Di rumah yang cukup mewah dan megah yang hanya di huni oleh Hendra abimana dan kedua anaknya yang bernama Ara Bianca Putri Abimana dan Aleta Aledra Putri Abimana serta pembantu yang bernama Lira yang sudah lama bersama mereka sejak Aleta dan Ara masih kecil. Rumah mereka dulu sangatlah bewarna namun saat kepergian karina semuanya berubah dan jauh dari kata bahagia,bahkan sekarang saja di rumah itu terjadi keributan.tepatnya di kamar Aleta anak kedua Hendra.
"ALETA" bentak sang ayah pada Aleta.
Hendra memarahi Aleta karna waktu ulangan kelulusan di jenjang SMP nya ia mendapati nilai rendah, tidak seperti kakak nya yang mendapati nilai tinggi,bahkan Ara selalu menduduki peringkat satu yang selalu membuat sang ayah bangga padanya. Sedangkan Aleta jauh dari kata itu bahkan ia tak pernah mendapatkan peringkat di sekolah nya,tetapi Aleta berusaha agar mendapat nilai yang nantinya akan membuat sang ayah bangga padanya.Namun Hendra selalu menilai Aleta sebagai anak yang bodoh. Hendra selalu membandingkan Aleta dengan ara, menurut Hendra Aleta adalah anak pembawa sial.
"Kenapa nilai ulangan kamu tidak seperti Ara,saya capek keluarin uang buat biaya sekolah kamu.Tapi kamu belajar ajah enggak niat.harusnya kamu itu contoh kakakmu yang selalu dapat prestasi di bidang manapun, dan selalu membanggakan saya.tidak seperti kamu yang selalu memalukan saya".
Aleta hanya diam mendengar semua tuturan kata dari sang ayah,ia sudah terbiasa di beda bedakan oleh sang ayah.Walaupun ia memang bodoh namun setidaknya ia ingin mendapatkan pujian dari sang ayah. Dengan prestasi yang ia dapat walaupun itu tidak sebanding dengan Ara.
"Di saat penerimaan rapot nanti,saya cuman mau liat kamu dapat peringkat berapa.Jika kedudukan peringkat mu tidak memuaskan saya.habis kamu sama saya".
kalimat terakhir Hendra membuat Aleta takut dengan isi rapotnya nanti. jika tidak sesuai keinginan ayahnya, pasti ia akan dipukuli lagi.
"Ayah kan yang akan ngambil rapot Aleta".sebenarnya Aleta takut mengucapkan hal ini pada ayahnya,karna setiap penerimaan rapot ayahnya tak pernah datang,dan yang mengambil rapotnya ialah dirinya sendiri tanpa ada yang mendampingi nya.
"Saya tidak bisa,karna saya mau mengambil rapot Ara".
Sudah Aleta duga pasti Hendra tak mau mengambil rapot nya, mungkin karna Ara SMA dan Aleta masih SMP. Tetapi jadwal pembagian rapot Ara pada pukul 11.00 sedangkan Aleta pada pukul 09.00.apakah tidak bisa membagikan sedikit waktu itu.Aleta juga butuh wali yang mengambilkan rapot nya,sejak Aleta sekolah tidak pernah ada wali yang mengambilkan rapot nya.
"Ayah,waktu pengambilan rapot Ara dan Aleta tidak bertabrakan, apakah ayah tidak bisa membagikan sedikit waktu Ara pada Aleta".
Hendra yang mendengar ucapan Aleta sangat marah terlihat dari tangan Hendra yang terkepal kuat dan urat-urat tangannya yang menonjol.
BRAKK
"APAKAH KAMU TIDAK DENGAR TADI SAYA BILANG APA".
Aleta kaget dengan sentakan sang ayah bahkan meja yang ayahnya geprak.Aleta hanya menunduk ia takut melihat sang ayah jika marah.
"AMBIL SAJA SENDIRI RAPOT KAMU, TIDAK USAH MANJA.menurut saya mengambil rapot kamu itu gak penting, KAMU PAHAM".
" I-iya ayah A-aleta paham".Aleta menahan rasa sakit yang begitu nyeri di dadanya mendengar ucapan ayahnya.
Hendra melangkah untuk keluar dari kamar aleta,namun langkah kakinya terhenti saat aleta melontarkan sesuatu pada Hendra.
"Apakah ayah tidak bisa membagikan sedikit kasih sayang ayah pada Aleta, Aleta emang bodoh.pengetahuan Aleta gak sejernih Ara. Aleta capek yah,selalu di beda bedain sama kakak. Aleta juga anak ayah.Adanya Aleta di sini karna ayah juga. Buat apa Aleta ada kalau ayah kayak gini sama Aleta"
"Awsss".Aleta meringis kesakitan karna ayahnya melemparkan
Nya vas bunga,dan mengenai tangan Aleta yang belum sembuh dari pukulan sang ayah minggu kemarin."Tiadanya Istri saya disini karna kamu,buat apa kamu ada kalau akhirnya istri saya yang pergi.Adanya kamu disini bukan kemauan saya juga.dan, jangan harap kamu mendapatkan sepeser kasih sayang dari saya,itu tidak akan pernah terjadi.Ingat itu".
Setelah itu Hendra keluar dari kamar Aleta,serta pintu yang ia tutup hingga membunyikan suara yang cukup besar.Dada Aleta terasa sakit mendengar setiap ucapan ayahnya.
"kalau Aleta bisa milih,Aleta juga gak mau kayak gini ayah. Mending Aleta ajah yang pergi,Bunda jangan.Ayah emang benar Kalau Aleta itu pembawa sial".
Aleta memandangi pergelangan tangan nya yang penuh dengan bekas luka,bahkan memar biru yang ia dapatkan tadi.
"Jangan terlalu lama benci sama Aleta yah,Aleta butuh ayah.Kalau ayah kayak gini Aleta sedih.udah Enggak ada bunda disini,setidaknya Aleta dapat kasih sayang dari ayah.karna semenjak Aleta hidup,Aleta enggak tau seperti apa kasih sayang seorang bunda kepada anaknya".
🦋🦋🦋
HAI TEMAN-TEMAN JANGAN LUPA KOMEN YA, BIAR AKU TAMBAH SEMANGAT LANJUTINNYA......:)
DAN JANGAN LUPA SHARE BIAR YANG BACA TAMBAH BANYAK.
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK. MAKASIH UDAH MAU BACA.. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tak Membenci Takdir (On Going)
Random"Terlihat bahagia,namun banyak menyimpan luka" Seorang gadis yang bernama 'Aleta Aledra Putri Abimana' yang mempunyai seorang kakak yang bernama 'Ara Bianca Putri Abimana'. Kehidupan mereka sangat lah jauh berbeda,kehidupan Ara sangat lah bewarna...