5.

989 78 8
                                    

Jake berjalan menuju ruangan Ketua yang berada di lantai 2, ia sesekali menyapa para pegawai lain yang memanggil namanya ketika bertemu. Pantulan dirinya didalam lift benar-benar membuat Jake harus menghela nafasnya. Wajahnya kacau dengan tidur yang tidak begitu nyenyak, memikirkan segala cara dan segala konsekuensi hal ini. Sebuah amplop putih dengan tempelan label bertuliskam barang bukti ia genggam erat.

"Jake, kenapa tiba-tiba kau menghubungiku?"

Bisa ia lihat Ketua sedang berada di luar ruangan dan terduduk di sofa dengan televisi yang menyala. "Ini penting, Kapten." Jika Jake memanggilnya dengan sebutan itu membuat Andrew langsung mengarahkan Jake masuk ke dalam ruangan kerjanya. Wajahnya begitu tenang melihat raut gugup Jake yang mencuri perhatiannya. "Rileks saja, Jake. Aku tidak menyukai rasa gugup yang di torehkan anak buahku." Jake menghela nafasnya mencoba menenangkan diri dan menatap Andrew sembari menutup pintu ruangan itu.

"Aku tidak ingin berlama-lama, ada tugas yang harus ku kerjakan pagi ini-"

Ia memberikan amplop putih itu beserta flashdisk yang sudah Jake siapkan di atas meja. "Setiap kali bertugas aku selalu merekam kegiatan diriku yang berada di TKP, jujur saja aku pikir aku berhalusinasi saat itu. Hanya saja ternyata tidak-"

Si cantik menggelengkan kepalanya tak habis pikir, kedua matanya kembali memanas seraya menatap lekat amplop putih yang dia berikan tadi. "Aku harap Kapten tidak membeberkan soal ini dulu, bantu aku menuntaskan kasusnya. Aku permisi." Jake menundukkan tubuhnya seraya keluar dari ruangan Andrew, urusan jika Andrew ingin bertanya lebih lanjut bisa ia tangani. Untuk pagi ini, ia ingin bekerja tanpa hambatan apapun.

"Inspektur! Kita berangkat sekarang."

Sesampainya di lantai dasar ia menghampiri Dean yang menarik lengannya, kedua matanya mendapati Jordan baru turun dari mobil milik kantor bersama anak buahnya. Dengan senyum formal yang Jake berikan dibalas tatapan acuh oleh Jordan, Jake sendiri hanya mampu mendengus dalam hati. Bukan hal aneh kenapa Jake membenci team Jordan, sikap sombongnya Jordan dan juga setiap porsi tugas yang diberikan Ketua dia tidak mau berbagi pada Jake. Si cantik bisa saja merasa senang, toh siapa yang menginginkan gaji besar dan tidak mengerjakan tugas berat kan?

Namun lain lagi bagi Jake, dia mempunyai seorang Ayah berpangkat tinggi di unit kepolisian. Terpantau sudah kinerja dirinya di kantor, walau bisa dibilang sikap kejamnya menurun dari sang Ayah tak dapat dipungkiri bahwa kinerjanya begitu cekatan dan lebih teliti tanpa tergesa-gesa. Itulah salah satu alasan Andrew merekrut Jake karena kemampuannya bukan cari muka depan Ayah Jake yang termasuk orang penting di California.

"Inspektur Jordan mengesalkan sekali wajahnya." Gerutuan Josh membuat Jake terkekeh kecil, ia mengambil iPad yang biasa Dean pegang seraya memperhatikan setiap adegan yang muncul di dalam rekaman cctv di layar iPadnya.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah kepolisian sudah memberikan garis kuning di rumah itu?"

"Justru itu, aku bersama Josh semalam sedang berjalan melewati rumah itu. Karena seperti yang kau bilang, Inspektur. Meninggalnya Victoria terlihat ganjil." Ujar Kyle seraya membelokkan mobil mereka menuju persimpangan jalan, ia masuk ke dalam halaman auntie anne's untuk drive thru sesuatu.

"Dan kalian sedang apa berjalan melewati daerah sana?" Jake menoleh pada Kyle yang memberhentikan mobil mereka dibelakang antrian mobil lain. Ia membuka dashboard seraya memberikan sebuah kamera digital berbentuk persegi pada Jake.

"Kita hanya buat vlog dengan judul mengelilingi kota California, Inspektur. Lalu saat tanpa sadar kita berada didaerah sana Josh memukul bahuku dengan heboh-" Ucap Kyle sambil melirik ke arah Josh yang sedang memainkan ponselnya, dia mendongak dan menatap keduanya pakai tampang tak berdosa.

VenomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang