Hari ini, seperti janjinya Devano akan menghabiskan weekend nya bersama Afika.
“udah?”tanya Devano memasangkan helm dikepala Afika.
“Udah, makasih Vano”
Afika sedikit mendongak untuk bisa menatap wajah Devano. Tubuh Afika itu tingginya 165 cm, tinggi bukan? Tapi jika berdiri berdampingan dengan Devano yang tingginya 180 cm, gadis itu hanya sebatas dada Devano.“Stt cium pipi” Afika memutar bola matanya malas.
Dengan sedikit berjinjit, gadis itu mencium pipi Devano sekilas.
“Pendek” Afika melotot kesal mendengar ucapan remaja lelaki itu."Aku gak pendek, kamunya aja kaya tiang gitu" Devano terkekeh kecil melihat wajah kesal Afika.
“Iya iya kamu tinggi, kaya botol Yakult”
Ucapnya dengan senyum menjengkelkan diwajah tampannya.1
2
Devano menghitung dalam hatinya dan...
BUGH“Aduh shh” lelaki itu meringis karena pukulan Afika yang tidak main-main, gadis itu memukul rahang bawahnya dengan keras.
“Vano ngeselin”gadis itu lantas menaiki motor sport milik lelaki itu.
“Ayo cepetan, nanti macet”
“iya, pegangan” Devano menuntun tangan Afika agar memeluk punggungnya.
“Modus”cibir gadis itu memukul pelan pundak Devano.
“Vano gak modus”elak remaja lelaki itu lalu fokus mengendarai motor sport nya.
Sesekali Devano tersenyum tipis saat melihat wajah Afika yang sedang melihat sekitar dari kaca spionnya.
*****
“ini aku bebas beli novelnya?”tanya Afika menatap Devano.
Lelaki itu mengangguk sambil melihat-lihat buku psikologi.
“Iya tinggal pilih yang kamu suka, mau aku bantu pilih?”Gadis itu menggeleng pelan
“Gak aku udah pilih sepuluh novel, dua buku psikologi sama satu buku antologi puisi” Afika menunjukkan tumpukan buku diatas meja kasir.Devano tersenyum lalu melihat sinopsis dibelakang buku yang dipilih Afika.
“Thriller, Obsession, Psyco, mafia, gak ada novel genre cinta pesantren?”“Aku gak suka baca novel tentang pesantren”
“Yaudah, ayo pulang”
*****
“Zie..”panggil Devano membuat gadis itu menatap nya.
“Kenapa?”
Lelaki itu menggigit bibir bawahnya ragu.
Afika menghela nafas panjang lalu mengacak rambut hitam Devano dengan lembut.“Jangan digigit bibirnya,Vano mau ngomong apa?”
“Vano suka sama seseorang”
Deg
Afika membeku ditempatnya, Devano menyukai seorang gadis? Siapa?
Gadis itu memasang wajah kaget sekaligus bingung"kamu tau, siapa gadis yang membuat aku jatuh cinta?"tanya lelaki itu.
Gadis dihadapannya menggeleng pelan
"Enggak, emang siapa Van?""She is a crazy girl, which strangely makes me really love her and want to have her."
Gadis itu mengangguk sambil tersenyum paksa. Entah kenapa dadanya sesak saat mendengar sahabatnya itu mengatakan bahwa ia mencintai seorang gadis dan ingin memiliki nya.
“Gadis itu bernama Alzierrafika Xlavena Laderzain, gadis cantik pemilik mata coklat yang indah dan senyum manis” lanjutnya mengusap lembut pipi Afika.
“Will you be my lover?”tanyanya dengan
“Vano nembak aku?”
Afika benar-benar tidak pernah menyangka Devan akan menyatakan perasaannya."Hm, kamu mau?"
Gadis itu menunduk, lalu menggeleng pelan.
"Aku gak mau kita pacaran, aku takut kalo ayah marah dan nyiksa kamu Van"Detik berikutnya Devano tertawa ngakak melihat wajah Afika yang memerah malu.
“kamu serius ngira aku nembak kamu?”
“Dih Apaansih, gak ya orang aku tau kamu bohong”elak gadis itu tertawa canggung.
“Aku sayang sama kamu, sayang banget malah, Kamu itu kesayangan Vano, sahabat aku dan kamu prioritas utama aku setelah Bunda”ucap Devano menatap teduh netra coklat yang menjadi candu untuknya.
“tapi aku gak mau kita pacaran,aku mau kita sahabatan aja, kalo pacaran aku takut kita putus tapi kalo sahabat gak mungkin putus, kamu paham?”
Afika mengangguk pelan, walau hatinya sedikit sakit. Dia tersenyum teduh.
“Iya aku paham”Devano menangkap raut sedih diwajah sahabatnya. Lelaki itu menghela nafas panjang, mata elangnya menatap netra coklat itu.
“Denger, aku yakin kalau kita emang berjodoh... Tuhan pasti akan membuat kita bersatu apapun yang terjadi”
Tersenyum manis, Afika memilih untuk mengajak Devano pulang.
“udah sore Van, pulang yuk”.“hm ayo”
****
“Cel....”
“Cella.."panggil Aksara lagi menangkup wajah Alena.
“Apaan Za?” tanyanya menatap jengah kelakuan Aksara.
“kamu kenapa?, kamu marah?”tanya lelaki itu.
“mikir sendiri, kamu tadi diliatin sama fans-fans kamu, dan kamu malah senyum? Biar apa? Mau tebar pesona? Iya?”
“Cemburu hm?”
"Gak apaan, emang aku siapanya kamu? Cuma sahabat"elak gadis itu walau dengan wajah yang memerah.
“Oh yaudah, aku mau nyamperin fans-fans aku dulu ya”ucap lelaki itu yang langsung dibalas tatapan tajam dari gadis dihadapannya.
“Yaudah, kalau gitu...kamu mau jadi pacar aku?”
Alena membolakan matanya, menatap tak percaya pada Aksara. Lalu gadis itu mengangguk antusias.
“Ya, boleh lah”
“Tapi kamu yang kedua ya? Yang pertama Marselino Ferdinan”lanjutnya.Aksara mengangguk pasrah, walaupun sedikit terpaksa.
“Iya deh, berarti...kita beneran pacaran?”Alena mengangguk sekali lagi.
"Iyaaa Erza".
.
.
.
Hehe garing ya?
See you next chapter guys
Jangan lupa untuk vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE (on going)
Teen FictionSebuah persahabatan antara lelaki dan perempuan nyatanya tidak akan pernah bisa tanpa adanya rasa cinta yang murni. Salah satu atau bahkan keduanya mungkin saling mencintai. Seperti halnya dengan Devano dan Afika yang sudah menjalin hubungan persaha...