"ngapain Lo liatin gue?"tanya Afika menatap Alena yang hanya menyengir tanpa dosa.
"Gue udah jadian sama Erza"
Afika sedikit menganga terkejut.
"kok bisa sih??""Ya bisa lah, jadi gue cemburu liat dia dideketin sama fans-fans nya, terus dia bilang mau gak pacaran, yaudah gue terima deh"jelas Alena dengan Santai sambil memainkan ponselnya.
"Lo suka sama Devan?"tanyanya
Afika mengangguk lalu tersenyum tipis.
"bukan cuma suka, gue cinta sama Vano, tapi Vano bilang kita gak usah pacaran, kalo jodoh nanti pasti bisa bersama""eh, gue pulang dulu ya"izin Alena mengambil jaketnya.
"tumben, biasanya nginep kalo weekend"Afika menatap heran sahabatnya yang terlihat sangat antusias.
"My boyfriend ngechat, ngajak malming, ini kan first time gue sama Aksa malming dengan status lebih dari sahabat, bye bye prenjon"
"Anjing"umpat Afika menatap kesal punggung Alena yang mulai menjauh.
*****
"Loh muka kamu kenapa Van?"tanya Afika menatap wajah Devano dengan khawatir.Devano terkekeh geli melihat wajah Afika yang sedang menatapnya khawatir
"Biasa Zie""Ayah kamu lagi?"
Mata gadis itu mulai memanas, Devano yang melihat itu lantas menggeleng cepat sambil tersenyum, netra hitam kelamnya menatap teduh tepat di netra coklat milik gadisnya."Ini aku yang bandel, bukan salah Ayah"
Dengan berat hati, Afika mengangguk pelan lalu menuntun Devano ke arah gazebo dibelakang rumahnya."Aku obatin dulu, baru kita belajar"
Devano tersenyum manis lalu membiarkan Afika mengobati luka-luka diwajahnya.Tangan besar milik lelaki itu menahan tangan Afika yang sedang mengobati lebam dirahang tegasnya.
"Aku mau cerita, Zie dengerin""Ada adek kelas yang nembak aku, namanya Skayana Alyssa Gavier, tapi aku belum jawab, aku mau nolak tapi aku takut nyakitin hati dia."
Afika terdiam, Devano tidak ingin menyakiti hati gadis lain?. Lalu bagaimana dengan hatinya?.
"Kalau menurut kamu, Skaya gadis yang baik yaudah terima aja"Cowok itu mengusap lembut surai coklat milik sahabatnya itu.
"Makasih Zie, kesayangannya Vano emang baik"Kesayangannya Vano?,aku menyukaimu Van, lebih dari sahabat-batin Afika tersenyum miris.
*******
"Vano kemana sih??"kesal Afika menatap jam tangan hitam yang bertengger di pergelangan tangannya.
"Nih hp juga, ngapain mati sih, sial"umpatnya
"Fika..."Afika menoleh saat mendengar suara tegas itu memasuki pendengaran nya.
"Eh, Reksa iya kenapa?"tanya gadis itu sedikit mendongak untuk melihat wajah Antareksa
"Devan belum dijemput?"tanya lelaki itu dengan suara tegas yang menjadi ciri khas nya.
Afika menggeleng pelan
"Belum Sa, gue mau nge chat tapi hp gue lowbat""Ayo naik, gue anter. Gak ada penolakan"
Ucap Areksa memakaikan helm dikepala Afika."Reksa, gue belum bilang iya woi"
"Itu tadi Lo bilang iya"beo Areksa menampilkan senyum manis miliknya.
******
"Maaf....Vano tadi ketiduran. Zie pulang sama siapa?"
Afika menatap wajah Devano yang terlihat lelah dari layar ponselnya, lelaki itu benar-benar kelelahan.
"Iya it's okay, tadi Zie dianter sama Reksa"Entah, Afika merasa Devano sedikit menajamkan tatapannya saat mendengar nama Areksa.
"Van...""Yaudah, tidur besok sekolah."
"Iya Van"
"Good night kesayangannya Vano, sweet dream ya"
"Night too pangerannya Zie, sweet dream too"
..
.
.
Gak tau deh mau ngetik apa
See you next chapter guys 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE (on going)
Teen FictionSebuah persahabatan antara lelaki dan perempuan nyatanya tidak akan pernah bisa tanpa adanya rasa cinta yang murni. Salah satu atau bahkan keduanya mungkin saling mencintai. Seperti halnya dengan Devano dan Afika yang sudah menjalin hubungan persaha...