0.2

990 158 35
                                    

Hai jangan lupa ramein dengan vote & comment ya.

*


Hari paling buruk itu tidak pernah ada dalam benak Ruby. Selama ini ia selalu hidup dalam prinsip 'saat ini' tanpa memikirkan hal-hal negatif yang akan terjadi dalam hidupnya di masa yang akan datang. Pikiran gadis belia ini terlalu bersih dan positif.

Sampai tiba-tiba ia dibawa oleh seorang pria asing, dijauhkan dari kedua orangtua dan kakak perempuannya. Rasanya bagaikan mimpi buruk. Tidak cukupkah selama ini keluarga mereka dipandang rendah oleh yang lain?

Sekarang Ruby berada di sebuah kamar besar dan mewah, bernuansa hitam abu. Sedikit menyeramkan untuk gadis sepertinya yang menyukai warna terang. Ia memilih meringkuk di pinggir tempat tidur setelah dua bodyguard pergi usai mengantarnya ke tempat ini. Mereka juga menguncinya.

Pria itu.

Ruby membencinya setengah mati. Masih teringat wajah angkuhnya yang membuat kedua orangtuanya menangis seraya mengemis padanya. Dia pasti orang jahat. Benar bukan?

Satu ide terpikirkan di benaknya. Ia melepas tas sekolah yang syukurnya masih menempel di punggungnya. Ia merogoh ponsel biru yang didapatkan dari hasil kerja part time-nya. Tangannya masih gemetar saat membuka layar, ia menggeser layar ponsel untuk mencari sebuah aplikasi.

Ketemu.

Namun, derap langkah kaki yang terasa mendekat membuat bulu kuduknya merinding. Suara kunci yang terbuka semakin menambah ketakutan gadis itu.

Ceklek!

Benar saja. Pintu terbuka dengan lebar. Menampilkan figur tinggi yang kini terlihat mendekat ke arahnya. Mata kucing Ruby otomatis menajam.

"Jahat!" hardik gadis itu saat jaraknya dengan sang presdir hanya tinggal beberapa jengkal. Namun lawannya tidak terpengaruh sedikitpun. Ruby justru merasakan tubuhnya seakan melayang lalu terhempas di atas empuknya ranjang. Sementara ekspresi sang pria masih sama, sedingin es batu. "Pria jahat-akh lepaskann!!"

Baru beberapa jam dikurung, Ruby tidak percaya ia sudah mendapat pelecehan dari pria ini. Kaki Ruby berusaha menendang saat bibir pria itu ingin kembali menjamah lehernya. Ini terasa menyakitkan untuk gadis seperti Ruby. "Berhenti, brengsek!"

Victory menghentikan perbuatannya. Sebaliknya, ia menatap lurus ke arah gadis di bawah kukungannya. Lagi-lagi dunianya berhenti di kedua retina Ruby. Namun buru-buru ia menyadarkan dirinya sendiri. Sejurus kemudian ia melihat Ruby lengah dan segera merebut ponsel yang berada di genggaman gadis itu. Kini ponsel tersebut sudah berada di tangannya. "Apa ini? Kau menggunakan aplikasi Crime Detector?" Victory memandang Ruby dengan tatapan mengintimidasi. "Jangan bilang kau sedang memastikan apakah aku ini orang jahat?"

"Bukan urusanmu!" sewot Ruby tanpa rasa takut.

"Apa kau tahu siapa yang menciptakan aplikasi ini, hmm?" Victory kembali mendekatkan wajahnya membuat gadis itu refleks membuang muka.

Nilai plus yang harus Victor akui dari gadis ini. Meskipun lahir dan tumbuh di dalam keluarga yang sederhana, gadis ini memiliki wajah yang sangat cantik dan tubuh yang terlihat bersih dan sehat. Terbukti ketika tatapan Victory turun pada rok sekolah Ruby yang tersingkap. Tak sengaja ia menyaksikan paha putih gadis itu yang tampak menggugah. Ruby yang menyadari itu buru-buru membenarkan roknya. "Berapa usiamu?"

"Kau tidak perlu tahu!" gertak Ruby. "Siapa kau sebenarnya? Mengapa melakukan ini padaku?"

Bibir Victory memilih terkatup rapat. Dengan satu kali gerakkan, ponsel biru milik Ruby terbelah menjadi dua di tangan besar pria itu. Menyaksikan hal itu di depan mata, bola mata Ruby nyaris keluar dari tempatnya.

My Cute VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang