Dia memutar kursinya saat dua orang itu tiba di ruangannya.
Dua pasang mata itu sempat saling menatap dalam beberapa detik, tapi dengan cepat rebecca mengalihkan pandangannya pada heng.
Dia mengangkat alisnya seraya bertanya siapa perempuan yang ada di samping heng."Queen.. ini freen sarocha, dia yang akan menggantikanku menjadi sekertarismu" ucap heng sambil mengarahkan tangannya menunjuk freen.
Di melihat lagi kearah wanita itu tapi dengan tatapan datar.Dia diam sejenak, sambil memperhatikan wanita didepannya.
"Hmm.. aku tidak yakin heng.. apa dia bisa sepertimu..kurasa tidak" ucapnya sambil membalikkan kursinya lagi membelakangi mereka.
Sementara heng meremas matanya dan merapatkan bibirnya, berpikir bahwa queen tidak menyetujui rekomendasinya.
Sedangkan freen, apa yang dia lakukan?
Bergantian menatap heng dan calon bossnya dengan bingung.Dia maju sedikit mendekati meja queen.
"M-maaf bu.." belum sempat dia melanjutkan kalimatnya, heng dengan cepat mencoleknya dan memberitahukan panggilan queen padanya.
"Eeh.. ma-maksudku qu-queen.. begini.. saya pernah menjadi sekertaris sebelumnya dan saya bisa menggantikan posisi sekertaris anda" ucap freen.
"Aku hanya dengan menatapmu saja sudah menemukan jawabannya bahwa kau tidak bisa, posisi heng tidak sembarangan" rebecca tak mau kalah.Dia diam sejenak. Menggigiti bibir bawahnya. Sedangkan heng tak bisa apa-apa, dan malah memohon padanya untuk meyakinkan queen bahwa freen bisa.
"Qu-queen.. saya akan berusahan sebisa saya, dan saya akan belajar pada heng bagaimana tugas-tugasnya kemarin" ucapnya sedikit gugup.
Kursi itu berputar menghadap mereka bedua.
Rebecca memajukan sedkit tubuhnya menatap freen.
"Yakin?? Kau bisa??"
Dia mengangguk, "yakin queen.. saya pastikan"Rebecca menatapnya tajam sambil mencipitkan mata sedikit.
"Kau siap bekerja dibawah tekanan?" Tanya rebecca.
"Siap... saya siap bekerja dibawah tekanan," angguk freen.
"Kau siap bekerja denganku selama 24 jam??" Tanya rebecca lagi.
"Saya si... tunggu.. apa??"Rebecca berdiri dari duduknya dan berjalan mengitari freen dan heng sambil menyilangkan tangannya didada.
"Aku tau kau pernah menjadi sekertaris, tapi menjadi sekertarisku tidaklah muda nona.. kau bekerja denganku dan kau harus siap kapanpun untuk kubutuhkan nona.. sama seperti heng" ucapanya ketika langkahnya berhenti di samping freen.Aturan apa ini??, dimana-mana semua sekertaris itu mempunyai kerja hanya pagi sampai jam kerja selesai, bukan dua puluh empat jam, ini gilaa.
Ini bukan sekertaris namanya, melainkan pembantu.
Tapi.. jika dia menolak pekerjaan ini, dia kan kembali pada mode pengangguran. Lalu biaya apartemennya?? Cicilan mobilnya?? Uang makannya??.
Astaga... belum lagi heng yang memohon dengan sangat padanya untuk ini.
Mau tidak mau dia harus menerima semuanya, bagaimana pun resikonya. Demi kelancaran hidupnya kedepan."Sa saya siap.." ucapnya dengan penuh keyakinan.
Rebecca menarik senyumnya sebelah, "bagus.." dia berjalan menuju kursinya lagi, "mulai hari ini kau bekerja" ucapnya lagi lalu memutar kursi dan mejauhi mereka berdua.************
Heng membawanya menuju ruangan.
"Ini ruanganmu, dan.. fokuskan dirimu pada telepon disana.. karena dia akan menghubungimu setiap
Saat" ucap heng menunjukkan telepon di sebelah komputer.
Freen duduk dikursinya sambil menatap tajam pada heng.
"Heng.."
"Iyahh ada apa?"
"Kau aahh... kau tidak pernah membahas jam pekerjaan ini padaku sebelumya.." protes freen.
"Maaf... kau tau kan.. jika aku membahas jam kerja ini, sudah pastilah kau tidak akan menerimanya.. jadi.. biarkan queen sendiri yang memberitahunya.." tutur heng.
"Dasar.. aku berniat menarikmu dari api neraka ini tapi kau malah mencampakkanku kedalamnya.. teman macam apa kau?" Omel freen.
"Sudahlah.. yang terpenting kau tidak tidak menganggur lagi.. dan hidupmu selamat"
"Selamat apanya?? Malah kau menambah beban hidupku heng"Asik saling mengomeli, tiba-tiba telepon di atas meja itu berdering.
Mereka berdua sempat terdiam dan saling menatap. Tapi tak lama heng memberi kode pada freen untuk segera mengangkat panggilan itu."Ha-hallo?" Sapa freen.
"Nona sarocha.. aku tunggu kau diruanganku sekarang!" Perintah queen.
"B-baik queen" ucapanya lalu segera bergegas berdiri dan bersiap pergi.
"Semangat sarocha.. aku mendukungmu" timpal heng saat melihat freen pergi.
"Aaghh.. sialan kau"**********
Suasana itu hening..
Freen berdiri dihadapan rebecca dengan menyusun kedua tangannya di antara kedua pahanya sambil melihat boss besarnya yang sedang melihat data pribadinya.Sedangakan si queen, duduk dengan santai sambil
Membolak-balikkan beberapa kertas yang tersusun di tangannya.
"Hmm.. freen sarocha chankimha.. pernah bekerja sebagai sekertaris juga tapi.. hanya enam bulan. Kau bekerja atau hanya mencoba?" Tanya queen memastikan.
"Eeh maaf queen, aku memutuskan untuk berhenti karena ada alsannya"
"Aku takut dengan kata-katamu yang meyakinkanku tadi"
"Eeh tidak begitu queen, aku akan siap bekerja denganmu dan aku tidak akan berhenti begitu saja, lagi pula.. aku membutuhkan pekerjaan ini" ucapnya dan diujung kaliamtnya sangat pelan.
Tatapan queen kembali mengintimidasinya lagi, sambil menarik senyum sebelahnya.
"Buktikan padaku nona sarocha"***********
Lolos? Sudah pasti. Dia berhasil mendapatkan pekerjaan itu sedangkan heng, dia akhirnya bebas dan bisa pulang untuk memanjakan istri tercinta.
Baru beberapa jam dia bekerja disana, di sudah mendapatkan panggilan lebih dari dua puluh kali dari queen.
Dan apa saja yang diperintahkan queen harus dengan cepat dan sigap dilakukan.
Bukan hanya mengambil beberapa berkas dari beberapa pegawai disana, bahkan mengambil air minum, tissu dan apapun yang berada didepan mata queen yang hanya berjarak beberapa centi saja harus menghubungi freen.Uughh bagaimna tidak gila freen? Baru sehari bekeja dia sudah mengetahui kelakuan dari wanita bule itu.
Dia berdiri tak jauh dari queen. Kakinya kelelahan karena lalu-lalang kesana kemari. Wajahnya memerah, deru napasnya seperti orang yang habis lari maraton dua ribu kilo meter.
Queen sedikit melirik padanya, sambil mengangkat gelas teh.
"Apa kau lelah nona sarocha?" Queen bertanya.
Dengan sigap, wajah itu di tegakkan kembali di hadapan queen.
"Tidak queen.."
"Jika kau lelah.. segera bereskan barangmu dan tinggalkan kantorku"
"Tidak queen.. saya kuat.." ucapnya meyakinkan.
"Baiklah.."Dan sampai jam makan siang pun tiba,
Freen memutuskan untuk tidak pergi keruangannya, karena dia berpikir jika nanti dia pergi sudah pasti dia akan dihubungi queen lagi. Jadi dia tetap berada disana, di ruangan queen.Wanita anggun itu sedang menyantap
Makan siangnya yang di pesannya beberapa jam yang lalu. Betapa teganya seorang boss, dia tak meneawarkan makan ataupun memberinya waktu untuk freen beristirahat dan makan siang.
Selalu ada saja yang disuruhnya untuk sekertaris itu lakukan.
Bahkan, saat ini freen sedang diberikan tugas untuk membersihkan barang-barang yang tersusun di ruangan itu sampai bersih.Sedang membersihkan, tapi pikirannya memikirkan hal lain. Wajahnya nampak marah, sambil bibirnya terus komat-kamit tanpa suara.
"Pekerjaan apa ini? Ini bukan sekertaris namanya, yah anggap saja aku seorang pembantu sekarang disini, kurangajar" ucapnya sedikit terdengar.
"Ada yang kau bicarakan nona sarocha?" Tanya queen.
Freen berbalik pada queen sambil mengubah mimik wajahnya semanis mungkin.
"Eeh tidak ada queen,"
"Baiklah.. teruskan pekerjaanmu"
Tiba-tiba disela-sela dia membersihkan, perutnya berbunyi.. di sngat lapar, dan ini sudah waktunya makan siang.. tapi queen tetap meyuruhnya bekerja.
"Sial.. sial.. siall... akan kubunuh kau heng.." gumamnya
....###################
Vr
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen
Teen Fiction" kau tak akan bisa lepas begitu saja jika sudah dalam genggamanku sarocha" Menceritakan seorang wanita anggun yang secara tidak langsung jatuh cinta pada wanita berdarah thailand, mencoba menahan sekuat mungkin dan selalu mengambil hati dari si sar...