O8.

285 62 14
                                    

"Papa ga tau apa yang membuat kamu berubah pikiran. Tapi apapun itu, papa senang akhirnya kamu mau menuruti permintaan papa."

Jeremy hanya diam, melihat dua pria dan wanita paruh baya di hadapannya yang terlihat bahagia. Jika bukan karna Janessa, Jeremy tak akan mau menuruti permintaan papa nya.

"Jadi kapan kamu mau flight, Jer?"

"Kasih aku waktu seminggu ya pa, Jery mau pamit sama temen-temen Jery."

Jonathan mengangguk lalu lantas tersenyum, ia menepuk pundak Jeremy. "Kamu tenang aja, disana ada om Tama, dia yang akan membantu kamu selama disana."

Alena dalam hati tersenyum, ia tak menyangka jika rencananya akan berjalan semudah ini. Entah apa yang merasuki Jeremy hingga tiba-tiba menyetujui permintaan papa nya, Alena bersyukur. Setidaknya ia tak perlu memaksa atau melakukan sesuatu.

•••


"Gue mau balik ke Melbourne.."

Bibir Jiya melengkung sedih. Bagaimana tidak? Selepas lulus sekolah teman-temannya kompak meninggalkan dirinya sendiri.

"Ron, lo kan ada bakat. Kenapa ga coba jadi idol kayak kita?"

"Lo juga Ji, lo cantik banget serius, vocal juga oke. Ga mau coba ikut audisi?"

Jiya dan Roona terlihat menimbang apa yang Liora dan Janessa katakan. Di masa SMA, mereka berempat sudah gabung di ekskul dance. Besar kemungkinan mereka lolos karna selain dance, baik Roona dan Jiya mereka berdua punya suara yang tergolong bagus.

"Gue coba bilang ke bokap deh, aslinya gue pengen sih. Tapi takut ga dapet restu aja."

"Kalo lo Ji?"

Lagi-lagi Jiya menekuk wajahnya sedih. "Masalahnya gue ga pernah keluar negeri, ga pernah jauh dari ortu."

"Coba aja dulu, izin pelan-pelan. Kalo misal udah di izinin, kalian ikut gue sama Jane aja ke Korsel. Audisi OA disana masih belum tutup."

"Kapan kalian flight?" Jiya bertanya. Entah mengapa ia jadi tergiur untuk mengikuti jejak Liora dan Janessa.

"Seminggu lagi, tapi ini udah dua hari sih, jadi tinggal 5 hari lagi. Gue udah balas email nya, jadi kapan siap nya tinggal gue konfirm ke pihak OA nya."

"Jane, ortu lo tau soal ini?"

"Tau, tapi gue rasa mereka ga sepenuhnya setuju sama keputusan gue."

Roona bergerak untuk merangkul bahu Janessa. "Ga usah di pikirin Jane, tetep semangat kejar mimpi lo. Kalo lo sukses, mereka pasti ikut bangga kok."

Janessa mengangguk, ia pun tersenyum. Jika tak memiliki orang tua yang supportif, setidaknya ia memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya.

•••

Tiga hari kemudian, Jeremy berjalan ke bandara sambil menggeret koper miliknya. Disana sudah ada Jack, Malik, dan Elang yang menemani nya.

Berdasarkan info yang Jeremy dapat dari Jack, Janessa dan Liora flight hari ini. Tentu saja Jeremy ikut menyusul di hari yang sama.

"Inget Jer, kalo lo butuh manager, gua siap 24 jam nerima tawaran lo."

Malik mendengus. "Yaelah, Jery pengen ngeliat wajah baru kali Jack. Masa lo suruh ngeliat muka lo mulu tiap hari."

"Sirik aja lo! Emang lo ga mau nyusul Jery juga?"

Mendengar itu Malik menggaruk-garuk kepalanya. Sebenarnya ia mau, hitung-hitung cari jodoh di negara orang. Biar nanti anaknya blesteran.

"Mau sih gua, tapi kerja apaan njir?"

"Tampang lo lumayan, jadi model aja." Elang menimpali, membuat semua temannya kompak menatapnya.

"Widih, kalo Elang yang ngomong udah pasti fakta mah."

"Najis. Ntar lo di suruh photoshoot mesra sama cowok mau?"

"Goblok! Lo pikir gua model apaan?"

Jeremy tertawa mendengar obrolan random dari teman-temannya. Ia menyadari bahwa mulai besok ia tak bisa mendengar hal seperti ini lagi.

"Kalo ada waktu susul gua, kalo bisa lo pada cari kerja disana juga. Gua ga masalah kalo bakal ngeliat wajah kalian lagi tiap hari."

Mendengar itu Jack dan Malik kompak memeluk Jeremy, merasa terharu mendengar kalimat menyentuh dari temannya itu.

"Udah buru kesana, ntar telat lo!"

Jeremy mengangguk, ia pun memeluk Elang sekilas.

"Lo jaga diri baik-baik Jer. Gua pertimbangin dulu soal kerja disana."

"Weh yang bener lo Lang? Lo cocok jadi model kata gua mah!"

"Amin dah, gua tunggu ya! See you all, jangan lupa susul gua ya."

Jeremy melambaikan tangan sambil tersenyum, sebelum berjalan pergi meninggalkan ketiga temannya.

Jack menatap haru kepergian Jeremy, sementara Malik sudah meneteskan air matanya.

Setelah Jeremy menghilang dari pandangan mereka, mereka bertiga pun memutuskan untuk pergi dari sana.

"Belum sepuluh menit gua udah kangen Jery masa."

Jack menoyor kepala Malik. "Alay!"

"Serius ege! Cari kerja disana yuk? Apa aja kek, gua juga pengen ke luar negeri."

"Gua juga ada niatan gitu. Nanti dah gua bilangin ke bokap." Mendengar itu Malik pun merangkul bahu Elang senang. Di perjalanan pun, Malik tak henti-hentinya menceritakan apa yang harus mereka lakukan jika betul-betul mencari pekerjaan disana.


TO BE CONTINUED.





sebentar lagi akan memasuki stalk era, siapa yg ga sabar nunggu moment jeremy janessa? 🥰

Stalk meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang