Tiga tahun berlalu semenjak Fred diangkat sebagai penerus tahta. Meski tidak terpisahkan, keduanya tumbuh menjadi dua pria yang jauh berbeda. Fred berhasil menjadi apa yang kakeknya (dan tentu kedua orang tuanya) harapkan. Dia berhasil lulus dengan nilai cemerlang dari Universitas Cambridge di bidang Ilmu Politik dan Ekonomi. Dia aktif di kampusnya dan sering membuat penggalangan dana untuk komunitas yang membutuhkan. Setiap wajahnya diliput media, itu selalu untuk alasan yang membanggakan. Reputasinya sempurna. Bagaimanapun, dia seorang calon raja.
Di sisi lain ada Jim. King William sendiri sudah lelah dengan tingkah laku cucu laki-lakinya nomor dua. Ketika Fred dikabarkan datang ke peresmian rumah untuk para gelandangan, Jim muncul dengan berita pestanya di klub malam. Fotonya setengah telanjang berpelukan dengan perempuan-perempuan asing sering kali tersebar. Ada fotonya muntah di depan klub malam padahal saat itu dia belum cukup umur untuk menenggak minuman keras. Belum lagi video dia mabuk bernyanyi di karaoke bersama beberapa penari telanjang. Istilah 'Royal Rogue' sudah lebih sering digunakan untuk menggantikan nama Jim di berita. Tapi Jim tidak pernah peduli. Sedikit pun dia tidak ambil pusing. Ketika King William berhenti bicara dengannya, Jim sama sekali tidak jera. Dia justru berharap sang raja berhenti menganggapnya keluarga.
"Satu foto lagi!" seru salah satu reporter yang datang khusus untuk acara kelulusan Fred. Jim dan Fred kembali berdiri berdampingan menghadap kamera. Fred dengan toga dan jubahnya, Jim rapi mengenakan jas abu-abu tua.
"Hadap sini!"
Fred dan Jim bergeser sedikit untuk kamera yang lain. Jim melirik sekilas ke wajah kakaknya yang mulai jengah.
"Tidak perlu khawatir, malam ini sudah kusiapkan pesta yang sesungguhnya," bisik Jim di sela-sela sesi foto mereka.
Fred masih berlagak tersenyum ke arah kamera ketika berkata, "jangan macam-macam. Aku tidak mau kau jerumuskan."
Jim tertawa, Fred masih tersenyum diplomatis. Dia memang sudah sangat terlatih berlagak di hadapan kamera. "Tidak perlu khawatir, pengecut. Aku tidak akan membawamu keluar dari Kensington."
Mata Fred menyipit sejenak ke arah adiknya. "Awas saja kau membuat kekacauan."
Jim mengedipkan sebelah matanya lalu dengan yakin menjawab, "tidak akan."
***
Tentu saja Fred tidak sebodoh itu percaya kalau Jim tidak akan membuat kekacauan, tapi Fred tidak menyangka sampai sekacau ini. Pesta yang berawal wajar dengan beberapa teman di apartemen mereka dan berbotol-botol minuman alkohol mahal, berubah drastis ketika Jim tiba-tiba mengumumkan bahwa dia membawa hadiah kelulusan khusus untuk Fred.
"Untuk nilai yang sempurna dan hidup yang akan semakin penuh tekanan, sudah kusiapkan hadiah spesial khusus untuk kakakku tercinta," ucap Jim lantang dengan sebelah tangan memegang gelas. Perasaan Fred sudah tidak enak begitu Jim meminta mereka diam mendengar pengumuman darinya. "Fred," Jim mengangkat gelasnya ke arah Fred. Fred mengangkat sebelah alisnya menunggu kekacauan apa yang akan Jim buat. "Selamat untuk kelulusanmu. Dan untuk malam ini, lupakan kalau kau seorang calon raja."
Dengan ucapan itu, pintu di belakang Jim terbuka dan belasan perempuan hampir telanjang menyeruak masuk ke tengah-tengah mereka. Musik semakin kencang dan perempuan-perempuan tersebut masing-masing menghampiri setiap tamu. Setidaknya ada empat perempuan yang menari di sekeliling Fred.
Fred memejamkan kedua matanya sambil menarik nafas panjang. Jim membawa penari telanjang ke apartemen mereka. Adiknya membawa—tidak satu, tapi belasan—penari telanjang ke dalam istana.
Dengan sopan Fred mengucapkan permisi untuk melepaskan diri dari penari-penari ini. Dia buru-buru menarik Jim dari tiga penari yang menemaninya.
"Apa-apaan ini?!" hardik Fred geram di sela-sela giginya.
Jim mengerutkan keningnya meski tetap dengan wajah sumringah. "Apa-apaan apa? Nikmati saja, Fred."
"Kakek bisa kena serangan jantung tau kau membawa perempuan-perempuan ini ke dalam istana!"
"Kenapa? Kau belum siap menjadi raja?" ledek Jim sambil tertawa. Fred tidak terhibur. "Sudah lah, jangan cemas. Ini bukan pertama kalinya aku menyelundupkan perempuan. Kakek ada di Buckingham, dan aku sudah menyuap cukup banyak orang untuk memastikan acara ini berjalan lancar. Paman George sekeluarga juga sedang di Perancis. Relaks."
Fred masih diam sesaat menatap adiknya geram. Bagaimana pun dia tidak merasa nyaman melanggar peraturan istana. Ini sebuah skandal. Tapi deep down, ada rasa semangat yang tertahan. Mungkin ini rasanya hidup ringan. Dia tidak pernah tau—dia bukan Jim. Setiap saat Fred harus selalu memperhatikan tingkah lakunya. Bahkan ketika teman-teman sekampusnya melewati fase-fase gemar berpesta, Fred harus menahan diri. Tentu dia pernah sekali dua kali datang ke pesta kampus, tapi dia tidak akan bertahan lama dan selalu pergi setiap acara sudah terlalu melewati batas norma kerajaan.
Dan jujur, Fred lelah.
Melihat adiknya bisa sangat tenang padahal dia yang membawa perempuan-perempuan ini ke dalam istana, Fred pun menyerah. Senyumnya tersungging, membuat seringai Jim melebar. Pesta akhirnya benar-benar dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Rogue
RomanceBerkisah tentang Fred dan Jim, dua putera mahkota kerajaan Inggris yang memiliki sifat bertolak belakang. Menjadi yatim piatu di usia yang terbilang muda, keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Lalu datang Beau Etson, kekasih Fred dari Amerika...