26. Senyum Batavia

239 13 0
                                    

Bab 26

Baru merebahkan diri dia baru selesai mempersiapkan seserahan untuk lamaran esok hari. Karena lelah Zaidan mudah tertidur dengan nyenyak. Waktunya yang terus berjalan terasa sangat cepat, saat Zaidan kembali terbangun. Jam menunjukkan 03:45 WIB yang berarti masih dini hari.

Zaidan bangun lalu merenggangkan badan sebelum masuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Lalu dia setelah mengambil wudhu, Zaidan langsung menggelar sajadahnya dan memulai sholat malamnya.

Sedangkan disisi lain, seorang gadis yang tidak lain adalah Aira baru saja menyelesaikan sholat malamnya. Dia merenungkan, apakah keputusannya benar? Apakah dia memang sudah siap untuk lanjut ke jenjang yang lebih serius?

Aira menatap langit-langit malam, karena pandangannya buram. Dia baru selesai mengadukan segala keresahan hatinya. Ada rasa lega setelah mengadu pada Penciptanya. Beda dengan pikirannya yang masih terus mencercanya dengan pertanyaan, apakah sudah siap? Atau hanya karena keinginan kedua orang tuanya?

Tidak mau memaksakan diri untuk menemukan jawaban untuk pikirannya, Aira langsung meraih Al-Qurannya dan mulai melanjutkan bacaannya yang sudah berganti surat.

𓅪𓅪𓅪

Sore hari Aira disibukkan membantu Bunda Zahra yang memasak dengan porsi jumbo. Sejujurnya Aira merasa apa ini tidak berlebihan? Tapi jika mengingat jumlah tamu nanti malam dan anggota keluarganya, Aira merasa makanan yang di masak bundanya lebih dari cukup.

"Bunda ayam gorengnya Ai letak meja makan langsung ya?" izinnya.

"Iya."

Selesai dengan ayam goreng, Aira yang mendapat tugas membuat sambal langsung mengulek cabai dan bawang yang sudah di goreng. Awalnya sulit karena cabai yang digunakan cukup banyak, tapi lama-lama Aira bisa menghaluskan semuanya.

"Lama!" sindir Zero.

Aira menatap sengit pada Zero. "Kakak aja sini yang ngulek! Susah tahu!"

"Iya tahu goreng kamu enak, Ai," jawab asal Zero yang sedang memakan tahu isi buatan Aira.

"Kakak!" teriak Aira kesal.

"Kak, jangan ganggu Ai. Biar Ai bantu Bunda. Sana! Kakak bantu Ayah!" titah Bunda Zahra.

"Iya, Bunda. Ini juga Kakak bantu Ayah ambil minum, sama tahunya Kakak bawa ya, Bun. Terima kasih, Ai!"

𓅪𓅪𓅪

Sedangkan disisi lain, Zaidan dan keluarganya mulai bersiap-siap dan memeriksa kembali buah tangan yang akan mereka bawa, sambil menunggu adzan maghrib yang hanya beberapa menit lagi.

"Jihan!" Panggil Umma Azrina sambil mengetuk pintu kamar putrinya sebelum akhirnya masuk ke dalam.

"Iya Umma! Ada apa?" Tanya Jihan sambil mengeringkan rambut panjangnya.

"Enaknya pake baju yang mana, Dek?" tanya Umma Azrina sambil memperlihatkan dua baju dengan warna yang berbeda.

"Eumm. Itu, sama aja sih, Ma." jawab Jihan yang juga bingung harus memilih yang mana.

"Ish kamu ini! Coba kamu lihat lagi."

"Yang kiri aja kalo gitu. Simpel dan juga ke tutup."

"Okay, makasih Adek manis," goda Umma Azrina sebelum keluar dari kamar putrinya.

Tidak lama setelah itu, akhirnya suara adzan mulai berkumandang. Keluarga Al-Ghifari langsung saja mengambil wudhu dan melaksanakan sholat secara berjamaah seperti biasanya saat mereka berkumpul.

Selesai sholat dan berdo'a, Aba Zaaki menyempatkan diri untuk memberi sedikit nasehat kepada putranya yang akan  mengambil langkah baru dalam hidupnya.

"Nak, nanti saat kamu sudah menjadi suami dari anak gadis orang. Kamu harus memperlakukannya dengan baik. Jangan rendahkan dia, jaga baik-baik perasaannya. Karena sekeras apa pun seorang perempuan, hati mereka tetaplah  lembut dan begitu rapuh."

"Terima kasih, Aba. Zai janji, Zai bakal memperlakukan perempuan yang nantinya akan menjadi istri Zai sebaik mungkin. Zai akan menghargai pendapat dan perasaannya." Zaidan tersenyum kecil saat ini. Dalam hatinya, dia berjanji akan memberikan apa pun kepada orang yang dia cintai dan terus membuatnya bahagia, meski dia tahu suatu saat masalah dalam rumah tangga akan datang. Namun, buka  berarti Zaidan akan lepas dari tanggung jawabnya.

Tiga puluh menit kemudian, mereka akhirnya berangkat menuju kediaman Baswara. Tangan Zaidan mulai terasa dingin, hatinya mulai resah sekaligus gembira.

Setelah sampai mereka semua turun dan masuk ke rumah Baswara. Di teras rumah sudah ada Pak Ravin dan putranya yang menunggu.

"Assalamualaikum," salam keluarga dari Zaidan.

"Wa'alaikumussalam," jawab Pak Ravin dan Zero.

"Silahkan masuk!"

Pak Ravin mempersilahkan Zaidan dan keluarga untuk masuk. Di ruang tamu, sudah tersaji beberapa jenis kue kering.

Setelah semua sudah berkumpul di ruang tamu. Aba Zaaki langsung menyampaikan niatnya datang bertamu pada Pak Ravin.

"Jadi kedatangan kami ingin mengantarkan putra sulung kami, Zaidan."

Perkataan Aba Zaaki secara tidak langsung menunjukkan Zaidan untuk berbicara secara langsung. "Bismillah," bisik Zaidan.

"Seperti yang sudah saya janjikan minggu lalu, Pak. Kedatangan saya ditemani keluarga saya hari ini berniat meminang putri Pak Ravin, Aira."

Zaidan diam sejenak dan yang lain diam menunggu dia melanjutkan ucapannya. Jihan yang ikut serta, terus berdoa agar kakaknya tidak gugup. "Kan kemarin udah, sekarang harusnya enggak gugup lah!" batin Jihan.

"Saya ingin menjadikan Aira sebagai istri yang menjadi pelengkap iman saya. Dan menjadikannya ibu untuk anak-anak kami kelak."

Pak Ravin tersenyum dengan tulus mendengar perkataan Zaidan yang jujur. "Aira memang putri Bapak, tapi untuk jawaban pinangan Nak Zaidan, Bapak kembalikan pada putri Bapak," jawab Pak Ravin.

"Jadi Aira, apa jawabanmu untuk pinangan Nak Zaidan?" tanya Pak Ravin pada Aira.

Semua atensi berpindah pada Aira, gadis itu terlihat tenang. Walau sejujurnya jantungnya berdebar kencang sejak kedatangan Zaidan sekeluarga. Dia melirik pada ayah-bunda sebentar, menarik napas pelan. "Bismillah," batin Aira.

"Bagaimana, Ai?" tanya Bunda Zahra.

Aira mengangguk pelan, "Aira menerima lamarannya."

Zaidan tidak bisa menutupi rasa bahagianya, tanpa dia sadari air matanya mengalir. "Ya Rabb, terima kasih," batin Zaidan.

"Selamat Abang," ucap Jihan yang juga ikut bahagia di hari bahagia abangnya.

Harusnya ini publis kemarin
Tapi gapapa di publis hari ini

Inget!
Jangan lupa buat klik vote yaa!!!

Nda perhatiin, cie diperhatiin...

🐨🐼, 23 April 2024

Senyum Batavia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang