27. Senyum Batavia

247 12 0
                                    

Bab 27

Nando bolak balik ke ruangan Zaidan untuk menyerahkan pekerjaan yang harus diselesaikannya, karena sudah izin tidak berangkat tiga hari.

"Stop dulu! Gak lihat berkas di meja gue belum kelar semua, lo udah tambahin aja."

Nando tersenyum dengan terpaksa, "Tidak, Pak."

"Berkas yang saya serahkan baru 25%, belum ada 50% dari pekerjaan Bapak yang Bapak tinggalkan."

Zaidan menghela napas lelah, percuma juga jika dia memohon pada Nando karena ini adalah konsekuensi mengambil cuti.

"Sekarang semuanya! Saya kerjakan hari ini," titah Zaidan.

Dia sudah memutuskan untuk lembur. Pekerjaan yang menumpuk harus selesai hari ini juga. Jika tidak? Pekerjaannya akan semakin banyak dan jam lemburnya juga akan bertambah.

"Semangat!" ucap Nando setelah meletakkan dua tumpuk berkas di meja tamu milik Zaidan. Karena meja kerja Zaidan sudah penuh dengan berkas-berkas. "Thank," ucap Zaidan.

Dia kembali fokus menyelesaikan pekerjaannya, Nando juga segera kembali ke ruangan miliknya. Dia juga sibuk mengatur ulang jadwal Zaidan sesuai permintaan. Meskipun bekerja dengan sahabat sendiri, Nando tetap bersikap profesional dan selalu berusaha yang terbaik untuk perusahaan tempat kerjanya.

"Apa lagi Ya Allah?" gumam Zaidan karena ponselnya berdering.Melihat nama yang tertera adalah nama adik perempuan satu-satunya, Zaidan langsung menerima telepon tersebut.

"Hallo! Assalamualaikum, Bang!"

"Wa'alaikumussalam," jawab Zaidan. Dia sepiker panggilan tersebut, agar mempermudahnya untuk melanjutkan pekerjaan.

"Hari ini pulang jam berapa?"

"Pulang ya?" tanya Zaidan sambil berpikir. "Abang ada lembur, pulang malam. Tolong sampaikan pada Umma, Abang pulang malam. Jangan nungguin Abang."

"Sesibuk itu?" heran Jihan.

"Ehem. Abang, kemarin ambil cuti. Kerjaan jadi numpuk, harus selesai sekarang."

"Oke. Semangat! Jihan tutup, assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

𓅪𓅪𓅪

Sedangkan disisi lain, Aira juga disibukkan dengan persiapan wisudanya. Bukan hanya wisuda, tapi juga persiapan walimah. Ada rasa kesal pada keadaan, tapi segera dia hilangkan.

"Semangat! Ini bukan akhir, Ai. Tapi awal baru buat kamu. Harus semangat!" batinnya menyemangati diri sendiri.

Karena persiapan wisuda miliknya sudah selesai, Aira hanya tinggal menunggu Ainun yang masih belum selesai. Berhubung tempat menunggu Aira saat ini panas, dia memutuskan untuk menunggu di kantin. Sebelum itu dia sudah mengirim pesan pada Ainun.

Selama berjalan ke kantin, Aira memperhatikan setiap sudut kampus. Dia merasa suatu saat nanti, dia akan merasa kerinduan dengan kehidupan kampus. Walau menjadi mahasiswa tidak seperti pikirannya dulu ketika sekolah, tapi dia sangat bersyukur karena diberikan kesempatan untuk kuliah.

Banyak orang diluar sana yang sangat ingin sekolah bahkan sampai ke jenjang universitas. Namun, banyak juga mereka yang memiliki kesempatan untuk kuliah, tapi tidak menggunakannya dengan baik. Rasanya akan sangat bodoh. Ada kesempatan tapi tak digunakan.

"Hei!" Aira menepuk keningnya pelan. "Lo juga ga sadar diri, Ai. Udah nolak, tapi sekarang malah diterima." Aira menggelengkan kelapa pelan, "Dia juga sih! Kenapa pake acara lamar lagi? Kan ga bisa kayak dulu."

Sebal dengan pikirannya, Aira jadi ingin makan sesuatu yang pedas. Ketika dia melihat ada menu seblak di kantin, dia langsung memesannya dengan level ter pedas.

"Perut pikir nanti," batin Aira yang kesenangan. Gadis itu langsung memesan seblak dengan level ter pedas, sedangkan dirinya memiliki penyakit maag.

"Bu, seblak macam biasa!" pesan Aira.

"Siap, Neng! Duduk dulu, ibu buatkan," jawab Bu Aya, penjual seblak langganan Aira.

Aira mengedarkan pandangan mencari tempat duduk yang nyaman. Dan dia memutuskan untuk duduk di meja pinggir, agar nanti Ainun bisa melihatnya ketika menyusul.

Karena seblak hari ini tidak mengantre, hanya butuh waktu 15 menitan, seblak pesanan Aira sudah sampai. Bersamaan dengan datangnya Ainun, wajah Ainun terlihat kesal. Dia memukul pelan tangan Aira yang akan memakan seblaknya.

Plak....

"Awh," rintih Aira mengusap tangan kanan yang terkena pukulan Ainun. "Inget! Lo tuh punya sakit, masih aja bandel makan seblak. Besok lo juga mau wisuda, masa wisusa sakit? Ini buat gue. Lo! Gue pesenin lagi!"

Aira hanya menatap Ainun tanpa berkedip, ingin marah pun percuma. Karena gadis itu sudah mengambil alih seblak miliknya dan beranjak memesan seblak baru level-0.

"Sabar, sabar, sabar," ucap Aira menyabarkan dirinya yang hampir terpancing.

Assalamualaikum

Cie cie pertama kali double update😆

Inget! Jangan lupa votmen yaaa

Nulisnya gebut ini!!!

🐼🐨, 23 April 2024

Senyum Batavia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang