| 04 | Bukan Sekadar Masalah

170 17 8
                                    

[DAFTAR PUTAR : SPARKGIRLS - Bersinar]

RUPANYA, tak hanya pengurus OSIS putri saja yang melakukan rapat pada malam itu. Hal ini juga terjadi pada pengurus OSIS putra. Boboiboy, Fang, dan Gopal menghela napas lega saat rapat telah selesai dilakukan. Ketiga remaja itu kemudian melangkah menuju asrama sambil berbincang-bincang.

"Capek, ya?" Fang merenggangkan punggungnya. Rasanya pegal sekali duduk selama dua jam lebih di dalam ruangan OSIS.

Gopal hanya mengangkat bahunya karena malas membalas apa-apa, sementara Boboiboy melepas topi jingganya untuk dijadikan kipas. "Malam, tapi rasanya panas banget, yak?"

"Iya, lah, Boy. Pada ramai di Ruang OSIS tadi," jelas Fang. "Untungnya udah pada fiksasi anggota baru. Coba aja kalau masih abu-abu."

"Bisa apa? Bisa gila," kali ini Gopal memilih untuk berbicara. "Ngantuk banget kayak nggak ada semangat hidup."

Masing-masing dari mereka mengangguk lelah. Sekarang sudah jam sepuluh malam, sudah waktunya untuk beristirahat. Kini, Boboiboy, Fang, dan Gopal sudah tiba di depan kamar mereka.

"Acieee, OSIS baru pada balik. Ututu, kasian amat ..." Amar, salah satu personil kamar mereka menatap sambil tertawa kecil.

Boboiboy hanya membalas dengan senyuman sementara Fang dan Gopal yang sejatinya memang sudah mengantuk langsung mengambil alat mandi mereka untuk menggosok gigi dan berwudhu, rutinitas sebelum tidur yang sudah sering mereka lakukan sejak dulu.

"Boy, lo nggak ikut ambil alat mandi kayak mereka berdua?" tanya Amar heran saat melihat Boboiboy malah bergerak mengambil beberapa buah buku dan menumpuknya kemudian memasukkannya kedalam sebuah tas.

"Gue mau ngasih ini dulu ke Ali sama Khai. Semoga aja masih sempet," jawab Boboiboy seadanya.

"Malam ini banget? Ya, jam sepuluh, sih. Nggak yang larut-larut banget, tapi kalau adek-adek lo udah pada tidur gimana?"

"Gue pengennya malam ini, biar tenang. Biasanya, sih, jam segini belum pada tidur. Semoga," jawab Boboiboy lagi.

"Gue temani, ya?"

"Nggak usah, lo udah ada di posisi bersiap tidur, tuh. Gue bisa sendiri."

"Oke, lah. Jangan kelamaan, tubuh lo butuh istirahat, Boy."

"Iya, siap."

Boboiboy kembali keluar menuju asrama santri putra kelas sepuluh dengan menenteng tas yang berisi buku-buku miliknya untuk diberikan kepada Ali dan Khai. Buku-buku tersebut adalah buku-buku pelajaran yang Boboiboy dapatkan sewaktu masih kelas 10. Boboiboy memang sengaja memberikannya sebagai referensi atau gambaran.

Jarak asrama kelas 12 dan kelas 10 tidak terlalu jauh, dan Boboiboy bernapas lega begitu tiba di kawasan Asrama Muzdalifah, bangunan berasrama khusus santri putra kelas 10.

Boboiboy baru saja ingin menuju ke lorong asrama, tapi langkahnya terhenti karena tak sengaja melihat seseorang yang sepertinya baru saja kembali ke asrama, dibuktikan dari baju koko merah dan peci yang masih melekat di kepalanya serta sajadah yang tersampir di bahunya. Orang itu juga mendekap mushaf.

Boboiboy mengenal orang itu dan langsung saja berjalan menghampirinya. "Ali! Kesini!"

Ali tersentak saat ia melihat Boboiboy yang datang memanggilnya. Alisnya berkerut, tidak mengerti mengapa abang sepupunya datang ke kawasan asrama kelas 10 malam-malam begini. "Urmm ... K-Kenapa, Bang?"

Dari Jendela Santri (Boboiboy X Ejen Ali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang