bohong jika aku mengatakan bahwa lukanya tak seberapa, 'luka' yang selama ini biarlah itu menjadi rahasia, tentang luka yang tak seberapa ini biar ku pendam sendiri, rahasia tentang aku dan semesta.- fadeella syafazea ardhany
___________________________
mahesa melepas pelukannya dengan pelan, kemudian ia menggenggam tangan kanan fadeella sembari berkata dengan pelan.
" nak, ada hal yang ingin papa, mama, dan rey jelaskan. tetapi, kami akan menjelaskan semuanya setelah kamu benar benar siap, dan kamu juga harus berjanji tidak akan mempunyai dendam terhadap siapapun yang kami ceritakan," jelas mahesa, dengan fadeella yang masih bingung dengan ucapan ayah nya itu.
" hmm," fadeella diam sebentar, lalu kembali melanjutkan bicaranya.
" mungkin, setelah aku benar benar sembuh, pak. setelah aku berdamai dengan apa yang terjadi."
sudah 4 hari ia berada di ruang putih itu. akhirnya yang di tunggu tiba, ia diperbolehkan untuk pulang oleh dokter.
fadeella, kini sedang bersiap siap dibantu oleh winda dan kedua sahabatnya itu. saat semua sedang asyik bersiap, tiba tiba terdengar ketukan pintu.
" masuk," teriak winda.
orang itu membuka pintu nya perlahan, dia datang sendiri, dengan membawa paper bag berisi makanan di dalamnya.
seseorang itu berjalan perlahan sambil membuka pintu, " permisi, eh udah mau pulang ya,? biar saya anter aja sekalian, da," ucap pria setengah baya itu.
" gausah, sa. saya bawa mobil sendiri, alina juga bawa mobil, jadi ga usah repot-repot," ucap winda sambil perlahan menghindar.
Mahesa kemudian menghampiri putrinya itu, dia tersenyum, lalu memberikan paper bag yang ia bawa.
lantas fadeella senang mendapat hal itu, " wih, apa nih pak, jadi enak, hehe."
"mulai sekarang, panggil nya papa aja ya, nak. jangan pak lagi, harus dibiasakan nanti juga terbiasa," ucap mahesa yang dibalas anggukan oleh putrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antaratma
Fiksi Remajasungguh, aku muak dengan segala riuh yang terjadi di dunia, segala suara yang terus terdengar jelas di kepala. kapan aku bisa bebas dari semua ini? rasa takut, dan trauma yang terus menghantui raga ini, tuhan. kini semuanya menjadi satu, berusaha ma...