2.

1.3K 107 47
                                    

"Inspektur McGalladrie."

Jake menoleh menatap salah satu anak buahnya yang menyodorkan sebuah map besar dengan banyaknya kertas hingga menimbulkan tumpukan tebal didalamnya, seragam khas kepolisian melekat di tubuhnya. Sudah 2 hari sejak kejadian dimana Sunghoon dan monster sialan itu menyetubuhinya, kekasihnya hilang bagaikan di telan bumi. Tidak ada kabar terbaru yang biasanya Sunghoon lakukan untuknya, tidak juga lelaki itu menghubunginya. 1hari ketika Sunghoon tidak menghubunginya, Jake langsung menghampiri apartemen Sunghoon dan tidak ada jawaban sama sekali ketika Jake mengetuk pintu kamarnya.

Jake akui, ia benci jika Sunghoon harus terjebak dalam kekuatannya yang seperti pengecut. Bukannya Jake akan menghina kemampuan Sunghoon, dibandingkan ingin berkembang pesat. Tetapi Sunghoon takut untuk melangkah dan mencoba hal baru seperti bereksperimen dalam banyak hal. Namun selang seminggu yang lalu Sunghoon tiba-tiba menghubunginya, bahwa ia mencoba salah satu pengujian laboratorium dan mendapat pujian bagus bahkan kenaikkan pangkat menjadi asisten Professor terkenal disana.

Jake senang? Jelas sekali senang, disana pikiran Jake memastikan bahwa Sunghoon tidak takut lagi untuk mencoba keluar dari zona nyamannya. Tetapi sekarang? Kebenaran semakin terkikis untuk terungkap dihadapan Jake. Sebagai Inspektur terpecaya di kotanya membuat Jake mendadak seperti serangan jantung mendapati bahwa kekasihnya terseret akan kasus ini. Namun bukan berarti Jake juga buta bahwa setiap orang yang Jake lewati saat berjalan diluaran sana, pasti banyak penjahat kriminalitas yang belum ditangkap.

"Inspektur, kasus tentang pembunuhan Aurel sedang di usut, ada kemungkinan Ketua memberikan petuah lain dan menyuruh team Galaxy beraksi."

Jake menganggukkan kepalanya, ia mematikan rokoknya yang menyala di dalam asbak. Lalu membuka perlahan tiap lembaran data yang didapatkan anak buahnya.

"Dean, coba kau cari jangan berdasarkan dimana ia terakhir terlihat dan juga sahabat terdekatnya. Cari apa yang memicu dirinya berakhir tragis dengan 4 peluru yang ditembakkan dalam dadanya malam kemarin."

Wajah Jake sungguh tak bersahabat, kedua matanya memandang datar pada Dean yang menundukkan kepalanya. Jika Jake biasanya akan bersikap santai dan supel, maka saat sedang serius mereka akan melihat betapa angkuhnya Inspektur kesayangan Ketua.

"Kita lihat, seberapa jauh team sampah itu mengendalikan kasus yang selalu kita jalani. Seperti tak ingin mengalah saja." Jake membanting map tersebut di mejanya, dengan gestur jemari mengusir Dean dari ruangannya. Jake beranjak, dan menutup langsung pintu ruangannya bisa-bisanya ia lupa menutup tadi makanya Dean bisa berani masuk dan memberi informasi menyebalkan.

Kedua matanya terpejam seraya meregangkan kedua tangannya, ia meraih ponselnya dan mengklik panggilan cepat angka 1 yang terhubung pada kekasihnya. Dering pertama langsung di angkat oleh Sunghoon. Membuat Jake menahan diri untuk tidak mencak-mencak pada perubahan sifat Sunghoon saat ini.

"Kau masih ingin mencoba kabur dari jangkauanku, Sunghoon?"

Bisa Jake dengan di seberang sana Sunghoon menghela nafasnya, bunyi mesin laboratorium bisa Jake dengar juga samar-samar. "Aku tidak kabur, Jake. Aku ingin menenangkan diri dulu."

Jake tertawa dengan nadanya yang tidak menyukai gagasan Sunghoon saat ini, si cantik beranjak dari duduknya seraya mengambil dompet dan juga lencana yang akan ia tunjukkan ketika bekerja di TKP. Map merah tadi sempat ia pandangi sesaat sebelum akhirnya berdecih dan membalas perkataan Sunghoon. "Menenangkan diri dari rasa jadi pengecut iya? Mau sampai kapan kau tidak menjelaskan padaku tentang malam itu, tentang malam-malam sebelumnya yang kau berikan makan seenak jidat pada monster itu." Mungkin ad rasa terkejut dari Sunghoon ketika Jake mencercanya seperti itu, diamnya Sunghoon ingin membuat Jake menangis.

VenomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang