Saat Dia Tertidur (4)

27.6K 2.5K 110
                                    

Ali Pov

Akhirnya Prilly pergi meninggalkan rumahku. Meninggalkan kami. Aku dan Caca. Tak ada yang bisa disalahkan atas kejadian ini. Siapapun akan bersikap sama dengan Prilly. Takkan sanggup menikahi suami kakaknya sendiri. Begitupun aku. Aku tak mungkin menikahi adik iparku sendiri. Meskipun kakaknya Shanaz tidak bisa melayani kami lagi untuk sementara.

Untuk sementara? Sampai kapan? Tak ada kepastian kapan Shanaz akan terbangun dari komanya. Tapi itu tak bisa juga menjadi alasan aku menikahi adiknya. Masa pernikahan aku dan Shanaz baru setahun lebih enam bulan saat dia terjatuh koma. Bagiku masa pernikahan kami adalah masa penjajakan. Masa pengenalan. Karena waktu perkenalan lalu menikah sangat singkat. Bulan Maret kenal,bulan Mei kami sudah menikah.

"Kalau lo dekatin gw hanya untuk main-main lebih baik gak usah...!"

Shanaz berkata begitu ketika aku datang untuk kedua kalinya kerumahnya. Aku mengenalnya saat pesta ulang tahun Andini pacar dari Dirga sahabatku.

"Maksut lo gimana,Naz?"

Aku bingung dengan perkataannya..memangnya aku kelihatan seperti main-main?

"Kalau lo serius langsung lamar gw aja,gw gak mau pacar-pacaran lama gak jelas!"

Aku sedikit terperangah juga dengan kalimatnya yang to the point.

"Tapi kita harus melewati tahap saling mengenal dulu,Naz...!"

Aku mencoba memberi alasan karna memang begitu kenyataannya.

"Tar mengenalnya setelah menikah,Li!"

Dia berkata dengan cueknya.

"Beri waktu gw bicara sama keluarga dulu ya Naz...!"

Aku meminta waktu .

"Gw cape diphp sama cowo Li,pacaran lama diminta ngelamar kabur,gak gentle banget jadi cowok....!"

"Gw bukan cowo seperti mantan lo itu Naz...!"

"Kalo gitu buktiin...!!"

Begitulah awal rencana pernikahan kami yang begitu cepat. Ketertarikan padanya karna secara fisik dia cantik tapi juga cuek membuat aku penasaran ingin mengenalnya.Juga karena tantangannya tentang pria yang gentle.

Karena sudah menjadi isteriku aku mencoba merubah rasa tertarik ini menjadi rasa sayang. Begitupun ketika Caca segera hadir dirahimnya,membuat aku meyakini pilihanku kepada Shanaz. Walaupun aku agak sibuk dan sering keluar kota,aku selalu berusaha untuk berkomunikasi dengan baik padanya. Itu juga sebabnya kenapa aku mengijinkan dia mengajak Prilly tinggal dirumah, dia bilang kesepian karna sering aku tinggal keluar kota. Sebenarnya dalam sebulan hanya paling sering dua kali,tapi menurutnya itu terlalu sering.

Sejak Caca tumbuh menjadi anak yang sehat,montok,ceria dan lucu,dia selalu membuat aku merindukannya,makanya aku berencana untuk mengurangi bahkan meniadakan schejule keluar kotaku.

Kini Prilly sudah pergi. Tak ada alasan untuk menahan langkahnya.

Yang bisa menjadi alasan cuma satu yaitu Caca. Caca sudah begitu dekat dengan Prilly. Anakku seakan tak terima dipisahkan darinya. Caca menarik baju Prilly ketika Taxi sudah datang menjemputnya. Anakku menangis. Bahkan setelah Prilly pergi dia menangis lagi tak jelas kenapa?

Susah payah bunda dan Susi menenangkan Caca agar puteriku bisa tidur malam itu. Tetapi besoknya kami mendapati badan Caca panas dan demam tinggi. Untung saja pastinya Bunda berpengalaman menangani bayi yang sedang panas,jadi setidaknya tindakan pada Caca bisa sesegera mungkin. Sebelum aku datang membawakan bye bye paper alat pengompres bayi,bunda mengompres Caca dengan handuk kecil dulu,dan menempelkan kapas beralkohol pada ketiak Caca. Dan anehnya dengan baju bekas dipakai Prilly yang diselimutkan padanya baru Caca bisa tidur nyenyak.

Saat Dia Tertidur (Tersedia Versi Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang