BAB 9

54 4 0
                                    






"datangnya masalah baru"
- Amora.

HAPPY READING...

Alana yang kaget sontak melihat ke ambang pintu, ia melihat ada seorang cowok badan tegap, rahang tegas, warna mata biru. Sepertinya bukan orang indonesia, namun wajahnya tidak asing.

Alana gugup saat cowok itu semakin mendekati Alana, ah ia baru ingat bahwasannya cowok ini adalah cowok yang ia tabrak di lorong barusan.

Alana berusaha menutupi wajahnya dengan cara menunduk, tangan Alana sibuk mencolek colek Amora. Amora yang tidak tau apa apa hanya diam menatap cowok yang berdiri tegap.

"stt, tolongin gue woi" bisik Alana.

"lo ngapain sih sama ni cowok" balas Amora juga dengan berbisik.

"gatau, tadi gue nabrak ni orang" bisik Alana semakin panik sebab ia semakin di tatap tajam oleh cowok yang tidak ia kenal.

Kringgg!!

Suara bel berbunyi, pertanda jam kedua berbunyi. Alana sangat bersyukur, semoga saja guru yang mengajar segera masuk. Lalu ia bisa mengusir cowok yang tidak ia kenal ini.

"ck!" decak cowok itu lalu berjalan meninggalkan Alana dan juga Amora.

"huhh syukur deh, sumpah anjir pasokan udara seakan akan habis di hirup sama tuh cowok. Sampe sampe gue ga bisa napas dengan tenang" ucap Alana sedikit berlebihan.

"lagian lo ngapain sih berurusan sama cowok, apalagi yang modelan nya begitu. Kata gue mah, siap siap aja hidup lo ga bakalan tenang" peringat Amora pada Alana.

Tidak lama seorang guru memasuki kelas berbarengan dengan seorang murid yang menyandang tas dengan sebelah bahu. Seperti tak asing tapi siapa, pikir Alana.

Oh shit!! mati Alana. Amora yang melihat tampang terkejut Alana sontak saja menahan tawa, apakah setakut itu Alana pada cowok yang sama sekali tidak ia kenal itu.

"lo kenapa sih, tampang ketakutan gitu" ucap Amora masih menahan tawa agar tidak meledak.

"kaya nya dia masuk kelas ini deh" bisik Alana sambil melirik lirik ke arah cowok yang baru saja memasuki kelas.

"baik anak anak, ini ada teman baru kalian pindahan dari australia. Semoga kalian bisa berteman baik ya, silahkan perkenalkan diri kamu ananda" ucap Ibu wali kelas yang dapat menyita perhatian seluruh murid.

"nama gue Alexio Anandra, terserah mau manggil apa" murid baru pindahan Australia itu bernama Alexio.

"baik kamu silahkan duduk di.." ibu wali kelas menelisik ruangan kelas guna mencari kursi mana yang kosong, lalu matanya berhenti pada kursi yang kosong tepat di samping Alana.

Murid yang duduk di samping Alana baru saja pindah dan otomatis kursi di sebelahnya ini kosong tidak berpenghuni, sebenarnya Alana tidak ikhlas. Apalagi yang duduk Alexio, tapi apa boleh buat.

"nah disana, disamping Alana. Alana angkat tanganmu" suruh ibu walas. Dengan terpaksa Alana mengangkat tangannya.

Alexio berjalan menuju kursi kosong di dekat Alana, dengan santai ia meletakan tasnya di meja milik Alana. ohh yang benar saja, ini bukan tempat penitipan barang. ucap Alana dalam hati.

Alana mengambil tas Alexio lalu melemparkannya kepada sang empu yang sudah merebahkan kepala nya di meja. Alexio kaget dengan benda yang menimpuk kepalanya.

"lo" tunjuk Alexio pada Alana dengan sedikit emosi.

"apaan, seenak jidat lo aja naroh tas di meja gue. lo pikir sekolah ini punya bokap lo" balas Alana tidak takut.

"emang" balas Alexio enteng. Ya memang sekolah punya Alexio kok, ga salah sih.

"idih belagu banget lo seakan akan sekolah ini punya bokap lo" balas Alana meremehkan.

"gue bisa kapan aja ngeluarin lo dari sekolah ini" ancam Alexio lalu kembali merebahkan kepala nya pada meja.

"coba aja kalo bisa" balas Alana tidak mau diam.

"liat aja nanti bakalan ada surat di laci meja lo" ucap Alexio enteng.

"udah lan, ngapain lo tanggepin cowok gatau diri itu sih. Buang buang tenaga" ucap Amora yang malas menatap Alexio yang seakan akan berkuasa.

"lo gausah ikut campur" ucap Alexio menunjuk Amora. Yang di tunjuk bukannya takut, malah semakin menantang.

"biarin, dia sahabat gue. Wajar dong gue ikut campur" balas Amora tidak kalah sewot.

"yaudah, karena lo sahabatan. Tunggu aja di laci meja kalian masing masing bakalan ada surat" ucap Alexio.

Amora memilih mengabaikan ucapan anak yang baru memasuki kelas mereka. Alexio yang merasa tidak ada tanda tanda suara lagi memutuskan memasuki alam mimpi.

Membosankan sekali berdebat dengan perempuan yang banyak bacot nya saja. Giliran main fisik dikit dikatain boti, ngelawan cewe.

Pelajaran telah usai, kini Amora menunggu Aksa menjemput di halte bus yang terletak di sebelah kanan gerbang sekolah. Tidak jauh Amora melihat seorang cowo yang berhenti tepat di depan nya.

"sendirian aja, nunggu om om jemput ya" ucap Alexio pada Amora yang duduk di sendirian di halte bus.

Amora mengabaikan ucapan Alexio yang merasa itu semua tidak benar. Amora masih sibuk dengan handpone yang berada di genggaman nya, tidak memperdulikan kehadiran Alexio yang berada di depannya.

"main kok sama om om sih, masih sekolah lagi" ucap Alexio semakin menjadi jadi.

"cowok kok mulut lemes bener, tulang lunak ya lo" balas Amora tak kalah pedas.

Alexio yang mendengar itu sontak saja turun dari motor, lalu menghampiri Amora. Ia menarik kerah baju Amora, sehingga membuat Amora sedikit berjinjit. Alexio sangat marah mendengar perkataan Amora barusan, ia pikir diringa apaan huh.

Amora yang di perlakukan seperti itu hanya diam tidak membalas, sebab jika membalas akan terlihat sama saja. Tenaga Alexio dengan dirinya sangat jauh berbeda, Amora akan tumabang jika masih berani melawan.

"keliatan banget sih dari cara lo perlakuin gue, berani nya kok sama cewek doang. Mana main tangan lagi, ckck miris sekali" ucap Amora mengejek.

Alexio ingin melayangkan tinju tepat pada wajah mulus Amora, namun pergerakan tangannya terhenti saat melayang kan satu tinjuan pada Amora.

"kalo berani lawannya cowok dong, ini malah lawan cewek. Ga gentle banget" ucap seseorang yang sedang menahan pergelangan tangan Alexio. Agar tidak melanjutkan memukul Amora, orang tersebut memelintirkan tangan Alexio dengan kekuatan yang dibilang sangat kuat.

Alexio melirik kebelakang, ia sedikit terkejut saat tau siapa orang yang telah menahan tangan nya. Tapi berusaha kembali menormalkan ekspresi seperti semula.

Alexio berusaha melepaskan pergelangan tangan nya dari genggaman seseorang yang telah mencegatnya saat ingin melayangkan tinjuan pada Amora.

"bener kata orang orang, rumor kalo lo ringan tangan bahkan ke cewe sekalipun. Miris banget sih hidup lo" ucap seseorang yang menyelamatkan Amora dari bogeman Alexio.



















PENULISAN : 30 MARET 2024 (17.05)
REVISI : 09 APRIL 2024 (22.20)
PUBLIKASI : 4 APRIL 2024 (22.47)

AMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang