Chapter 32

14.9K 1K 79
                                    

©Claeria


Hanan tidak bisa berhenti tersenyum pagi ini. Sejak dia membuka mata, mandi, gosok gigi, hingga selesai berpakaian dan merapikan rambutnya di depan cermin meja rias saat ini, senyum tidak sirna dari wajahnya. Di luar sana langit tampak mendung, tapi tidak dengan wajah pria itu. Sinar matahari sepertinya hanya menyinari Hanan.

Hanan tidak ingat kapan terakhir kali terbangun dalam nuansa hati gembira seperti ini. Rasanya seperti ketika bangun pagi setelah melakukan hubungan seks yang luar biasa di malam sebelumnya. Namun, kondisinya saat ini berbeda. Dia dan Lyla tidak berbuat sejauh itu tadi malam.

Kalau dipikir-pikir, yang ia dan Lyla lakukan tidak seberapa dibandingkan yang pernah Hanan lakukan dengan perempuan lainnya, tetapi sensasinya jauh lebih memabukkan. Mampu membuat Hanan melambung tinggi dan lupa untuk kembali berpijak di bumi. Entahlah, apa karena kali ini Hanan melibatkan perasaan di dalamnya? Wanita yang ia cintai menunjukkan rasa cemburunya secara terang-terangan dan mengklaim Hanan sebagai miliknya. Bagaimana mungkin Hanan tidak dibuat terbang ke langit ketujuh?

Senyum Hanan semakin lebar ketika ia menginjakkan kaki di dapur dan melihat punggung wanita yang membuatnya merasa berbunga-bunga. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Lyla sibuk menyiapkan bekal untuk Hanan. Tangannya bergerak lincah menata beberapa potong ayam ke dalam kotak makan.

"Morning, La," sapa Hanan sambil bersandar di konter dapur, tepat di sebelah Lyla.

"Morning," balas Lyla singkat. Gadis itu hanya melirik Hanan sekilas sebelum kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Hanan terdiam. Ada sedikit rasa kecewa di dalam hatinya kala melihat reaksi Lyla. Gadis itu tampak normal. Terlalu normal, malahan. Setelah mereka bercumbu begitu panas di sofa tadi malam, Lyla sepertinya tidak terpengaruh sedikit pun. Berkebalikan dengan Hanan.

Penasaran, Hanan mengambil satu langkah maju. Tubuhnya kini hampir menempel dengan sang istri. "Hari ini bekalnya apa?" tanya Hanan.

"Chicken katsu dan salad," jawab Lyla. Sedetik kemudian gadis itu beranjak dari tempatnya, beralih ke arah kulkas.

Melihat reaksi itu, Hanan mengulum senyum. Lyla memang bersikap cuek, tapi reaksi tubuhnya tidak luput dari pengawasan Hanan. Hanan yakin dia tidak salah lihat. Wajah hingga telinga Lyla memerah. Gadis itu pasti salah tingkah karena berdekatan dengan Hanan. Ah, kenapa Lyla begitu menggemaskan? Hanan jadi tidak bisa menahan diri untuk tidak menggodanya!

Tanpa menoleh ke arah Hanan, Lyla memeriksa isi kulkas sambil bertanya. "Kamu mau makan buah apa hari ini, Hanan? Jeruk, mau? Atau semangka?"

Diam-diam, Hanan mendekati sang istri dan memeluknya dari belakang. "Makan kamu aja, boleh?" goda Hanan, tidak lupa mendaratkan kecupan di pipi Lyla.

"Hanan! Apaan, sih?!" pekik Lyla. "Lepasin, nggak? Pagi-pagi gini udah mesum begini!"

"Oh, jadi kalau malam-malam boleh?" Hanan terkekeh. Lyla menggeliat gelisah dalam pelukannya, tetapi Hanan malah mendekapnya semakin erat. Andai saja dia siap dijambak oleh Lyla, mungkin Hanan sudah menggigit pipi Lyla saking gemasnya.

"Kamu ngaco banget deh!" protes Lyla ketika akhirnya Hanan meregangkan pelukannya dan memutar tubuh sang istri hingga mereka berdiri berhadapan.

"Kan kamu yang tadi malam bikin aku jadi ngaco."

"Yang tadi malam itu karena aku lagi marah!" Lyla mendelik kesal.

"Mau dong dimarahin tiap hari kalau kayak gitu caranya."

"Hanan!" pekik Lyla frustrasi. Wajahnya benar-benar semerah kepiting rebus sekarang.

"Iya, sorry, Sayang. Aku nggak iseng lagi deh," Hanan terkekeh. Dia mengusap kepala Lyla, kemudian menyelipkan helai rambut gadis itu ke belakang telinga. "But seriously, kamu keren banget tadi malam. You showed me whom I belong to."

It's a Trap! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang