"dia kenapa?"
- AmoraHAPPY READING...
Amora membeku, dengan perlahan ia membalikan badannya melihat siapa yang telah memanggilnya."Amora sini" ucap seseorang itu lagi.
Amora melihat dengan seksama dibantu dengan penerangan yang remang remang. Dilihat dari postur tubuhnya seperti Ayah nya Bram.
"ayah" tanya Amora.
"iya, sini" suruh Ayah.
Walaupun sedikit ragu tapi Amora tetap menghampiri sang Ayah. Jika seakan akan ia kembali di pukuli, Amora sudah menyiapkan tubuhnya.
"iya, apa yah" tanya Amora yang telah sampai di hadapan sang ayah.
"ayah mau pergi ke luar negeri untuk beberapa hari ke depan, jadi kamu bersenang senang lah selagi ayah tidak disini. Tapi pas ayah sudah kembali ke rumah, kamu harus menyiapkan badan mu untuk pelampiasanan emosi ayah" ucap Bram dengan tenang menatap putrinya.
"i-iya yah" balas Amora patuh. Ada perasaan senang sekaligus takut dengan pernyataan sang Ayah. Senang karena Bram pergi ke luar negeri secara otomatis Amora tidak akan mendapatkan kekerasan dan perasaan takut karena saat pulang Bram akan melampiaskan emosi nya.
"maaf, selama ini ayah selalu melakukan kekerasan terhadap kamu Amora. Ayah tidak bisa mengontrol emosi Ayah sendiri dan berakhir kamu yang Ayah jadikan samsak pelampiasan amarah ayah" ungkap Bram kepada Amora.
"iya gapapa yah, Amora ngerti kok. Pasti ayah lelah dengan urusan bisnis ayah jadi ayah lampiaskan ke Amora kan. Gapapa kok yah" balas Amora yang masih saja tersenyum atas perilaku sang ayah.
Bram yang melihat senyum sang putri merasa gagal menjadi Ayah untuk Amora, putri semata wayang nya. Hati nya seakan teriris ketika melihat senyum manis Amora. Dilihat secara dekat Amora itu sopan dan patuh juga secara fisik, Amora terlihat sangat cantik.
Tapi kenapa ia selalu saja merasa marah setiap berada di dekat putri nya ini. Bram menatap Amora sekilas lalu berlalu meninggalkan Amora seorang diri di dapur.
Amora hanya menatap kepergian sang Ayah, lalu melanjutkan misi mencari makanan yang sempat tertunda. Jujur saja Amora sangat lapar tapi harus tertunda karena ia di panggil.
flashback off
Mengingat kejadian semalam, Amora merasa penasaran dengan sang Ayah. Kenapa ayahnya tiba tiba berucap semanis itu, Amora kan semakin berharap untuk kembali di sayang oleh Bram.
"taraa udah selesai sarapan nya" ucap Hanin sembari membawa piring ke meja makan.
"huum harum nyee, pasti sedap kan bunda" ucap Amora menirukan suara karakter favorit nya, upin ipin si botak.
Hanin hanay terkekeh denga sikap Amora, tidak biasanya Amora sesenang ini di saat pagi hari. Ia jadi curiga, apa jangan jangan...
"tumben mood kamu bagus, pasti ada sesuatu kan" tanya Bunda penasaran.
"enggak kok bun" elak Amora.
"ah yang bener" tanya Hanin sambil menggoda sang anak. Sebab tidak biasanya Amora seperti ini.
"bener deh" balas Amora mengangkat dua jari pertanda Peace.
"yaudah deh, bentar ya bunda siapin makanana nya dulu" pamit Bunda kepada Amora.
Amora menatap kepergian sang Bunda dengan senyuman, memang benar entah kenapa mood Amora pagi ini sangat bagus.
Tingg!
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORA
Teen Fiction"Yah udah, badan Mora sakit semua. Mora udah ga tahan Ayah, sakit" Amora meringkuk kesakitan di saat sang ayah terus menerus memukuli dirinya. "Gaada ampun buat kamu dasar jalang" umpatan kasar Ayahnya mampu membuat hati Amora terkoyak. "Mora mint...