| 08 | Tragedi Penuh Drama

82 12 3
                                    

"MARI kita sambut, para pengurus Organisasi Santri Intra Sekolah, masa jabatan 20xx-20xx!"

Itu suara santri yang bertugas sebagai pembawa acara pada malam itu. Beberapa orang yang membawa tongkat pramuka seperti Ali dan Khai mulai melaksanakan tugasnya. Mereka berjalan masuk dengan mengayunkan tongkat, memberikan sambutan kepada pengurus OSIS yang satu-persatu memasuki area.

"Gila, keren banget," ujar Moon antusias, menatap ketua OSIS yang masuk dengan wakil ketua, sekretaris, dan bendahara. Masing-masing di belakang mereka ada pengurus OSIS yang baru seperti Roza.

"Wauw ... Kakak gue, kok, jadi sok cool, sih, disini? Oh, iya ... kan, harus jaga muka," julid Moon saat melihat Mika masuk dan Moon bisa melihat Mika yang menatapnya sinis. Moon hanya terkekeh.

"Heh, jangan keras-keras, Moon. Kakakmu ngeliat, tuh," bisik Iman. Bagaimana tidak? Posisi mereka berada di dekat barisan Pengurus OSIS.

"Nggak apa-apa, kapan lagi coba bisa gosipin Kak Mika?" Moon hanya menjawab santai.

Pengurus OSIS yang lama dan baru mulai duduk pada tempat yang telah disediakan. MC seperti biasa membuka acara dan membacakan susunan Acara Serah Terima Jabatan pada malam itu. Pasukan sambutan langsung kembali ke belakang dan duduk disana.

"Eh, Khai ... perasaan tadi waktu kita di luar tadi ada Kak Fadil, deh ... harusnya mereka duduk di depan kita, nggak, sih?"

Khai memusatkan perhatiannya ke depan selepas mendengar pertanyaan Ali. Fadil bersama dengan teman-temannya seharusnya berada di barisan terakhir, lebih tepatnya di depan mereka sekarang, tapi kelibat anak-anak berkelakuan aneh itu sudah tidak ada.

"Lah, iya. Apa mereka udah disiapin tempat duduknya sama yang laen?" gumam Khai.

"Masa, sih? Tapi, dari dulu dia ama gengnya itu jarang duduk di barisan tengah atau depan, cuy. Biasanya paling belakang, habis itu berisik banget, apalagi hobi ngomongin hal-hal jorok," ujar Ali sekaligus julid.

"Udah, lah, weh. Nggak usah dipikirin si Fadil itu. Paling dia bolos lagi atau ngebacot sama Ustadz. Mendingan kita fokus sama acara aja," tutur Khai.

"Lah, iya juga, sih."

Ali dan Khai memilih untuk kembali menatap ke depan, melihat Rudy yang kini bersiap membacakan ayat suci Alquran sebagai pembuka acara pada malam itu.

Terkait dengan apa yang tadi Ali dan Khai bicarakan, Fadil bersama teman-temannya memang sudah menghilang, entah kemana karena ada sesuatu yang sedang mereka rencanakan. Manakala di barisan para Pengurus OSIS yang baru, Shania tersenyum sinis sendiri, tidak ada yang melihat senyuman tersebut.

"Acara berikutnya, sambutan yang akan dibawakan oleh Kepala Pengurus Pesantren Zheva Islamic School!"

"Yaelah, sambutannya beliau biasanya lamaaaaaa ..." gerutu Moon sembari melirik jam.

"Namanya juga sambutan ..." gumam Iman yang sebenarnya juga ikut menggerutu dalam hati. Siapa yang menginginkan sambutan pada acara seperti ini? Dan apakah Kepala Pengurus Pesantren tidak bosan harus menyampaikan sambutan yang sama setiap tahunnya?

"Iya, mending kalau yang ngasih sambutan itu Ustadz Karya, nggak menye-menye. Lima menit selesai," keluh Moon lagi.

"Ya sudah, Moon. Pasrah saja kita," ujar Iman yang tidak tahu harus mengatakan apa lagi. "Kayak Alicia aja, bengong dari tadi."

"Gue nggak bengong, sih, Man," ujar Alicia yang merasa dirinya dibicarakan. Iman hanya menunjukkan sengiran kecilnya, "Emangnya sekarang lagi apa? Dengerin?"

"Halu."

"Nggak salah, sih," ujar Moon dan Iman serentak, kemudian khusyuk mendengarkan sambutan yang dibawakan oleh kepala sekolah mereka.

Dari Jendela Santri (Boboiboy X Ejen Ali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang