LVM - 34

190 34 0
                                    

Happy Reading ✨️

***

Tak terasa, hari pernikahan Erza dan Aziza akan dilangsungkan dalam tiga hari mendatang. Tepatnya akan dilaksanakan ijab kabul di kediaman mempelai perempuan, sedangkan untuk resepsinya diadakan di tempat yang berbeda.

Bali adalah tempat yang dipilih Erza untuk merayakan pesta pernikahannya. Cabang G&Z Hotellah yang menjadi tempat penyelenggaraan acara tersebut. Tamu yang diundang akan diperkirakan lebih dari seribu, mengingat Gavin dan abi-nya Aziza bukanlah orang sembarangan, pastinya kedua belah pihak mengundang orang-orang penting dalam pernikahan anak-anak mereka.

Sampai saat ini juga, Adam dan Cira masih belum memberikan kabar kehamilan kepada orang tua mereka. Hari ini Adam mengajak Cira untuk memeriksakan kandungannya, sekaligus ingin berkonsultasi. Berbeda dari sebelumnya, pria itu mengajak Lili ikut serta.

“Papi, napa kita ke umah sakit? Mau temuan sama Dhiddy ya?” Kepala Lili mendongak, melihat wajah papinya dengan penasaran. Lili tahu betul rumah sakit yang sekarang didatanginya adalah tempat Vian bekerja. Di mana rumah sakit ini pula Adam pernah dirawat karena sakit tifus.

Mereka bertiga telah sampai di depan poli obgyn. Menduduki kursi kosong yang ada di sana sembari menunggu namanya dipanggil. Sebenarnya bisa saja Cira tidak melakukan antre, dengan membawa nama Zhafir, maka ia akan mendapat perlakuan lebih di rumah sakit ini meski seluruh dokter dan perawat di sini mengenalinya sebagai menantu keluarga Zhafir.

Namun, Cira tidak mau meski Adam sudah membujuknya agar tidak perlu mengantre dan lekas masuk dalam. Cira lebih suka seperti ini, berbaur bersama ibu-ibu hamil lainnya supaya bisa berbagi pengalaman.

“Bukan ketemu Dhiddy, tapi mau meriksain Mami,” jawab Adam yang memangku tubuh sang Putri.

Mendengar jawaban dari Adam langsung membuat Lili menatap Cira yang sedang memberi senyum pada ibu hamil di sampingnya. “Mami napa?” Dia mengguncang pelan lengan Cira.

“Kenapa?” Cira balik bertanya. Tidak mengerti maksud Lili yang mengguncang lengannya, ditambah raut batita itu yang tampak khawatir kepadanya.

“Kata Papi, kita di nini mau miksain Mami ukan temuan ama Dhiddy. Mami napa emangna? Mami sakit?”

Oh, Cira paham. “Mami nggak sakit, Sayang. Mami cuman lagi ngecek kesehatan, pokoknya nanti Lili tahu sendiri pas udah di dalem.”

Tangan gemuk itu menjulur ke arah Cira. “Yiyi mau ama Mami.” Dalam sekejap, Lili sudah berada di pangkuan wanita itu. Adam sempat mencegah, namun putrinya itu kukuh ingin bersama Cira. Daripada membuat keributan, Adam memilih mengalah meski mata tajamnya tetap mengawasi sang putri.

“Ini anaknya, bu?”

Cira tersenyum kepada ibu hamil di sebelahnya. Dilihat dari besarnya perut ibu itu, tampaknya dia sedang hamil tua. “Iya.”

“Masih kecil ya untuk ukuran mau punya adik. Tapi nggak apa-apa, biar sekalian capek ngurus anak.”

“Hahaha, bener. Biar tinggal enak aja nanti mah. Ibunya sendiri sih lagi hamil anak ke berapa?”

“Anak ketiga,” sahut ibu hamil yang mengajak Cira bicara, tangannya mengelus perut besar saat merasakan tendangan dari anaknya.

“Kandungannya usia berapa, bu? Kayaknya udah tinggal nunggu waktunya lahiran nih.” Cira dapat melihat tendangan yang diperbuat oleh calon anak ibu itu. Diam-diam Cira ikut mengelus perutnya yang baru sedikit membuncit, ia sudah tidak sabar merasakan tendangan bayinya lagi.

“Delapan bulan. Tapi, saya agak tremor ngebayangin pas lahiran nanti, soalnya baru kali ini dapet kembar.”

“Kembar?” Manik istri Adam itu berbinar mendengarnya. Ah, memikirkan ia mempunyai anak kembar seperti ibu itu pasti akan seru dan lucu. Namun Cira tetap bersyukur walaupun Tuhan memberikannya hanya satu anak yang dikandungnya saat ini.

Love Very Much [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang