𝑲𝑬𝑬𝑴𝑷𝑨𝑻

65 12 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!!💐💐

***

"Nar, kantin yuu!" Ajak Nadine spontan pada Anara saat dosen sudah keluar pertanda jam pertama pelajaran sudah selesai.

"Males ah. Lo duluan aja, ngantuk berat gue." Jawabnya malas, karena jujur Anara hari ini kurang fit dan seluruh badannya lemas sedari tadi pagi. Memungkinkan jika akibat tidur terlalu malam usai menonton drama Korea kesukaannya.

Nadine sungguh kelaparan, ia tak mau berjalan ke kantin sendirian. Lantas Nadine pun menarik satu lengan Anara, memaksanya untuk menemaninya pergi ke kantin.

"Ayolah, temenin gue doang." Anara kembali membaringkan kepalanya di atas meja, malas untuk mendengarkan Nadine yang merengek. "Ehm, gue traktir deh!" Jalan keluarnya adalah ini, semoga saja Anara menerimanya.

Perempuan yang semula terlihat memelas, usai mendengar ucapan Nadine, Anara langsung berdiri tegap seperti ada yang menyihirnya. "Gassken!" Soraknya semangat.

"Giliran ada traktir pun mau dia." Gumam Nadine mencibir melihat tingkah laku temannya kali ini, sudah biasa tapi ini terlalu luar biasa baginya.

Keduanya berjalan beriringan menuju kantin berada, mereka berdoa agar kantin tidak terlalu ramai seperti biasanya. Kadang juga seperti zombie yang kelaparan saking ramainya kantin.

Doa mereka terkabul siang ini, kini kantin tidak ramai dan beberapa meja ada yang kosong.

Nadine membuka suaranya, "Lo duduk situ aja." Tunjuknya pada meja yang kosong di ujung menggunakan dagunya, "Gue mau pesen nasi goreng spesial sama es jeruk kesukaan lo." Lanjut Nadine kemudian diangguki oleh Anara yang setengah malas.

Usai Nadine memesan, ia berjalan ke arah Anara dengan membawa nampan berisi makanan yang di pesannya. Nadine duduk di sebelah Anara.

"Ini dia nasi goreng spesial buatan Bu Ijah, tuh makan udah." Ucap Nadine.

Mata Anara berbinar-binar menatap makanan yang di hidangkan selagi masih panas-panas nya, "Wahh enak nih. Makasih ya ayang, muach."

Nadine menatap Anara jijik, "Ewh ayang ayang palamu pe'ang." Cibir Nadine lalu memukul lengan Anara pelan.

"Canda atuh." Keduanya terkekeh geli mendengarnya.

"Eh Nar, gue penasaran deh."

"Apwa?" Tanya Anara dengan mulut penuh nasi gorengnya.

"Gimana perasaan lo sama Shaka?"

Anara yang mendengar itu langsung terbatuk-batuk sambil memukul-mukul dadanya berkali-kali.

"Eh eh Nar minum dulu ini!" Panik Nadine seketika melihat sahabatnya tersedak karenanya.

"Lo gapapa?" Tanyanya sekali lagi.

"Enak aja! Sakit nih tenggorokan gue, panas juga sih." Ungkapnya kepada Nadine yang masih panik.

"Aaa maapin guee huhuu!"

"H-heh, i-iyaa. G-ga u-sah gini juga kali." Ucapnya terbata-bata ketika Nadine tiba-tiba memeluknya erat hingga lehernya tertahan. Lantas Anara memukul bahu Nadine berkali-kali menyuruhnya untuk melepaskan pelukannya.

Nadine pun melepasnya dan menatap Anara dengan rasa bersalah, "Di maapin kan??" Tanyanya lagi.

"Iyaa ya ampun."

"Terus gimana? Apa jawabannya?"

Anara menghentikan gerakannya ketika ingin menyuap makanan dan seperti memikirkan sesuatu, "Gue juga bingung sama perasaan gue sendiri."

Hey! Prof. NantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang