Author Pov
"Lo....mau kemana,A?"
Prilly menahan langkah Shanaz ketika melihatnya keluar dari kamar dengan rapi,memakai jeans ketat berwarna putih dan baju berbahan sifon biru muda. Modis dan cantik kakaknya. Rambut panjangnya yang tergerai bergelombang,dengan wajah rupawan menampilkan hidung yang mancung dan mata hazel berbinar. Sempurna.
"Gw jalan dulu,i,lo jaga Chaca ya...!"
"Trus apa yang mesti gw bilang sama suami lo kalau dia pulang ...??"
"Nginep kok dia...besok baru pulang,gw kan palingan subuh pulangnya...!"
"Ihh lo ini kok gak bisa berubah ya A...males gw mesti boongin suami lo mulu...suami lo itu baik sama lo kenapa lo kaya gini sih??"
"Kalau menurut lo dia baik,ambil aja buat lo...gw kan nikah sama dia supaya gw ada status,lo tau ndiri harusnya gw udah ceraiin dia sebulan setelah menikah eh tau taunya gw hamil...!"
"A'a...lo tega banget ya ngomong begitu lagi!"
"I'i...lo bawel banget cii...udah ya gw pergi! Bye cans.."
Prilly menatap punggung Shanaz yang menjauh dari pandangannya. Prilly menggelengkan kepala. Apa yang ada diotak kakaknya itu Prilly benar-benar kurang faham.
Lebih dari setahun yang lalu ketika seorang Pria mendekatinya tiba-tiba Shanaz langsung mendesak pria itu serius menikahinya.
"Kenapa kamu harus mendesaknya ,A?"
Mama terheran mendengar Shanaz mengutarakan niatnya akan segera menikah.
"Supaya mama gak pusing lagi mikirin A'a yang suka keluyuran malam trus diomongin tetangga...anak gadis almarhum Pak Ridwan suka pulang tengah malam dini hari...!"
Shanaz berkata cuek.
"Harusnya kan A'a cukup merubah diri jadi lebih baik bukannya harus menikah...?"
"Gini ya Ma,A'a menikah ini dengan tujuan bercerai,kalau status A'a Janda A'a bebas kan Ma,ngekos dan nentuin hidup A'a sendiri...!"
Shanaz berkata begitu Mama langsung terbelalak.
"Apa A'a bilang??? Jangan main-main A...!!"
"Pokoknya Mama jangan banyak komentar deh...turuti aja kemauan A'a....!!!"
Shanaz memang dari dulu semaunya,keras hati,dia tak mau diatur,susah dikendalikan, terlebih sejak Papa meninggal. Shanaz semakin liar saja. Hidupnya Glamour,bergaulnya sama anak-anak berduit. Mamanya sering menangis kalau sedang stress memikirkan Shanaz didepan Prilly. Prilly hanya mencoba menjadi pendengar saja,untuk solusi dia belum faham karena dia sangat bertolak belakang dengan Shanaz. Prilly senang bergaul tapi gak ikutan bergaya hidup mewah. Baginya tampil rapi dan modis tak berlebihan lebih nyaman buatnya.
"Oeeeeee.....!!!"
Suara tangisan bayi mengagetkan dan membuyarkan lamunan Prilly. Sedikit berlari ia memasuki kamar tidur kakaknya dimana disitu ada box bayi berisi simungil Alisha.
Prilly mengangkat bayi mungil nan cantik,putih,montok berusia enam bulan.
"Chachaaa cayangnya Mama ii...kenapa nangiss??? Popoknya basah yaa??"
Prilly dengan telaten membuka popok Alisha,ternyata bayi itu Pup. Prilly membuang popok dan membersihkan chacha dengan Tissu basah dan mengganti popoknya dengan yang baru.
"Udah celecaii..cini digendong Mama ii dulu yaa...!"
Prilly menggendong Chaca dengan posisi kepala chaca dibahunya,tangan kiri menahan punggungnya tangan kanan menahan pantat baby mungil chaca.
Prilly memang sudah biasa merawat Chaca daripada Shanaz ibunya sendiri. Kehadiran Prilly ikut tinggal bersama Shanazpun karna Shanaz ingin dibantu jaga Chaca karna kurang percaya dengan baby sister yang sebetulnya ada.
Kebiasaan Shanaz yang pulang pagi kalau suaminya sedang tugas keluar kota juga menjadi alasan kenapa ia mengajak Prilly tinggal dirumahnya.
"Pril....!!!"
Suara seseorang membuat Prilly berbalik. Didepan pintu kamar berdiri seseorang yang membuat Mata Prilly melebar.
"A'a Ali....!!!"
"Shanaz mana?"
"Stttt jangan ribut dulu...gw lagi nidurin Chaca...dia bangun abis Pup...bentar ya,A...!"
Prilly menepuk pantat Chaca yang ada digendongannya.
Prilly memang memanggil suami kakaknya dengan memanggil A'a sama seperti ia memanggil Shanaz,artinya Kakak.
Prilly menaruh Chaca dibox tempat tidurnya. Sekarang dia bingung apa yang harus dikatakan pada Ali kemana shanaz pergi. Kenapa Ali pulang? Kata Shanaz tadi dia tugas luar kota,besok baru pulang.
Melihat Ali masuk kekamar mandi,Prily keluar dari kamar Shanaz dan melarikan diri kekamarnya,dia harus segera menelpon Shanaz.
Masuk kedalam kamarnya,Prilly segera mencari handphonenya didalam tas,mencari nama Shanaz dikontaknya dan mulai menelpon.
Dilihatnya ada beberapa panggilan tak terjawab dari nomer Shanaz. Prilly pun menelpon balik.
Tutttttt....
Tuuttttt.....
Tuuutttt.....
"Hallo...!"
"Ya selamat malam Ii Prilly saudara mba yang punya nomer telpon ini?"
"I..iiyaa...siapa ini?"
Prilly dengan bingung menjawab pertanyaan orang tak dikenal yang memakai nomer Shanaz sekarang.
"Mbak yang punya handphone ini kecelakaan,sekarang sedang ada di Dr.Subiyakto Hospital...saat ini keadaannya sedang tak sadarkan diri...perlu anggota keluarga yang menandatangi untuk dilaksanakannya operasi karna pendarahan diotak ..."
Handphone ditangan Prilly jatuh kelantai.
Kaki Prilly seketika gemetar. Tangannya terasa dingin. Prilly terduduk ditempat tidurnya.
"A'aaaaaaaaa!!!!"
Teriakan Prilly membahana didalam kamarnya....
############
Banjarmasin, 29 Juni 2015
Taraaaaaa....
Akhirnya publish juga bagian 1...Terima Kasih Readers yang udah mau nengok cerita ini...lalu kasih vote dan komen...
Republish 11 April 2020
Tidak diedit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Dia Tertidur (Tersedia Versi Cetak)
Romanceaku menikahi Prilly karena isteriku yang adalah kakaknya sedang koma aku menikahinya karna puteriku butuh kasih seorang Mama aku menikahinya karena orang tuaku yang menginginkannya bukan karna aku yang mau tadinya aku berharap isteriku bangun dari k...