Didalam kelas hanya terdapat beberapa murid, dan disinilah Alena dengan dua dayangnya berada. Alena melumuri kursi Jennie dengan lem sangat banyak, sedangkan Lifya dan Sherlly berjaga dipintu.
"Len dia datang! " Seru Sherlly.
"Tapi sama Arika, gimana nih? " Tanya Lifya.
Alena yang tadinya tersenyum senang sekarang berdecak kesal,"Sial, dia ngapain selalu jagain tuh anak sih. "
"Eh tapi Arika dipanggil sama temennya tuh, cepet-cepet Jennie mau masuk. "
Sherlly dan Lifya menghampiri Alena yang sekarang sudah duduk dibangku depan Jennie. Tidak lama Jennie pun datang, ia sempat curiga dengan tiga orang yang sedang tersenyum menatapnya.
"Hai Jennie, kita... mau minta maaf soal kemarin, " Ucap Alena menghampiri Jennie perlahan.
"Gue juga minta maaf ya Jen, gelang nya udah dibalik sama Arika kan? " Tanya Lifya yang ikut menghampiri Jennie.
"Gue minta maaf juga udah ikutan bully lo, " Ujar Sherlly.
Jennie merasa semakin aneh dan mempunyai firasat buruk pada mereka, namun ia tetap tersenyum tipis. "Iya santai aja, itu gak seberapa kok. "
"Oh gak seberapa? Oke, liat aja nanti gue kasih lo pelajaran lebih. "Batin Alena.
Alena tersenyum, "Ya udah, sebagai bentuk minta maaf kita, seharian ini kita turuti semua kemauan lo. "
"Gak usah, gue gak perlu itu. "
"Gapapa, anggap aja ini sebagai perkenalan kita biar lebih akrab sama lo. "
Lifya mengambil minuman yang sudah disiapkan sebelumnya, "Nih gue bawain minum spesial buat lo. "
"Gak usah makasih gue-"
"Udah gapapa gak usah malu-malu. " Alena memegang kedua bahu Jennie dan menuntunnya untuk duduk.
"Sekarang lo duduk santai aja. "
Setelah Jennie duduk, senyum mereka pun semakin merekah. Sedangkan Jennie merasa ada yang salah dengan kursinya, ia mencoba bangun namun susah hingga harus sedikit ia paksa dan akhirnya bisa terlepas, namun terdengar suara robekan.
Jennie dengan cepat kembali duduk. Suara robekan yang terdengar cukup keras ditengah sunyinya kelas itu mengundang tawa para penghuni kelas yang ada.
Begitu juga dengan Alena,Sherlly, dan Lifya yang tertawa puas. "Aduh kenapa Jen? Rok lo robek ya? " Tanya Sherlly mengejek dan kembali tertawa.
"Ini pasti kerjaan kalian, "Ucap Jennie.
"Loh kok kita, coba deh di liat dulu dikursi lo. "
Jennie melihat kekursinya dan menyentuh cairan lengket itu,"Lem? " Gumamnya.
"Kenapa? Ada lem ya di kursi lo? "
Alena mengangguk sok paham,"Ooh... Jadi karena itu roknya Jennie robek guys. " Ia kembali tertawa puas.
"Sini, gue bantu lunturin lemnya, " Alena mengambil minuman yang dipegang Lifya tadi lalu menyiramkan nya diatas kepala Jennie.
"Etss! Jangan berdiri, nanti keliatan loh bolongnya, " Ucapan Lifya membuat Jennie yang tadinya ingin bangkit dan melawan menjadi tak berkutik.
"Baik 'kan kita masih bantuin lo. "
"Gimana, lem nya udah luntur? Oh kurang ya? Bentar gue ambil air lagi. " Saat Alena berbalik, tiba-tiba ia terhempas kelantai dengan begitu keras akibat dorongan dari seseorang.
"Masih berani buat bully orang lo! Kalian gak kapok di skors seminggu dengan kasus yang sama? "
"Heh bitch! kita diskors itu juga gara-gara lo! "
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Dinding SMA
Teen FictionBunuh diri atau dibunuh? Hal itu yang mengganggu pikiran Jennie hingga ia memutuskan mencari tahu sendiri. "Terlalu kepo itu gak baik. "--- Someone.