3.Jalanin ajah dulu

175 8 0
                                    

"Jika Ara pergi saya tidak punya siapa-siapa lagi".

-HENDRA ABIMANA-

---------------

"JAWAB SAYA ALETA".

"Maafin Aleta ayah.Aleta tidak tau kalau kak Ara sudah makan".

Setiap di marah Aleta selalu menundukkan kepalanya,agar matanya tidak bertemu dengan mata sang ayah.Jika itu terjadi maka Hendra akan semakin emosi.Di sebabkan mata Aleta begitu mirip dengan mendiang Karina,istri yang ia cintai yang sudah lama meninggal kan dirinya.Setiap Aleta berbicara pada sang ayah pasti ayahnya melihat objek lain.Karna Hendra tak mau melihat wajah Aleta,serta mata yang mirip sekali dengan bunda nya.bahkan jika Hendra tidak sengaja melihat mata Aleta maka memori-memori bersama karina terlintas kembali di kepala nya.

"Tapi Aleta benar-benar tidak memaksa kak Ara buat makan".

"Kamu itu alasan saja bisa nya,sudah salah masih mau membela diri", sardik Hendra.

"Dengar saya baik-baik".

Kini Aleta sudah tidak menunduk lagi, ia memandangi sah ayah lekat-lekat. Namun yang di pandang memanglingkan wajahnya ke objek lain.

"Kamu itu harus bersyukur masih saya anggap anak.kalau tidak,kamu mau jadi apa di luar sana.Tapi kamu malah tidak tau di untung.Masih ingat kan istri saya meninggal karna siapa".

"Istri saya udah enggak ada,cuman Ara yang masih ada di sisi saya.Jika Ara pergi,saya sudah tidak punya siapa-siapa lagi".

Aleta meremas ujung bajunya.Kini matanya sudah berair,tapi ia menahan nya agar buliran itu tidak mengalir.Bahkan ia menahan sesak yang ada di dadanya.Mendengar penuturan sang ayah,rasanya lebih sakit di bandingkan dengan pukulan-pukulan yang ia terima selama ini.

"jadi jangan coba-coba mencelakai Anak saya".

"Aleta enggak akan celakain kak Ara ayah,Aleta sayang sama kakak".

"Kalau kamu memang tidak ingin mencelakai Ara,kenapa kamu tadi paksa Ara makan.Kamu Kalau mau makan,ya makan ajah,ngak usah paksa Ara.Kamu juga biasanya makan sendiri.Mau cari Alasan lagi kamu".

"Ayah Al----",

Ucapan nya terhenti karena Hendra segera pergi dari hadapan nya.Aleta hanya menghela nafas,sangan sulit untuk berbicara dengan tenang bersama ayah nya.

Aleta hanya memandangi sekeliling nya dan terhenti saat melihat bingkai-bingkai foto yang berada di ruang tamu.Ia masih bisa melihat foto-foto itu karna ruang tamu masih bisa terlihat dari dapur.Bingkai foto yang terdapat Ara, Hendra,dan Karina disitu.Bahkan foto Ara saat masih kecil yang sedang bermain di temani ayah dan bunda.

"Aleta pengen kayak di novel,yang bisa bertukar tubuh dengan seseorang.Kalau emang ada,Aleta bakal maju paling depan buat bertukar sama kak Ara.Aleta cuman mau rasain gimana punya keluarga harmonis.kesan nya di sini Aleta yang jahat,tapi emang iya sih.Aleta udah buat bunda pergi".

Ujarnya,dengan menertawai dirinya sendiri.Saat tawa Aleta sudah mereda, Air mata itu turun begitu saja.Yang sedari tadi tidak kuasa Aleta bendung.

Saat Aleta mendengar suara langkah kaki,ia segera menghapus air matanya dan bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa.

"Non Aleta belum makan".

Ujar bi Lira,pasal nya nasi dan lauk di piring Aleta tidak mengurang,bahkan masih terlihat belum di sentuh sama sekali.

"Perasaan tuan dan non Ara udah datang".Tanya bi Lira heran.

"Mereka udah selesai makan bi",balas aleta dengan senyuman.

Aku Tak Membenci Takdir (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang