5.Ngeluh ajah tidak cukup

147 9 3
                                    

Yang awalnya langit cerah kini berubah gelap disertai dengan bulan yang begitu terang,bahkan bintang yang sangat berkilau dan indah.Serta Aleta yang kini memandangi bintang-bintang itu.

"Bunda,liat aleta dari atas sana enggak", Aleta melambaikan tangan nya berharap sang bunda melihat nya.

"Kalau bisa,ajak aleta juga bun.Pasti indah di atas sana".

Tok Tok

Aleta menoleh ke sumber suara.

"Non waktunya makan malam,tuan sudah menunggu di bawah".

"Iya bi,bentar".

Aleta segera turun ke bawah,ia tidak mau sang ayah menunggu diri nya begitu lama.Saat sampai ia menarik kursi untuk duduk di samping sang ayah,untuk yang pertama kali nya bagi Aleta.

"Duduk di kursi depan Kakak kamu saja,enggak usah di samping saya",ujar Hendra dengan mata yang masih fokus ke depan.

"Aleta mau du----".

"Enggak usah makan kalau enggak nurut".

Aleta hanya menghela nafasnya lalu ia duduk di kursi yang berada di depan Ara.Bahkan Aleta melihat Hendra menyendokkan nasi dan mengambilkan lauk yang di inginkan Ara.Entah yang keberapa kalinya Aleta menghembuskan nafas dengan berat.Saat ia tengah sibuk menyendok nasi ada tangan yang mengusap bahunya,Aleta memegang tangan itu.

"Aleta enggak papa bi",Aleta memberikan senyum pada bi Lira.

Saat mereka sudah mulai makan hanya terdengar suara sendok dan garpu yang bersentuhan dengan piring.Tak lama dari itu Hendra berhenti makan karna suara henpon yang bunyi.

Drettt

"Halo pak".

"Maaf Pak mengganggu waktunya,saya akan memberi tau bapak jika besok malam saya ada acara perusahaan.Saya mau mengundang keluarga bapak,karna dulu bapak yang membantu saya mengurus perusahaan yang hampir jatuh".

" baik Pak,besok malam saya akan datang bersama anak saya".

"Dua anak bapak itu ya? ",tanya nya.

"Dua?,saya cuman punya satu anak pak".

Aleta yang menyendok nasi terhenti karna mendengar ayah nya.Tetapi itu hanya sebentar,dan ia melanjutkan kembali makan seolah tidak mendengar penuturan sang ayah.Ara yang sadar dengan raut wajah Aleta pun segera menawarkan minum pada Aleta.

"Mau minum dek", Aleta hanya menggelengkan kepala serta senyum yang ia berikan pada Ara.

"Maaf Pak kalau salah".

"Tidak papa",Hendra mengakhiri telpon karna sudah tidak ada yang mau di bicarakan lagi.Dan Hendra melihat raut wajah Aleta.

"Kenapa kamu? ".

"Aleta anak ayah kan? ".

"Maksud kamu Ara!.Jika yang kamu maksud itu Ara,iya benar.Dia itu anak saya".

"Ayah".

"Kenapa sayang",ucap Hendra pada Ara.Nada Ara memberi tau jika ayah nya tidak boleh mengucapkan hal seperti itu.

"Aleta mau naik yah,Aleta udah kenyang".

Aleta meranjak dari duduk nya, dan akan segera menaiki tangga.Hendra melihat nasi Aleta yang belum habis sangat emosi,hingga meneriaki Aleta.

"Aleta".

Tidak ada jawaban dari Aleta,hanya terdengar langkah kaki yang menaiki anak tangga.

"Aleta berhenti,saya ingin bicara".

Aku Tak Membenci Takdir (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang