Happy reading....
ini murni karya imajinasi dan pemikiran saya sendiri. Jadi mohon hargai karya saya, kalau tidak suka skip aja.Saya menerima komentar dan masukan.
Terimakasih udah mau baca cerita saya hehe :')
Saat itu mereka berdua masih duduk dibangku kelas 6 SD. Dan ketika ada pengambilan raport hasil ujian kelulusan, Alena pun merasa khawatir jika nilai ujiannya jelek namun Aksa tidak tinggal diam, seketika ia menggandeng erat tangan gadis kecil itu dan memeluknya erat.
“Jangan takut ya Cel, Erza yakin kamu pasti bisa dapet nilai yang bagus”bisik Aksa mengecup pelan kening Alena.
“Tapi kalau nilai aku jelek gimana? aku takut papa marah sama aku Za”saut gadis itu.
“kalau Om Ronel marahin Cella, nanti Erza yang ngadepin dia”kata bocah laki-laki itu.
“Beneran?”tanyanya ragu, Aksa menganggukkan kepalanya yakin.
Setelah itu orang tua keduanya keluar dari kelas dengan bersamaan dan memberikan ucapan selamat untuk mereka berduka karena mendapat nilai tertinggi di kelasnya.
“Selamat sayang Al dan Aksa dapet nilai tertinggi dikelas”ujar kedua orangtuanya.
Mendengar itu Aksa tersenyum penuh kemenangan
“tuh kan Aku bilang juga apa” ucap Aksa“Iya deh” pasrah gadis itu dengan wajah kesal yang mana malah menambah kesan imut pada dirinya.
“Tante kalau Aku udah besar nanti aku boleh kan jadi pelindung buat Cella?”tanya Aksa
“Kan Aksa sama Al udah sahabatan, kalian masih kecil lho, tapi kalau Aksa udah dewasa dan mandiri Aksa boleh jadi pelindung buat Al” jawab Chelin memberi pengertian
Vera menghela nafas panjang lalu berkata
“Iya kalian akan selalu bersama untuk selamanya ok”Aksa merasa sangat senang lalu memeluk erat tubuh mungil Alen dan mengusap lembut rambut coklat panjang milik gadis itu.
“Erza sayang sama Cella, jangan pernah pergi ya cantiknya Erza”bisik Aksa
“Cella juga sayang sama Erza jangan pernah berubah ya”balasnya.
“Yaudah Al,Aksa ayo pulang” ajak Vera yang diangguki oleh keduanya
****
“VANO!, BALIKIN BONEKA AKU!”teriakan gadis kecil itu terdengar diseluruh halaman belakang rumahnya.
Dia berlari mengejar anak laki-laki yang tersenyum mengejek sambil membawa boneka beruang.
Kaki kecilnya tidak sengaja tersandung batu, alhasil gadis itu terjatuh hingga keningnya berdarah karena membentur batu kerikil dengan sangat kencang.Dadanya naik turun dengan keringat yang membasahi wajahnya.
“V-vano na-kal hiks” Afika mengusap kasar air matanya. Dia merasakan keningnya perih.
Devano membelalakkan matanya saat melihat Afika menangis sesenggukan, merasa bersalah anak laki-laki itu mendekati sahabatnya dengan pelan.
“Maafin Vano, Zie jangan nangis ya” ucap anak itu.Dia mengusap air mata Afika dengan lembut, dia tidak tega melihat wajah Afika yang memerah.
“Maaf, Zie jangan nangis okay?”Gadis kecil itu hanya diam, dengan wajah yang cemberut.
“Nanti Vano beliin ice cream coklat, tapi Zie maafin Vano dulu”Mendengar kata ice cream coklat, membuat gadis kecil itu lantas mengangguk antusias.
Dengan wajah ceria dia menarik tangan Devan menuju ruang tamu.
“Ayo beli ice cream, nanti kita ke rumah Valen sama Aksa ya”
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE (on going)
Novela JuvenilSebuah persahabatan antara lelaki dan perempuan nyatanya tidak akan pernah bisa tanpa adanya rasa cinta yang murni. Salah satu atau bahkan keduanya mungkin saling mencintai. Seperti halnya dengan Devano dan Afika yang sudah menjalin hubungan persaha...