6

190 38 1
                                    

════ ⋆★⋆ ════

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

════ ⋆★⋆ ════


SUDAH sekitar lima puluh tahun berlalu semenjak pertemuan terakhir Frieren dan (name) dengan party Frieren itu.

(Name) tak tahu bagaimana keadaan mereka sekarang, yang pasti sih, sudah tua pikirnya. Kadang-kadang ketika sedang bosan ia merasa sedikit kangen dengan mereka, pasalnya saat masih di ibukota lima puluh tahun lalu, kalau sedang bosan dia sesekali minta ceritakan tentang petualangan mereka. Kenapa gak ke Frieren aja? Karna (name) bilang mau lebih dekat dengan party nya, sedangkan dia sudah dekat dengan gurunya itu.

(Name) juga tidak tahu ternyata dia tak akan bertemu lagi dengan mereka selama full lima puluh tahun, habisnya Frieren bilang mereka akan setor muka beberapa ke ibukota, eh, omong doang ternyata, mana (name) udah percaya lagi.

Oke, balik ke kenyataan.

Gadis itu sekarang sedang menunggu Frieren kembali, ia mau beli sesuatu katanya. Sembari menunggu ia hanya berdiri diam di pinggir jalan sambil menundukkan sedikit kepala nya. Dia jadi terlihat seperti sedang menunggu seseorang menjemput nya.

'lama banget, ih.'

Beberapa detik setelah berbatin dan menghela nafas, akhirnya ada suara familiar yang memanggil namanya, "(Name)." Menengok, ia melihat gurunya itu tengah berjalan ke arah dirinya sembari menenteng koper yang selalu ia bawa.

"Sudah beli barang nya?" Tanya nya, tapi sayang ia hanya mendapat gelengan dari lawan bicara, "Trus? Mau bagaimana, nona Frieren?" Lanjutnya.

"Katanya naga kegelapan sudah tak terlihat dalam beberapa waktu lalu-"

"-Jadi, aku berpikir untuk mengambil kembali kepala naga kegelapan dari Himmel." Terlihat ia memberi senyuman kepada anak didiknya itu, "Sekalian ngajak mereka melihat hujan meteor lagi kan?" tuturnya.

(Name) membuka sedikit mulutnya tanpa ia sadari, kemudian memberi gurunya itu dengan anggukan sembari tersenyum tipis "Boleh juga." Setujunya. "Tapi, memangnya sudah ketemu nih mau melihat hujan meteor nya dimana?" tanya (Name)

tak lama kemudian (Name) melihat Frieren seperti tengah berpikir kembali, "Hmm..." Gurunya itu terlihat sedang berpikir sebentar dengan serius, "Ah! Sudah dapat, nih! Tapi... itu, (Name)..." Wajah nya memperlihatkan tampang ragu dengan beberapa kali melirik (Name), sepertinya ada yang ingin ia katakan pada (Name).

"Iya, kenapa?" Ia mengerutkan keningnya melihat keraguan di wajah Frieren.

"Ituloh... kamu nunggu disana saja, ya?" pintanya dengan gumaman di akhir kalimat. (Name) yang masih mendengar gumaman nya itu hanya bisa menatap datar, "Ehh?" beo nya. Ia paham, mungkin gurunya itu hendak menghabiskan waktu-waktu yang mungkin terakhir dengan teman-teman nya, ingin bernostalgia lah.

Tapi kan ia jua ingin mengobrol bersama, tapi yasudah lah, ia tak ingin menggangu waktu mereka. "Hahh... Baiklah, tapi nona Frieren tak akan lama kan?" ia menghela nafas sambil menunggu jawaban,

𝗘𝘁𝗲𝗿𝗻𝗮𝗹 𝗗𝗲𝘀𝘁𝗶𝗻𝘆. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang