0.3

891 136 22
                                    

Halo, ramaikan dengan vote + comment ya. Thank youu ^^

*

"Aku tidak mau makan!" Ruby memberikan perlawanannya ketika bibirnya terkatup rapat saat pria jahat yang belum ia ketahui namanya menyodorkan sesendok makanan ke mulutnya. Dirinya bahkan tidak dibiarkan duduk di kursi melainkan di atas pangkuan pria itu.

Sang presdir masih berusaha bersabar untuk membuat gadis itu makan setidaknya satu suapan. "Jangan membuatku menggunakan cara kasar."

Ruby tidak mempan. Ia tetap tidak menerima makanan yang disodorkan Victory. Ruby justru tertarik pada pergelangan tangan pria itu yang terdapat bekas gigitan karena ulahnya beberapa jam lalu. Ia terlalu ceroboh saat tanpa sadar sesuatu yang basah menyentuh bibirnya dan sesuatu masuk ke dalam mulutnya.

"Kunyah dan telan. Aku akan terus melakukannya sampai ada makanan yang masuk ke perutmu."

Mata kucing Ruby menyalak. Ia mendecih kendati tetap menuruti perkataan pria yang baru saja mentransfer makanan lewat mulut ke mulutnya. Ia berpikir harus makan agar bisa menyiapkan energi untuk kembali melawan orang ini.

Victory tersenyum miring. "Gadis pintar."

"Aku bisa makan sendiri!" Ruby merebut sendok dari tangan Victory dan mulai memakan makanannya sendiri.

Juliana sejak tadi memperhatikan pemandangan itu dari kejauhan. Ada rasa yang tidak nyaman saat melihat adik iparnya itu begitu perhatian pada gadis asing. Sambil melipat tangannya di dada, Juliana berjalan menghampiri mereka.

"Siapa dia?" tanya Juliana ketika sudah berdiri di hadapan Victory.

Yang ditanya tidak menjawab. Matanya hanya melirik sekilas ke arah Juliana kemudian kembali sibuk memastikan gadis di pangkuannya menelan makanan yang ia berikan.

Tatapan Juliana lantas terjatuh pada ruam merah di sekitar leher gadis itu. Ia menahan nafas sejenak. "Sejak kapan pria dingin sepertimu begitu peduli pada orang lain? Sampai dengan sukarela menyuapinya?" Juliana tertawa tidak percaya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah gadis itu. "Kau harus hati-hati. Pria di depanmu ini mengerikan."

Ibarat angin lalu, kata-kata Juliana tidak mendapat balasan dari keduanya. Perempuan itu sedikit tersinggung. Ia memilih meninggakan mereka dengan hati yang dongkol. Ia benci menyaksikan pemandangan itu lebih lama.

***


"Bibi," panggil Ruby saat seorang pelayan wanita tengah memperhias dirinya pagi itu untuk sekolah. Dia bilang, majikannya yang bernama Victory sangat menyukai kebersihan, kerapihan dan keindahan. Katanya, ia tidak ingin melihat Ruby berpenampilan acak-acakan.

"Ya, nona?" sahut pelayan yang berusia sekitar 40 tahunan sambil mengoleskan foundation guna menutupi ruam merah di leher Ruby.

"Jelaskan lebih detail siapa Victory itu."

Pelayan itu celingukan sejenak, takut-takut ada yang mendengarkan pembicaraan mereka. Ia kembali menatap ke arah Ruby dan mulai menjelaskan. "Tuan Victory itu putra bungsu di keluarga ini. Sifatnya memang galak dan dingin. Tapi dia juga sangat pintar. Nona pasti tahu perusahaan yang menciptakan aplikasi yang saat ini tengah banyak diperbincangkan karena berperan membantu manusia?"

Ruby menganggukan kepala. "Aku tahu perusahaannya. Van Tech Corporation?"

"Nona betul. Tapi apa nona tahu siapa perancang aslinya?"

My Cute VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang