Nisa akhirnya setuju untuk tampil di pentas seni yang akan diadakan Minggu depan di sekolahnya. Nisa berlatih ditemani oleh Dika. Meskipun setuju, Nisa merasa bahwa dia belum percaya diri untuk tampil di depan orang banyak. Nisa berlatih setiap harinya untuk memberikan penampilan yang menarik, atau paling tidak supaya dia tidak lupa nada dan chord gitar yang akan dia mainkan.
Hari ini adalah hari terakhir untuk Nisa berlatih; besok dia harus tampil di panggung pentas seni. Ditemani Dika di rumahnya, Nisa berlatih untuk tampil besok.
"Gimana, udah oke kan?" Tanya Nisa.
Dengan muka datar, Dika hanya memberikan jempol ke arah Nisa.
"Gimana ya besok, kok rasanya nyesel ya ngambil tawaran ini," ucap Nisa dengan wajah lesu.
"Nasi udah jadi bubur, lagian besok udah acara mau gimana lagi. Kamu juga udah usaha, harusnya ga malu-maluin di panggung nanti," ucap Dika.
"Iya gimana ya, apa aku pura-pura sakit aja ya biar ga tampil," ucap Nisa sambil tersenyum.
"Ga usah aneh-aneh," ucap Dika sembari menyentil kening Nisa.
"Awww, kamu tuh kenapa sih suka nyentil kening? Sakit tau," ucap Nisa dengan nada emosi.
"Biar saraf di kepala kamu bener lagi," ucap Dika dengan nada bercanda.
"Tapi sakit tau, tapi gimana ya besok aku gugup banget rasanya, Dik," ucap Nisa dengan wajah lesu.
"Wajar karena baru pertama kali kamu tampil kan, ga ada salahnya mencoba buat pengalaman kamu kan," ucap Dika menyemangati Nisa.
"Iya sih, oh iya besok aku bareng sama kamu ya naik sepeda ke sekolahnya, aku ga mau repot soalnya besok," ucap Nisa.
"Yaudah iya iya iya," ucap Dika dengan terpaksa.
"Oke deh, makasih ya asistenku hehehehe," ucap Nisa dengan nada meledek.
Hari pentas seni pun tiba; pentas seni ini diadakan secara umum, jadi bukan hanya murid sekolah saja, melainkan orang-orang yang ada di sekitar juga menyaksikan pentas seni yang ada di sekolah.
"Nisa, kamu tampil nanti siang ya. Kamu udah siap kan?" Tanya salah satu panitia pentas.
"Iya, siap kok. Aku udah latihan kok hehehe," ucap Nisa dengan nada setengah ragu.
"Oke deh, siap-siap ya nanti, Nisa. Aku tinggal dulu ya," ucap panitia, meninggalkan Nisa.
"Dik, gimana ya? Aku gugup banget nih. Aku kira cuma murid-murid sekolah kita aja, ternyata orang sekitar juga, mana desa kita kecil lagi. Jadi, rata-rata orang kenal aku," ucap Nisa dengan nada ragu.
"Ya, semangat deh. Yaudah, aku tinggal dulu. Harusnya aku ga di sini juga," ucap Dika sembari berjalan meninggalkan Nisa.
Nisa yang merasa gugup hanya terdiam dan duduk mematung di belakang panggung. Nisa merasa takut dan gugup karena ini baru pertama kalinya dia tampil di depan banyak orang.
"Selanjutnya, penampilan dari kelas 11-A, Nisa," pembawa acara memanggil Nisa untuk tampil ke panggung.
Nisa berjalan ke panggung dengan gemetar. Tangannya serasa kaku dan kakinya gemetar, Nisa bersiap-siap untuk menyiapkan gitarnya.
"Tenang, Nisa, tenang. Kamu pasti bisa, Nisa," ucap Nisa dalam hati, berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Setelah semuanya siap, Nisa tidak bergerak. Tangannya bergetar hebat dan tidak bisa memetik gitarnya. Nisa merasa sangat gugup, saking gugupnya dia tidak bisa berbuat apa-apa. Hingga saat dia melihat ke arah penonton, dia melihat Dika. Dika hanya melihat Nisa dengan wajah datarnya dan tanpa ekspresi apapun. Nisa yang melihat wajah Dika yang datar merasa kesal, rasa kesal itulah yang membuat rasa gugup Nisa menghilang. Nisa akhirnya menarik nafas panjang dan berusaha untuk tenang. Setelah itu, akhirnya dia melihat Dika sekali lagi, masih sama dengan sebelumnya, wajahnya datar tanpa ekspresi apapun. Dari yang awalnya kesal, akhirnya perlahan tersenyum melihat Dika, dan akhirnya Nisa mulai memetik gitarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Only Today
Romansa"Only Today" mengisahkan tentang persahabatan antara, Dika dan Nisa, yang bersahabat sejak kecil. Meskipun memiliki sifat yang bertolak belakang, mereka saling melengkapi satu sama lain. Suatu hari, Nisa mulai memiliki perasaan khusus terhadap Dika...