Malam ini update-nya sambai bab 19, yaa. Please enjoy the story~ 🥰
.
.
.
Sejak kecil, Michael bukan tipikal anak yang gampang memiliki teman. Ia adalah bocah pendiam, yang cenderung dijauhi oleh banyak anak lain. Alasannya beragam, tetapi salah satunya adalah karena mereka menganggap Michael sebagai bocah culun yang membosankan. Namun, Michael mengingat ada dua anak yang tidak menganggapnya demikian; Kevin dan Jenandra.
Sejatinya, Jenandra bukan teman Michael. Ia adalah teman kecil Juan, yang menghabiskan banyak waktu untuk bermain bersama sang adik. Entah di rumah, entah di sekolah, entah di mana pun mereka bisa bertemu. Sejak satu-satunya teman dekat Michael adalah Kevin dan Kevin bukanlah konglomerat sebagaimana keluarganya dan Jenandra, Michael sulit menghabiskan waktu bersama Kevin. Contohnya ketika di acara kumpul beberapa keluarga. Kondisi Michael, yang awalnya lebih banyak menghabiskan waktu sendiri dan mengekori sang ibu ke mana pun, perlahan berubah saat Jenandra kerap mengajaknya bermain bersama.
Sejak saat itu, Michael selalu menyukai kehadiran Jenandra dan merasa aman setiap lelaki itu ada. Dan kedekatan mereka; Michael, Jenandra, dan Juan, yang terjalin sejak ketiganya belia, kini bertahan hingga ketiganya dewasa. Dan tanpa sadar, kedekatan itu membuat Michael merasakan hal lain terhadap Jenandra. Ia tidak lagi menganggap lelaki itu sebatas adik semata, melainkan seseorang yang lebih penting. Seseorang yang memiliki hatinya.
Namun, yah, tampaknya rasa suka itu tidak berjalan sukses sebagaimana seharusnya. Michael tidak pernah punya kesempatan untuk menyatakan perasaannya kepada Jenandra. Entah karena ia yang harus melanjutkan studi ke luar negeri dan meninggalkan Jakarta untuk waktu yang lama, atau karena Jenandra yang juga menyusul jejaknya. Yang jelas, jarak telah memisahkan mereka, dan terkadang jarak yang terlalu besar itu membuat Michael sejenak melupaka Jenandra. Namun, ia tahu ia tidak pernah benar-benar melupakan lelaki itu. Contohnya saat ini.
Michael masih menatap layar ponselnya, seakan tidak menyangka atas apa yang ia temukan di sana; sebuah pesan dari sosok yang pernah, dan mungkin masih, ia pedulikan dari masa lalu. Setidaknya, sampai microwave berdenting, menandakan makan malam yang sudah siap. Michael yang sedikit terkejut memutuskan untuk menyimpan ponsel dan menyiapkan makan malamnya dan Lingga ke atas meja. Mungkin, Jenandra Lim bisa menunggu hingga nanti.
*
"Lingga."
"Hm?" Mendapati panggilan Michael, Lingga lantas mendongak dari makan malamnya yang telah kandas di atas piring. "Kenapa, Mike?"
"Aku ...." Michael berdeham. "Hari ini seru banget, tapi aku juga jadi agak kecapekan. Do you mind if I ...."
"Oh, kalau kamu mau langsung istirahat, nggak apa-apa, kok. Not gonna lie, aku juga capek." Lingga terkekeh. "Kita lanjut ngobrol lagi besok."
Michael mengangguk, lega dengan keputusan Lingga. "Right. Kita lanjut ngobrol besok."
"Ya udah, kamu langsung ke kamar aja sana. Biar aku yang beresin bekas makannya." Lingga beranjak bangkit dari duduknya, siap meraih piring kotor bekas makan Michael. Namun, Michael lebih dulu menahan tangannya.
"Nope. Let me help you with that."
Dengan itu, Michael ikut melangkah ke wastafel cuci dan membantu Lingga, yang tersenyum senang sepanjang prosesnya, membersihkan bekas makan malam mereka.
Setidaknya, ini yang bisa Michael lakukan sebelum ia menghabiskan waktunya untuk menghubungi Jenandra.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake It Until It Hurts [ Bahasa ]
FanfictionLingga sadar hubungannya dan Michael diawali dengan sebuah kesalahan. Lantas, apa yang membuatnya berani berharap bahwa segalanya akan berjalan mulus tanpa rintangan yang mengancam akan memisahkan? Sebab harapan itu hanya muncul sebagai sebuah kesia...