First Meeting

179 3 1
                                    

        Matahari telah terbit dengan terang, sinarnya masuk melalui celah-celah jendela Lily.

Pagi telah tiba, waktunya Lily untuk bangun dan menjalankan hari-harinya yang membosankan.

Dengan terpaksa ia masuk ke kamar mandi, melepaskan pakaian dan menyalakan shower, hmm segar rasanya.

Kaos biru polos dan celana panjang jeans ia ambil di lemarinya lalu ia kenakan, cukup dingin hari ini rupanya, ia tampak sedikit berpikir dan beberapa saat kemudian ia mengambil jaket cokelat yang terletak dibawah ranjang kemudian dia kenakan, bergegaslah Lily turun ke bawah untuk sarapan.

“Morning Lily” sapa Bibi Marry ramah, Lily memang tinggal di rumah bibi nya semenjak kedua orang tuanya meninggal. Ia tidak keberatan, lagi pula siapa lagi keluarga yang ia punya selain bibi Marry? Bibi Marry seorang janda, suaminya meninggal empat tahun yang lalu saat sedang bertugas, paman seorang polisi, waktu itu ia tertembak saat ingin menangkan penjahat.

“Morning” jawab Lily datar “Apa sarapan pagi ini?” lanjutnya

“Sosis dan omelet” jawabnya sambil meletakkan sosis dan omelet di piring Lily.

Beberapa menit kemudian, semua makanan yang ada di piringnya habis tidak bersisa, waktunya untuk ke sekolah.

“Apakah kau akan naik sepeda lagi Lily?” ucap Bibi

“Yup, sekalian berolah raga, lagi pula aku malas menunggu bis jemputan” ucapnya lalu keluar dari rumah “Aku duluan ya bibi”

Sebetulnya alasannya untuk naik sepeda adalah untuk tidak berbaur dengan teman-teman di dalam bis, sangat menyebalkan, semuanya berbicara tanpa henti di dalam bis, ingin sekali rasanya Lily merobek mulut mereka satu-satu.

Dikenakanya helm berwana putih, lalu segeralah ia naiki sepeda untuk berangkat ke sekolah.

Perjalanan ke sekolah sekitar sepuluh menit, tidak begitu jauh letak sekolahnya.

Ia berjalan menyusuri kelas per kelas, rasanya malas sekali untuk masuk ke dalam kelas, tetapi kalau ia ketahuan membolos sekolah bisa-bisa bibi Marry akan sedih terhadapnya. Okay ingat Lily ini semua hanya untuk bibi Marry, gumamnya

Ia duduk di kursi paling pojok dan belakang, ini bukan karena ia terlambat, tapi ini semua karena kemauannya, ia tidak pernah peduli dengan orang-orang sekitarnya.

Bel makan siang telah berbunyi, bersyukur sekali rasanya telah melewati pelajaran Mr Cornor yang sangat amat membosankan, belajar aljabar? Sungguh, apa sih untungnya menghitung dengan menggunakan variable?

Oh well, makan siang, kalau ia tidak datang buru-buru bisa-bisa ia akan duduk bersama orang-orang yang membosankan.

Saat makan siang, Lily akan buru-buru duduk dan tidak ada orang yang mau duduk di sampingnya, walaupun itu terpaksa Lily akan langsung memelototinya dengan tajam.

Makan siang hari ini hamburger, makanan favoritnya.

Tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sebelahnya.

“Oh, hai Carter” sapanya

“Rick, pergilah ini tempatku”

“Apakah kau yang membeli kursi dan meja ini Miss Carter?” balasnya sinis

“Tidak, tetapi aku yang duduk di sini duluan, jadi aku berhak untuk mengusir sesorang yang ingin duduk di sampingku”

“I don’t fucking care, babe” ucapnya lalu memakan Burgernya

“And I will do anything to get what I want” ucap Lily kasar lalu memukul kepala Rick

“Oh, Sh*t! Apa maumu sih? Dasar cewek gila! Kau habis tinggal di gua ya?” ucap Rick sambil memegang jidatnya yang biru akibat di pukul Lily.

You're The Only ExceptionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang