Niat Jaegar itu baik, hanya saja karena asal-usul pria tersebut masih menjadi misteri membuatkan Hazeline agak ragu untuk mempercayainya.
"Apa masalahmu,ha?" Pria itu berbicara dengan nada ketus.
"Kau mahu semua yang Harvey punya kan?!"
Pernikahan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jaegar?" Hazeline langsung melihat ke belakangnya. Bola matanya yang cantik itu membulat sempurna ketika melihat sang suami menatapnya dengan tatapan datar dan dingin biasanya.
"Aku butuh penjelasan tentang semua ini, Jaegar dan Hazeline!" hardik Evansa sembari menunjuk ke arah pria yang berlutut dihadapan Hazeline.
Pria itu memandang semua orang yang ada di ruang tamu dengan datar. Dia sangat malas membuang waktunya dengan hal seperti ini. Lagipula, dia baru saja tiba dari luar kota langsung disambut dengan semua ini?
"Saya tidak tahu apa-apa, izinkan saya pergi dahulu."
Jaegar Baskara, 27 tahun, seorang pria yang telah dibuangolehkeluarganyakarena sebuah kejadian yang tragis. Sekarang tugasnya hanyalah membantu Hazeline dalam pengurusan galeri lukisan keluarga Harvey.
"Jaegar, aku berbicara denganmu!" panggil Evansa dengan kesal.
"Saya tidak suka diganggu, mohon pengertiannya," jawab Jaegar yang sudah pergi.
Evansa bersumpah serapah dalam diam, beliau memandangi wajah Hazeline yang terlihat seolah bermain dengan dirinya.
"Jika publik tahu soal selingkuhanmu, apakah nama baik keluarga Harvey masih utuh? Ku sedang bertanya kepadamu, Hazeline Harvey."
Wanita itu mulai mengecilkan suaranya dan berbicara dengan tatapan serius. Beliau tidak percaya dengan pria tersebut. Bagaimana bisa Jaegar membiarkan orang asing tinggal seatap dengan mereka?
"Jangan khawatir, tante. Sejauh ini, hanya dialah..." Hazeline mengusap wajah pria tersebut, "... yang menjadi tempat sandaran terbaikku," lanjutnya.
"Dia anjingmu?" Evansa melongo sebentar.
***
Jam 8 malam,
"Silakan nikmati makan malamnya, kenapa hanya menatap saja?" Hazeline bertanya kepada Evansa yang masih murka terhadapnya.
"Kau ini sengajakan?" Wanita itu tersenyum sarkas. "Setiap kali bertemu, kau pasti mendatangkan pelbagai masalah baru kepada kita semua... tidakkah kau muak, Hazel?"
Gadis itu sedang mengunyah makanan dengan sopan. Niat utama Hazeline memanglah membuat Evansa naik darah namun siapa sangka sekarang semakin menarik. Bagi Hazeline, wanita tua itu hanya mempergunakan dirinya dan Jaegar.
Mulai saat ini, Hazeline akan membalas satu per satu jasa Evansa. Memang itu kan perjanjian mereka? Evansa juga bilang dengan menikah Hazeline bisa membalas budinya. Jadi tidak salah jika Hazeline mula membuka langkahnya sendiri.
Hazeline bisa saja membalasnya hanya saja dia sangat malas melayani. Hazeline juga merasa tubuhnya tidak begitu mendukung.
Penyakitan.
Ugh, dia benci perkataan tersebut.
"Aku sudah menyiapkan makan malam berdua denganmu, tidakkah kau berterima kasih? Kukira ini salah satu dari jasa yang harus dibalas... kau telah menjagaku dengan baik dulu," Hazeline meneguk minumannya.
"Jaegar tidak ikut?" Evansa tentu saja merasa aneh dengan hubungan pasangan tersebut. Masa makan malam juga berasingan?
"Buat apa? Orang juga sibuk.." ucapannya jeda sejenak.
"... Kenapa tante sering membawa nama dia sih? Apa tante suka sama dia?" Hazeline memandang tepat ke arah bola mata Evansa dengan tajam.
Haa
"Kau tidak tahu apa-apa jadi jangan asal ngomong,"
"Lagi pula--"
"Aku mau bercerai setelah semuanya kembali stabil kelak," potong Hazeline.
Pikiran Hazeline hanya dipenuhi dengan kata "cerai" saat ini. Tidak mahu membuang waktu dengan seorang pria yang sama sekali tidak peduli dengannya.
"Cerai? Kenapa berpikir cerai adalah solusinya?"
Hazeline terdiam, itu bukan suara Evansa melainkan Jaegar. Pria itu memasuki ruang makan dengan langkah besar dan aura dinginnya menyejukkan ruangan tersebut.
Keduanya bungkam baik Hazeline maupun Evansa. Jaegar sepertinya dalam suasana hati yang buruk (?) Pikir Hazeline.
"Jawab pertanyaan saya," ujarnya lagi.
Namun Hazeline tetap berdiam di tempat duduknya. Dia tidak mau buka mulut sama sekali. Makanannya juga masih tersisa.
Evansa juga berdiam diri karena tidak mau merusakkan lagi suasana yang sudah suram tersebut. Beliau tidak mau mati di tangan Jaegar.
"Tidak semua masalah rumahtangga diselesaikan dengan penceraian, anda mengerti?"
"Saya juga tidak suka mengulang ucapan dua kali, Mrs. Baskara."
Jaegar pergi meninggalkan keduanya yang tak bergeming. Makan malam pada hari ini sepertinya agak kacau.
Evansa memilih untuk pamit dengan alasan hari sudah semakin larut. Sedangkan Hazeline, dia ngelamun di kamarnya.
"Kenapa..."
"Kenapa aku tidak bisa melawan dia?"
- TO BE CONTINUED - any problem just dm ; @bymshazelnut 06 April 2024.