8. MANGSA

788 61 3
                                    

HUANG JUN JIE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HUANG JUN JIE

Masa SMA adalah masa peralihan remaja menuju dewasa awal. Masa pencarian jati diri dan hasrat untuk membuktikan diri. Masa yang dipercaya orang-orang sebagai salah satu masa indah dalam hidup.

Aku selalu menantikan masa-masa SMA ketika aku belum berada di tempat ini. Tapi saat aku mulai menginjakkan kaki di posisiku saat ini, berulang kali aku berpikir untuk menyerah.

Aku tidak tau, status sosial seseorang bisa sangat berpengaruh. Aku yang terlahir tanpa orang tua dan tumbuh di panti asuhan, tidak pernah menyangka akan merasakan hidup di neraka; bahkan sebelum aku mati. Panti asuhan tempatku dibesarkan memang tak memiliki segala, tapi masih lebih baik daripada sekolah elit yang dipenuhi kepalsuan.

Aku cukup beruntung mendapatkan beasiswa, tapi tidak cukup baik ketika harus berurusan dengan anak manja yang berlagak bak raja di sekolah; padahal tidak dianggap manusia di rumah.

Entahlah, mungkin ini adalah salah satu masa pelatihan sebelum aku benar-benar dibuang ke dalam neraka. Sejujurnya aku mulai terbiasa diperlakukan seperti keset kaki. Tubuhku bak kanvas putih yang telah dilukis dengan berbagai warna. Kedamaian tidak selamanya baik, aku bahkan mulai merasa hampa ketika hariku mulai tenang.

Hari ini aku kembali menjadi samsak tinju dan bola kaki yang mereka pakai untuk melampiaskan amarah. Aku menutupi wajahku dengan kedua lenganku, sembari menahan sakit di sekujur tubuhku.

Ah~ tepatnya berpura-pura menahan sakit.

Jika dipikirkan kembali, sejak kapan tubuhku mulai kebal pada rasa sakit dan kemampuan aktingku berkembang pesat?
Ataukah kemampuan mereka yang mulai menurun?

"Dasar br*ngsek!"

"Sampah! Kotor! Manusia menjij*kkan!"

"MATI SAJA BERSAMA ORANG TUAMU!"

"Aku menyuruhmu berteriak! BERTERIAK BODOH!!"

Kalimat makian dan suara yang memekakkan telinga sudah seperti makanan yang harus kunikmati setiap hari. Jika makian itu aku terima setahun yang lalu, aku akan menangis dan mengerahkan semua kekuatanku untuk melawan mereka; tapi berbeda dengan sekarang. Aku benar-benar kebal dengan hinaan dan siksaan orang-orang tidak berguna itu. Bagiku mereka hanyalah tikus-tikus rakus yang mengandalkan pengaruh besar keluarga mereka untuk terlihat berkuasa.

Ya. Terlihat berkuasa, bukan benar-benar berkuasa.

"Sepertinya dia tidak suka bermain lembut," seseorang mulai memprovokasi raja kecil sembari melempar sebuah pisau lipat pada lelaki yang meletakkan kepalaku di atas kakinya.

Aku menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Luka lamaku baru saja mengering dan sekarang aku terancam mendapat lukisan baru. Sungguh, merawat luka sayatan sangat melelahkan.

Sang raja kecil membuka pisau lipat di tangan kanannya. Ujung tajam pisau begitu berkilau di mataku. Aku menutup mataku ketika pisau mulai terayun ke arahku.

APHRODITE (XIA ZHI GUANG × HUANG JUN JIE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang