𝑲𝑬𝑫𝑼𝑨

106 13 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!!💐💐

***

Bulan yang bersinar telah tergantikan oleh matahari yang baru saja muncul dari sebelah timur. Betapa indahnya jika melihat mentari yang terbit pada pagi hari ini, sungguh indah dari yang di bayangkan.

Danau yang tenang akan terguncang di kala embun-embun dari dedaunan itu jatuh mengenai permukaan air, satu tetes yang membuat air disana merasa terusik dan menciptakan suatu karya gemercik air yang sangat indah.

Pohon-pohon yang rindang akan menari-nari di kala angin menabraknya hingga menimbulkan embun di daun itu jatuh satu persatu mengenai trotoar kering disana.

Hal itu pun tak membuat aktivitas orang-orang terhenti, dikala orang tua yang bekerja sedang sang anak tengah memfokuskan dirinya tuk belajar dan menimba ilmu sesuai dengan pendidikan mereka.

Tak lain adalah Anara yang sekarang sedang berada di gazebo kampus terletak di sekitaran taman depan membuat suasana di pagi menjelang siang ini sangat hidup dan terlihat indah dengan cuaca cerah serta awan awan yang berjalan bergantian di atas sana menyapa matahari di tengahnya.

Sebetulnya, kelas akan dimulai pukul 10. Tetapi Anara mengidekan sendiri untuk berangkat pukul 8 dimana kelas sama sekali belum dimulai, entah apa yang dipikirkan perempuan itu, terlebih lagi dia membawa satu temannya tuk menemaninya saat ini. Walaupun membutuhkan tenaga untuk mengajaknya kemari, karena untuk apa mereka datang awal jika kelas bahkan belum dimulai.

"Heii, lo ga gila apa berangkat jam segini, ngajak gue segala lagi."

Dengan entengnya Anara menjawab, "Gapapa, gabut gue. Daripada sendirian kaya orang ga jelas mending ngajak lo juga kesini, lumayan ada temennya."

Nadine memukul tangan sahabatnya yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya. "Sekte mana lagi yang lo ciptain Nar."

"Sekte jadi mahasiswi kesayangannya kakak tingkat!" Ucapnya tanpa kesadaran sembari mengangkat alis kanannya dan tak lupa senyum kematiannya.

Nadine yang melihat itu pun mencibir, "Anak siapa lagi ini, ga kenal aku." Ujarnya sambil menggeleng berkali-kali menatap tingkah Anara yang di luar nalar.

"Udah ga bener ni anak, di dekat gue napa makin ga jelas. Ngimpi aja terus!"

"Gapapa, kalau beneran kan siapa yang ga mau." Celetuknya membuat Nadine melotot sempurna. Ingin rasanya ia menonjok perempuan di hadapannya itu.

"Lo juga, kemarin kenapa ga masuk? Sakit lo hah? Perasaan idup lo ga ada kata-kata sakit tuh."

"Siapa bilang sakit, gue aja yang males ikut. Gue di dalem kelas, enak tiduran daripada dengerin sambutan itu." Entengnya tanpa dosa seraya menatap layar laptopnya tanpa mengalihkan pandangannya dari benda elektronik tersebut.

"Ah rugi lo kemarin ga ikut. Itu dosen pindahannya cakep cuy, gue jadi demen."

"Iyuh, udah tua lo demen in."

"Matamu tua, masih kepala dua juga, sama kayak kita."

"Mana ada dosen umuran segitu, ga jelas lo."

"Ya udah sih kalau ga percaya, sekali lo liat pasti klepek-klepek tuh gue jamin dah." Goda Nadine pada Anara yang mencebikkan bibirnya ketus.

"Seganteng apa sih emang."

🍃🍃🍃

Di lain tempat, ruangan khusus yang hanya boleh dimasuki oleh pengajar disini, hanya ada seorang lelaki dan beberapa staff yang sedang bekerja dengan komputernya. Dikarenakan jam mengajar terbilang cukup lama.

Hey! Prof. NantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang