Di sebuah kantor polisi yang ramai akan orang-orang mengunjungi sanak saudara, keluarga, kerabat, maupun teman yang sedang menjadi tahanan di sana. Mereka bercengkrama melepas rasa rindu satu sama lain.
Gion turun dari mobilnya, kemudian berjalan masuk ke dalam kantor polisi tersebut. Gion ingin melihat perkembangan kasus kematian adiknya.
Saat sedang berdiskusi dengan polisi, Gion mendapat telepon dari Alura, pemuda itu mengerutkan kening bingung.
Pasalnya tak biasa Alura menelponnya seperti sekarang ini, paling hanya mengirim pesan dan itu pun sangatlah jarang.
Gion segera mengangkat telepon tersebut.
"Halo Ra?"
"Dia ada di kost gue, cepet ke sini dan bawa polisi."
"Di-"
"Dan satu lagi, jangan membunyikan sirine polisi. Mengerti?"
"Iya, ta-"
Belum sempat Gion menyelesaikan ucapannya, Alura kemudian menutup teleponnya secara sepihak.
Gion menghela nafas, tapi tak urung pemuda itu mengikuti perintah dari Alura.
****
Alura kembali dari kamar mandi setelah menelpon Gion. Gadis itu melangkah dengan wajah datar menuju tempat dimana Daren dan bu Diana duduk.
Mereka bertiga sedang mengadakan sarapan pagi bersama, entah dalam rangka apa. Karena tiba-tiba Daren datang mengacau acara sarapannya dengan bu Diana.
Alura duduk dengan santai seakan tak terjadi apapun. Begitulah Alura, gadis manipulatif.
"Saya membawakan sandwich untuk tambahan sarapan," ujar Daren mengeluarkan sebuah sandwich dari dalam paper bag yang di bawanya.
"Wah terimakasih ya, kebetulan saya juga lagi pengen makan sandwich." sahut bu Diana, kemudian mengambil sepotong sandwich tersebut dan memakannya.
Daren hanya membalas dengan senyuman, pandangan pria itu tak bisa lepas dari wajah cantik milik Alura. Bukan hanya wajah, tapi aura gadis itu benar-benar membawa daya tarik tersendiri.
Setelah beberapa saat, tiba-tiba pintu terbuka dengan keras. Di ambang pintu sana, terdapat Gion beserta polisi tengah menatap Daren tajam.
Daren tersentak kaget melihat kedatangan polisi, sial! Siapa yang berani memanggil polisi sialan itu kesini?!
Daren mengetatkan rahangnya menahan emosi, netra pria itu tak sengaja menatap Alura yang ternyata juga tengah menatapnya seraya tersenyum mengejek.
Sial! Apa gadis itu yang menelpon polisi?
"Kami dari pihak kepolisian akan menangkap anda karena tuduhan kasus pembunuhan seorang gadis bernama Viona." titah Polisi mengeluarkan sebuah borgol.
Sementara itu saat hendak mendekati Alura, tangan Daren tiba-tiba ditarik paksa oleh Gion. Tanpa aba-aba, Gion melayangkan satu tinjuan ke pipi Daren, sedangkan Daren yang tidak siap pun sedikit terhuyung ke belakang.
"Sialan lo! Berani-beraninya lo bunuh adek gue!" geram Gion kembali melayangkan pukulan ke wajah Daren.
Gion terus memukul Daren membabi buta, hingga polisi kewalahan mengatasi emosi pria itu.
"Cepat bawa dia, jangan sampai kabur lagi!" ujar Alura yang tengah berusaha menahan Gion agar berhenti memukuli Daren.
Lain halnya dengan Daren, pria itu malah menatap Alura tidak percaya. Berani sekali gadis itu bermain-main dengannya!
"Bukti apa yang kalian miliki, sehingga berani menangkap saya?" tanya Daren sembari menatap polisi-polisi itu dingin.
Mereka terdiam kemudian menatap satu sama lain. Daren yang melihat hal itu pun tersenyum menyeringai.
"Kami memang tidak punya bukti, tapi kami punya surat penangkapan!" sergah ketua kepolisian.
"Cih! Polisi bodoh." umpat Daren sembari menatap remeh polisi-polisi tersebut.
"Mereka memang tidak punya bukti, tapi saya punya, tuan Daren." ujar Alura angkat suara, lalu berjalan mendekat ke arah Daren.
Alura kemudian mengeluarkan sebuah gantungan kunci berisikan foto anak kecil laki-laki yang tengah digendong oleh seorang wanita paruh baya.
Daren terdiam sebentar melihat benda tersebut.
"Bukankah ini milik anda? Anda menjatuhkannya saat berusaha kabur setelah membunuh Viona." jelas Alura disertai senyum mengejek. Sementara Daren menatap gadis itu dengan pandangan rumit.
"Dari mana kau tahu bahwa itu milik saya?" tanya Daren menatap gadis dihadapannya ini datar.
"Tulisan di belakang benda ini, sudah menjelaskan segalanya." jawab Alura sembari membalikkan gantungan kunci tersebut. Di sana terdapat nama 'Daren' disertai tanda tangan seseorang di bawahnya.
"Apakah masih kurang jelas?" tanya Alura seolah mengejek keterdiaman Daren.
Daren mengepalkan kedua tangannya menahan emosi, gadis ini benar-benar membuatnya mati kutu sekarang. Tapi entah kenapa, hal itu membuatnya semakin tertarik untuk memiliki gadis yang sedang berdiri dihadapannya ini.
"Silahkan dibawa pak, tunggu apalagi?" titah Alura.
Kemudian ketua kepolisian segera memborgol tangan Daren, lalu membawanya pergi dari sana.
Sementara Daren tetap diam saat borgol itu sudah terpasang di kedua tangannya, matanya terus memandang Alura dengan pandangan rumit.
Setelah kepergian Daren dan polisi-polisi itu, Gion mendekat ke arah Alura dan bu Diana, wanita paruh baya itu sepertinya sedikit syok karena kejadian barusan.
"Alura,"
Alura yang dipanggil pun menoleh seraya mengangkat sebelah alisnya.
"Terimakasih, karena lo udah bantuin gue nangkep pelakunya." ujar Gion menatap Alura tulus.
Gadis itu mengangguk sebagai jawaban.
"Alura saya harus pergi sekarang, ada sedikit masalah di Cafe." ucap bu Diana kemudian mengambil tasnya bersiap pergi dari sana.
"Benarkah? Haruskah saya membantu bu Diana untuk menyelesaikannya?" tanya Alura.
"Tidak perlu nak. Bukankah kau ada kelas siang hari ini?" sahut bu Diana.
"Ah benar." gumam Alura.
Bu Diana tersenyum.
"Saya pergi dulu, terimakasih untuk sarapannya." ujar bu Diana kemudian melenggang pergi dari sana.
Gion menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat menyadari bahwa hanya mereka berdua yang tersisa di kost tersebut.
"Kalau gitu, gue juga pergi ya Ra. Gue mau meriksa perkembangan kasus adek gue." ujar Gion.
"Hmm, pergi sana." balas Alura dengan ekspresi datar.
"Lo ngusir gue?"
"Iya."
Gion kemudian mendekat ke arah Alura dan mengacak rambut gadis itu gemas, dengan tawa kecil menghiasi bibirnya.
Kemudian Gion pergi, meninggalkan Alura yang mematung di tempat tanpa ekspresi.
Alura tersadar, kemudian berjalan menuju meja makan. Gadis itu mengambil sandwich yang di bawa oleh Daren, lalu melemparnya ke tong sampah.
****
Thanks udah baca, see you next time🤍.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet but psycho (Alura Tamara)
Misterio / Suspenso"Alura mana?!" "Ikut gue! Tadi dia lari ke arah sana!" Sementara Alura, ia terus berlari mengejar mereka. Saat ia mengarahkan senternya tepat di tempat mereka berada, Alura dapat melihat dengan jelas, bahwa di sana, didekat pohon yang menjulang t...