0.1

1.7K 172 39
                                    

Dua ceritaku belum selesai tapi aku udah bikin cerita baru. Huhuu dasar author!

Jangan lupa ramein dengan vote+comment ya.

*

Van Tech Corporation.

Nyaris tidak ada yang tidak tahu dengan perusahaan bonafit yang kesuksesannya dalam dunia teknologi informasi tak pernah lekang oleh zaman.

Keenan Kim, yang menjabat gelar sebagai CEO utama memang patut diacungi jempol terhadap perannya dalam menghasilkan ide-ide cemerlang yang berdampak untuk kehidupan manusia di zaman milenial ini.

Baru-baru ini, perusahaan Van Tech telah berhasil menciptakan teknologi mutakhir berupa aplikasi di ponsel pintar yang dapat mendeteksi bahwa adanya orang jahat di sekitar kita.

Tentu saja hasil rancangan tersebut awalnya menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Tetapi karena manajemen perusahaan telah sepakat dengan tujuan untuk mengubah negeri supaya berada di titik mendekati aman, masyarakat akhirnya bisa menerima. Toh ini juga menguntungkan untuk mereka.

Van Tech Corporation memang ibarat air yang dibutuhkan di tengah gurun pasir yang tandus. Perusahaan itu terlalu sempurna.

Hanya satu kekurangannya.

Presiden direktur mereka.

"Victory, kau sebenarnya mau kemana?" Keenan sejak tadi berusaha menahan emosinya karena kelakuan sang presdir yang juga merupakan adik kandungnya sendiri.

"Ini adalah harinya," jawaban Victory melenceng jauh dari pertanyaan Keenan. Pria pemilik kelopak mata monolid itu merapikan jasnya seraya mengukir senyum asimetris. Ia tidak memedulikan gerutuan sang kakak yang melarangnya untuk pergi.

Victory Kim, putra bungsu dari keluarga Vante Kim. Pria tampan berwajah malaikat namun berwatak sedingin es batu. Memiliki sifat yang bertolak belakang dengan kakaknya, Keenan. Ia benci diatur oleh siapa pun termasuk keluarganya sendiri.

"Aku izin untuk hari ini." Victory bersiap-siap untuk pergi.

"Mengapa kau tidak lupakan saja kesepakatan itu?"

Langkah Victory terhenti usai mendengar kalimat Keenan. Ia berbalik hanya untuk menunjukkan karakternya di hadapan sang kakak, bahwa meskipun ia lebih muda, ia benci seseorang menentang keputusannya. "Kau mungkin bisa melupakannya. Tetapi aku tidak," balasnya dengan nada sarkas.

Keenan mendesah frustasi menatap kepergian Victory. Entah apa lagi yang akan dilakukan sang adik.

***

Dengan tatapan setajam elang, ekspresi yang angkuh, dan postur tubuh seakan dia adalah raja, netra Victory dengan santainya mengelilingi setiap sudut rumah yang berukuran––mungkin hanya sebesar dapur di rumahnya.


Di sisinya berdiri dua orang bodyguard bertubuh atletis dan gagah, tak jauh berbeda dengannya. Mereka berdua siap menjalankan apa pun titah sang tuan.

Sementara di hadapan mereka, sepasang suami istri paruh baya berlutut dan menunduk dengan penuh hormat tanpa memedulikan lagi soal harga diri.

Victory mengangguk-anggukan kepalanya sembari duduk di atas kursi sederhana. Kakinya ia silangkan. Benar-benar mencerminkan pria kelas atas yang sombong. Tetapi kesombongannya memang tidak bisa dibantah.

My Cute VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang