1

514 82 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


════ ⋆★⋆ ════

"Bocah darimana kamu?"

Dikatain bocah siapa juga yang gak kesel?

Ya (name) sekarang sudah berada dihadapan seorang elf yang mungkin sebentar akan menjadi pembimbing untuk masa kedepannya.

Setelah beberapa kali tersesat karena lupa arah jalan ke kota sihir;AuBerst,mendaki gunung,melewati lembah,dan menyebrangi sungai-sungai, akhirnya (name) tiba di AuBerst.

Akan tetapi setelah dia bertanya pada warga sekitar tentang Serie dan sampai pada lokasi yang diberitahukan oleh warga-warga tersebut,dia malah tidak diperbolehkan masuk oleh penjaga disana karna memiliki alasan yang tidak jelas.Untung saja dia bisa membujuk penjaga tersebut hingga akhirnya dia bsia masuk juga.

Tapi pas udah masuk malah dikatain bocah?Wah,parah nih gabisa dibiarkan pikir (name)

kembali pada saat ini;dimana setelah Serie mengatai (name) itu bocah nyasar(?)
"Saya (Name) Istarish,saya dikirimkan oleh nona Frieren kehadapan anda untuk mempelajari sihir lebih dalam".

(Name) lalu mengeluarkan sebuah surat yang terlipat rapih dari kantung dress putih selutut nya."Mungkin ini bisa menjadi barang bukti"katanya.Serie mengambil surat tersebut-dengan sihir tentunya- lalu membaca surat tersebut.

Untuk Serie :

Nama anak ini (name) Istarish,aku ingin menitipkan nya padamu untuk sementara,dia masih polos tentang sihir,hanya tahu sihir dasar saja,yah pikiran nya juga masih lumayan lugu.
Kubilang sihir dasar sudah cukup tapi dia ngeyel katanya dia ingin mempelajari sihir-sihir yang lebih kuat,jadi ku titipkan padamu dulu ya,dia tidak akan menjadi beban,aku janji.

Sekian,terima mantra sihir
-Frieren

P.s :
dia sedikit unik.

'Frieren sialan'

Ia hanya menatap datar surat tersebut lalu menghancurkan nya menggunakan sihirnya 'kalau tidak akan menjadi beban kenapa tidak kau saja yang merawat bayi ini'.

Menghela nafas,Serie hanya diam memandangi (name),mungkin dia sedang menganalisa (name),siapa tahu.

"hm? Kau ini berdarah campuran ya?"

(Name) lantas tersentak lalu kembali pada ekspresi normal nya dalam sekejap."Benar,ibu saya seorang manusia,ayah saya adalah seorang elf" Perkataan tersebut lantas membuat Serie menatap bosan pada (name), membiarkan (name) melanjutkan perkataannya."Ibu saya bilang beliau adalah seorang mage didesa kami,selain itu ibu juga adalah ahli obat.Kalau ayah..." Ia terdiam sejenak,tak melanjutkan perkataan tentang ayahnya.

"Kau tak pernah melihat ayahmu kan?"

Perkataan Serie seketika membuat (name) merasakan perasaan aneh ; bingung,sedih,cemas, akan tetapi perasaan tersebut langsung ditepis nya."Ya" ucap (name)."Kenapa Frieren meninggalkan mu disini? Dan seberapa pantas menurut mu kau untuk menjadi muridku?".

Duh,entah kenapa (name) serasa sedang diintrogasi,mana kata pilihan Serie "meninggalkan", kan (name) jadi merasa dia ditelantarkan oleh gurunya sendiri "Tidak lama ini-beneran tidak lama-ada sekelompok orang yang tiba-tiba mengajak nona Frieren pergi bersama mereka,itu saja yang saya tahu,kemana mereka pergi saya kurang tahu.Dan kalau seberapa pantas itu...saya juga tidak tahu"dengan gumaman diakhir kalimat yang masih bisa didengar oleh Serie."Begitu,pergilah, untuk kamarmu sudah disiapkan, jangan banyak protes untuk kamarnya,tidur saja kalau tidak ya...tidak usah" Serie berucap sambil menggerakkan tangan nya seperti sedang mengusir.

(name) berbungkuk untuk memberi kesan hormat kepada Serie lalu membalikkan badannya dan mulai melangkahkan kakinya keluar-

"Ah,tunggu"

-Langkah kaki (name) seketika terhenti ketika mendengar Serie menyuruh nya untuk tunggu lalu ia membalikkan badanya kepada Serie lagi."Ya,ada apa nona Serie?"katanya, "Satu pertanyaan lagi untukmu" (Name) hanya menganggukan kepala nya sambil menimang nimang apa pertanyaan yang akan diberikan Serie untuk dirinya.

"Apa sihir kesukaanmu?"
.
.
.
.
.

Nyasar.

Itu kata yang mendeskripsikan keadaan (name) sekarang.Begini,ketika (name) keluar dari ruangan Serie tadi,ia langsung saja pergi mencari kamarnya,ia lelah ingin istirahat-ujung-ujung nya nyasar karena lokasi kamarnya lupa (name) tanyakan pada Serie dan langsung saja keluar dari ruangan Serie.

Hari sudah larut malam,mungkin sekitar jam setengah sebelas? Dan (name) masih belum menemukan kamarnya.Alhasil dia memutuskan untuk pergi kearah danau(?) yang mengelilingi kota tersebut,Kota tersebut berada ditengah-tengah danau dan tentunya memiliki jembatan untuk menyebrang.

.
.
.
.

Sampai dipinggir danau tersebut;ia berada didanau bagian samping agak kebelakang kota,(name) langsung mendudukkan dirinya ditanah,memandangi langit indah yang dipenuhi oleh bintang-bintang dengan sinar terang bulan semakin memperindah pemandangan tersebut.

'apa aku tidur disini saja? Lagian disini terlihat aman-aman saja untuk aku tidur' sambil menengokkan kepala kesegala arah ia berpikir demikian."Ya sudahlah,aku tidur sementara saja disini,besok aku akan bertanya dimana kamarku pada nona Serie,lagian disini tak buruk juga"Ia tersenyum kecil ketika mengatakan kalimat terakhir.

Membaringkan dirinya dengan posisi terlentang,ia menjadikan satu tangan nya menjadi bantalan kepala.Mengarahkan tangan satunya kearah langit yang indah,perlahan ia pun mulai terlelap,dengan mimpi yang indah.

'Selamat Malam'

AN:
HAI!
hehe apakabar?syukur kalau baik ya.
gimana chapter kali ini?kurang panjang?atau kepanjangan?atau gak jelas?
kalo gak jelas dan semacamnya maafin ya,soalnya aku juga masih pemula buat nulis kek ginian :'
Jadi apabila ada kesalahan mohon dimaafkan ya!sekian.

See Ya!

𝗘𝘁𝗲𝗿𝗻𝗮𝗹 𝗗𝗲𝘀𝘁𝗶𝗻𝘆. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang