44. no estaré contenta hasta sentir tus latidos

189 39 20
                                    

Setelah pemeriksaan itu, Estelle diberi obat melalui infus untuk mengurangi rasa nyeri, menambah nutrisi. Efek samping obatnya mengantuk, jadi kali pertama Ramón datang untuk menjenguknya lagi, gadis itu sudah terlelap.

Estelle selanjutnya sadar lagi pukul 11 siang. Para suster masuk lagi untuk memeriksa kondisinya. Kali ini sedikit lebih segar karena sakit di kepalanya tak begitu mengganggu dan rasa mualnya juga sudah hilang. Ada Ramón dan Carla, tapi tentu saja itu tak membuatnya lebih senang daripada jika ia menemukan prianya lah yang bersamanya sekarang.

"Dimana Yoongi?" tanyanya.

Carla tidak tahu menahu, sementara Ramón berdecak malas mendengar dua kata pertama yang diucapkan anak perempuannya ketika dirinya khawatir malah tentang pria asing itu.

"Apa yang kau rasakan sekarang, Estelle? Aku lebih khawatir, daripada untuk menjawab pertanyaanmu. Kau jadi seperti ini karenanya."

Estelle melirik kepada Ramón dan Carla secara bergantian. Pria itu duduk di sofa empuk samping ranjangnya, menyilang kaki, memamerkan eksistensi seolah ia meluangkan waktu sibuknya untuk menjenguk sang anak. "Aku hanya akan bicara dengan Yoongi." Tapi Estelle tak terhibur sama sekali apalagi untuk merasa dihargai. "Sekarang dimana Yoongi?"

Keinginannya yang sangat simpel itu tidak diwujudkan, membuat Estelle berpikir ketidakmunculan Yoongi setelah kejadian ini adalah karena tak seorangpun memberi kabar kepadanya. Sialnya lagi itu terjadi dalam satu hari penuh sampai Estelle hampir memutuskan untuk kabur dari kamar inap naratamanya jika esok keinginannya tidak diberikan juga.

"Aku tidak mau makan jika Yoongi belum datang."

Sampai ia lewatkan sarapan dan makan siangnya di hari kedua ia dirawat pula, Yoongi belum memunculkan batang hidungnya.

"Pria itu lebih memilih mengurusi temannya yang seorang tahanan sekarang. Dia sedang menunggu pengacara untuk membantunya."

Jadi, Yoongi tahu kalau dirinya di rumah sakit. Estelle sempat termakan dan membuatnya ragu dengan Yoongi akibat ucapan Ramón tersebut. Keyakinannya jika Yoongi tidak datang karena tidak tahu menahu mulai goyah, iris matanya bergerak tak nyaman, sedih; Ramón mengira dirinya menang.

Namun selanjutnya, Estelle tetap berkeinginan untuk bertemu Yoongi, meski kini tujuannya berubah dari ingin bertemu pria itu menjadi meminta penjelasan kebenaran atas pernyataan Ramón.

"Aku tetap ingin bertemu Yoongi."

Ramón pergi meninggalkan ruangan dengan gusar, mungkin itu akan menjadi terakhir kalinya ia menginjakkan kaki disana dan menengok anak perempuannya. Carla masih berdiri di samping ranjang pasien itu, terlihat lebih baik meski sedikit sakau sambil menggigit bibir dalamnya dan memegangi pagar ranjang dengan rasa bersalah. "Estelle, lo siento."

Estelle menatapnya tanpa rasa yang berarti lagi, seolah ia memang sudah benar-benar menyerah dan tidak mengerti ucapan maaf itu untuk apa. "No lo sé, Carla."

"Maaf tidak mengabarimu tentang apartemen itu, Ramón memintaku untuk diam, jika kau tidak pergi, pun, hari itu kita tetap akan diseret keluar karena tidak membayar," katanya, memperjelas maksud dari permintaan maafnya dengan manik berkaca-kaca. "Maaf mengabaikan pesanmu, Estelle. K-kau tidak akan meninggalkanku juga seperti ibu dan Félix, kan? Atau Miguel?"

Estelle menghela nafasnya, berpikir kenapa ia harus selalu melewati kemalangan terlebih dulu hanya untuk mendapatkan hal-hal yang membuat jiwanya sembuh?

"Carla aku tidak akan pergi, tapi jika kau terus membahayakan dirimu sendiri, aku takut kau yang akan meninggalkanku," gumamnya. "Aku sudah tidak bisa menjagamu lagi, tapi aku tidak akan meninggalkanmu."

Diablo [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang