☆ Red riding hood (Isagi Y.)

201 14 0
                                    

Author P.O.V

Senandung lagu terdengar dengan lembut di tengah jalan setapak hutan. Jubah merahnya melambai di setiap langkah yang dia ambil, mengayun pelan terhempas angin

Sepatu kulit nya menginjak jalan setapak dengan pelan, meninggalkan jejak kecil di tanah yang sedikit basah

Tangannya menggenggam keranjang yang berisikan roti-roti mulai dari yang manis hingga yang gurih. Yang kecil hingga yang besar. Roti-roti tersebut mengeluarkan aroma yang beragam, mengundang rasa lapar bagi siapapun yang menciumnya

Gadis berusia 18 tahun itu tengah berjalan sendirian di tengah hutan menuju rumah neneknya, tanpa peduli bahaya yang ada di sekeliling nya

Rambut (h/c) nya yang tertutupi oleh tudung merah itu menjuntai keluar. Gaun putih se lututnya yang di baluti korset cokelat sesekali mengintip dari balik jubah merahnya yang panjang

Kakinya terus melangkah ringan dengan bahagia ingin menjumpai nenek yang kabarnya sedang sakit di kamarnya. Ibu nya segera mengirimnya untuk mengantarkan roti-rotian mengingat neneknya itu sendirian di rumah yang berada di tengah hutan

Dirinya sering berhenti untuk menyapa hewan-hewan kecil yang mendekati dirinya seperti tupai, kelinci, maupun musang dan memberikan mereka sepotong roti jika mereka mau

20 menit berjalan dari rumahnya, rumah kayu milik neneknya semakin lama semakin terlihat. Rumah kayu kecil berwarna krem muda dengan cerobong serta pagar kayu yang pendek. Semak-semak terlihat menutupi jendela kamar neneknya. Cerobong asapnya mengeluarkan asap tanda neneknya sedang melakukan sesuatu yang berkaitan dengan api

Wajah nya mengukir senyuman manis. Kaki nya berlari-lari kecil mendekati rumah bercerobong itu dengan antusias tak sabar bertemu neneknya

Pintu kayu yang terlihat mulai keropos di makan rayap itu diketuknya. Gadis itu diam, menunggu jawaban

1 menit, 2 menit, tak ada jawaban dari neneknya. Dia memiringkan kepalanya ke samping. Tidak biasanya neneknya tidak menjawab. Apakah sedang tertidur? Atau terlalu fokus bermain api?

"Baa-chan, aku masuk, ya" tangan kanannya perlahan mendorong pintu tua tersebut. Bunyi pintu terdengar di penjuru rumah

Kepalanya sedikit mengintip kedalam untuk memeriksa apakah ada orang atau tidak di dalamnya. Kosong

Pintu tersebut dibuka semakin lebar, memberikan celah untuk gadis itu berjalan masuk. Kakinya perlahan melangkah masuk menginjak lantai tua dengan perlahan agar tidak menggangu dengan suara sepatu kulitnya

"Ada orang?" Kepalanya menoleh kesana kemari, mencari siapapun yang bisa dia temukan di dalam rumah neneknya

Mata (e/c) itu menyapu seisi rumah. Api. Dirinya segera beranjak ke ruang makan hanya untuk menemukan api yang menyala tanpa ada siapapun yang sedang memasak

Dengan segera, gadis itu mematikan api yang menyala dengan sekali siraman air. Khawatir api tersebut semakin besar lalu memakan habis rumah neneknya

"Eh.. ku kira ada orang di sini.." setelah selesai mengamati dapur, kakinya kembali melangkah untuk pergi ke ruangan terakhir yang ada di rumah itu, kamar tidur milik neneknya

Pintu kamar neneknya tertutup. Entah kenapa, kali ini jantungnya berdegup dengan kencang, seolah sesuatu menunggunya di balik pintu ini

Nafas wanita itu menderu, memasok oksigen untuk jantungnya yang berdetak sangat kencang. Aura di sekelilingnya mendadak berubah mencekam. Perasaannya tidak enak. Perasaannya sendiri mengatakan untuk tidak memasuki kamar tidur neneknya

Tangannya bergerak untuk melepas tudung kepalanya, membiarkan tudungnya terjatuh menyender di balik lehernya. Rambut (h/c) nya menjuntai dikala tudungnya dilepas, berkilau di bawah sinar matahari yang masuk melalui jendela

𝙐𝙉𝙋𝙐𝘽𝙇𝙄𝙎𝙃𝙀𝘿 || varian Haikyuu/blue lock Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang