Bab 34
Hari berjalan dengan cepat hingga tak terasa pernikahan Zaidan dan Aira sudah berjalan dua bulan. Saat ini, Zaidan sedang memeriksa setumpuk dokumen yang dibawa oleh Nando. Dia terlihat sangat fokus hingga tidak terasa jam sudah menunjuk angka sebelas lewat. Saat dia membereskan dokumen yang sudah selesai dari mejanya, dia kaget melihat sahabatnya sudah rapi dengan setelan kasual.
"Ke mana aja lo? Dua minggu mengilang gak ada kabar," ketus Zaidan sambil menatap sinis kearah Samudra.
"Ada deh," jawab Samudra sambil menyengir.
"Terus ngapain lo kesini? Gak ada kerjaan?"
"Ketemu sama bapak." Samudra menjawab dengan acuh tak acuh. Dia menghela nafas dan bersandar di sofa empuk yang ada di ruangan itu.
"Gak salah dengar kan gue?"
"Enggak, gue mau minta maaf aja sih. Biar gak jadi anak durhaka, gimana pun juga dia tetap bapak gue terlepas dari gimana sikapnya sama bunda."
Zaidan hanya mengangguk paham sebagai jawaban, meski begitu dia masih penasaran ke mana perginya Samudra selama dua minggu ini. Sebelum sempat bertanya, Nando masuk sambil membawa dua sajadah.
"Kuy, dah siap!" ujar Nando yang belum menyadari kehadiran Samudra.
"Mau jumatan kan?" tanya Samudra sambil berdiri.
"Loh loh, nih jelangkung ke mana aja? Baru nongol. Gue kira lo udah di culik tuyul," ujar Nando sambil berjalan kearah Samudra.
"Iya, kita mau ke masjid." Zaidan menjawab pertanyaan Samudra. "Gue ikut!" seru Samudra sambil tersenyum cerah.
"Ya ikut aja," jawab Zaidan yang memang sudah biasa dengan Samudra yang selalu ikut mereka untuk ke masjid ataupun ke tempat kajian.
Mereka akhirnya pergi ke masjid terdekat bersama-sama. Sesampainya di sana mereka langsung mengambil wudhu diikuti oleh Samudra.
Nando agak terkejut tapi dia memilih abai. Dan meneruskan wudhu nya. Mereka terus memperhatikan Samudra hingga pada akhirnya mereka kompak kaget saat melihat Samudra membaca doa masuk masjid hingga sholat sunah tahiyatul masjid.
"Bro? Gue gak salah lihat kan?" bisik Nando.
"Gue kira mata gue doang yang salah, terniat banget sohib kita hari ini." Zaidan ikut melongo melihat Samudra.
Zaidan dan Nando ikut melakukan sholat sunah, setelah itu Nando tidak dapat menahan rasa penasarannya. Dia mendekati Samudra dan berbisik.
"Sam!"
"Sstt jangan berisik!" jawab Samudra.
Sedangkan Zaidan hanya melihat kedua sahabatnya itu.
"Ashadu..." Nando mulai menuntun Samudra.
"Gue udah mualaf," jawab Samudra to the point.
Nando dan Zaidan langsung melotot dan bersyukur. "Congrats, bro." Nando langsung memeluk Samudra.
"Alhamdulillah," ucap Zaidan penuh syukur.
"Thanks," ucap Samudra membalas pelukan Nando. Lalu menggoda Zaidan, "Kakak ipar gak mau meluk gue nih?"
Zaidan melotot dan menggidik ngeri, berpura-pura tidak mengenal Samudra. Berpindah shaff yang agak jauh dari samudra.
Sedangkan Samudra tertawa puas melihat Zaidan, dia juga mengajak Nando untuk mendekat pada Zaidan. Mereka mengabaikan orang-orang yang menganggap mereka aneh.𓅪𓅪𓅪
Selesai sholat jumat, Samudra langsung disidang oleh Nando dan Zaidan. Mereka sudah duduk menghadap Samudra di sebuah rumah makan yang tidak jauh dari lokasi mereka sholat jumat.
"Jadi?" tanya Zaidan to the point.
"Jadi sekarang gue 100% muslim," jawab Samudra dengan tegas dan yakin.
"Sejak kapan?" Kini Nando yang bertanya, "Lo masuk islam bukan karena adek dia kan?" Nando menunjuk Zaidan yang juga penasaran dengan alasan sahabatnya.
Samudra tertawa karena wajah kedua sahabatnya ini terlihat kocak. "Aduh sakit perut gue!"
Zaidan dan Nando saling lirik. Mereka memutuskan untuk makan lebih dulu, membiarkan Samudra tertawa puas. "Makan dulu, Nan."
"Hooh, biarin dia ketawa sendiri kayak orgil," sinis Nando.
Samudra hanya bisa menggeleng kepala heran, dia juga berhenti tertawa setelah puas. Ikut bergabung makan siang. "Selesai makan gue ceritain."
"Deal!" jawab Nando dan Zaidan kompak.
Seperti janji Samudra, selesai makan Samudra menceritakan semuanya tanpa ada niatan di tutup-tutupi. Dia masuk islam murni karena keinginannya. Tidak ada paksaan, tidak ada dorongan karena perempuan, semua murni dari lubuk hatinya.
"Udah gue jelasin dari a-z, gak ada yang gue tutup-tutupi."𓅪𓅪𓅪
Pulang kerja Zaidan langsung merebahkan diri. Dia merasa sangat lelah, terlihat jelas dari wajahnya yang kusam dan tak bersemangat. Bahkan Aira merasa tidak enak hati jika harus mengganggu.
"Kenapa diam di sana?" Walau matanya terpejam, Zaidan masih menyadari keberadaan istrinya. Bau harum yang berasal dari Aira membuat Zaidan mudah mengenalinya.
Tempat tidur berasa bergerak, Zaidan langsung membuka mata. Tatapan keduanya saling terkunci, saling menatap dengan kagum tanpa takut akan dosa yang dulu membayangi.
"Cantik banget! Istri siapa sih?" tanya Zaidan jail mencubit pipi cubby Aira.
"Istri Alif," jawab Aira.
"Alif?"
"Ehem," Aira mengangguk dengan yakin. "Kenapa?" Aira balik bertanya ketika wajah Zaidan memerah. Memerah bukan karena malu, tapi kesal.
"Alif siapa?"
"Abang gak kenal?" tanya Aira dengan wajah polos tanpa merasa salah.
Zaidan yang memang sedang lelah jadi mudah terbakar cemburu. "Jawab Ai," tekan Zaidan menahan emosi.
"Alif Al-Ghifari," jawab Aira dengan lembut. Dia mengusap kepala Zaidan berharap bisa mengurangi rasa lelahnya. Mendengar jawaban istrinya ternyata adalah nama lengkapnya, Zaidan kembali menutup mata menikmati sentuhan lembut tangan istrinya yang mengusap kepala.
"Samu masih di bawah?" tanya Zaidan.
"Iya. Tadi pas Ai naik, Kak Samu masih di ruang tamu. Lagi ngomong sama Aba, kelihatannya serius banget."
"Paling lamar Jihan," jawab Zaidan santai.
Aira langsung menghentikan usapan tangannya pada Zaidan. Membuat si empu, menarik tangan istrinya untuk kembali mengusap rambutnya.
"Bukannya Kak Samu bukan muslim? Atau Ai yang salah kira?"
Senyum manis terbit di wajah lelah Samudra.
"Kenapa senyum? Ai salah?"
"Bukan sayang," jawab Zaidan.
"Terus?"
"Samudra yang Abang kenal memang bukan muslim. Tapi Samudra yang sekarang adalah seorang muslim."
Aira cemberut, "Tinggal jawab mualaf."
Zaidan bangun dari rebahannya. Dia mencubit gemas pipi cubby istrinya, "Gemes banget sih!"🐨🐼, 27 April 2024

KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum Batavia✓
RomanceSetiap manusia memiliki takdirnya masing-masing. Pertemuan, perpisahan, semua itu tidak lepas dari yang namanya takdir. Di bawah langit yang cerah di Kota Tua, seorang pria tidak sengaja melihat seorang gadis yang masuk ke dalam frame kameranya. Ses...