sibuk melakukan banyak hal seperti biasa. Bedanya, sekarang apapun yang dia lakukan, di sela-sela sibuknya, dia selalu menyebut Khao, Khao dan Khao.
Masak? Dia ingat Khaotung.
"Ini bekal untuk Khaotung, titip ya."
Beli barang? Dia ingat Khaotung.
"Sepertinya kalau ini di pakai Khaotung lucu, aku beli."
Dengar musik? Ingatnya Khaotung.
"Ini lagu menggambarkan Khaotung sekali ya Perth?"
Bahkan membuat pesanan kue pun,yang dia pikirkan di otaknya itu juga Khaotung.
"Khaotung suka sekali makanan ini. Aku buat lebih, nanti tolong kasih kalau dia kesini ya."
Bingung. Mereka itu bukan sepasang kekasih tapi effort keduanya sudah lebih-lebih dari yang pacaran. Perth saja kadang tidak se effort itu ke Chimon.
Kalau Khaotung, meski tidak terlalu kelihatan tapi dia juga sama saja seperti First.
Ikut bayar bulanan apartemen dengan alasan sering main PS disana, padahal akhir-akhir ini mereka jarang bermain PS karena Khaotung sibuk menempel dengan First. Selelahnya dia pulang kuliah, dia akan menyempatkan diri menampilkan wajah disana, sekedar melihat First lima menit juga dia sudah tenang. Sering sekali beli ini itu lalu membuangnya ke First dengan alasan tidak muat, tidak terpakai, salah beli, beda dengan gambar yang dia mau dan banyak alasan tidak masuk akal lainnya.
Sekarang? First demam tinggi karena kelelahan. Perth dan Chimon sudah bawa ke rumah sakit tadi, sudah menebus obat juga tapi ternyata obat yang di butuhkan First cuma Khaotung. Chimon ada kelas jadi dia kuliah sementara Perth, karena tidak ada kelas, mengurus First.
Demamnya cukup tinggi, 39 derajat.
Itu juga salah First sendiri sebenarnya. Perth sudah berulang kali menyuruh temannya itu untuk berhenti dari kerja part time agar punya waktu istirahat tapi dia tidak mau mendengarkan. Kemarin dia lembur, pulang hujan-hujanan naik motor karena mantel hujannya tertinggal di rumah. Ceroboh.
"Perth.."
"Iya, aku telpon Khao. Kau tidur dulu, nanti kau bangun juga bocah itu sudah disini." Perth beranjak keluar kamar, mengambil ponselnya di ruang tengah dan mencoba menelpon Khao.
Tiga panggilan tertolak.
Mode bulan sialan.
Nekat, dia mencoba menelpon Berry. Siapa tau saja mereka sedang bersama.
"Halo, Perth. Ada apa?"
"Khaotung disitu? Aku telpon tidak di angkat."
"Dia sedang menyetir."
"Tolong nanti bilang cek pesanku, penting."
"Iya nanti aku sampaikan ya."
"Terima kasih, Berry."
Tutt.. tutt..
Perth dengan cepat membuka sosial medianya, mencari akun Berry dan melihat update story gadis itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/362581165-288-k545105.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LATIBULE (FIRTSKHAO KHAOFIRST)
FanfictionLatibule bisa di artikan sebagai sebuah tempat persembunyian yang aman dan nyaman dan itu First temukan pada sosok Khaotung. Khaotung, seseorang yang membolak-balikkan dunia First sejak di malam pertama mereka bertemu. Apapun akan First lakukan untu...