Tahun 2010
Sore itu menjadi hari terburuk bagi keluarga Atmajaya. Siapa yang menyangka bahwa putra bungsu dari pasangan Yudha dan Farah akan hilang di tengah keramaian kota Jogja.
Mereka yang bertujuan mengambil liburan setelah sekian lama, berakhir membawa kabar buruk dan penyesalan yang tidak akan pernah bisa terlupakan.
"Kemana lagi kita harus mencarinya!" teriak Farah dengan tangis yang tidak bisa ia hentikan. Terhitung sudah 24 jam semenjak mereka kehilangan sang putra kecil mereka yang masih berumur 4 tahun. Sudah dilaporkan pada pihak kepolisian tapi sampai detik ini pun tidak ada kemajuan.
Yudha mencoba menenangkan sang istri, walau pikirannya kalut tapi sebagai kepala keluarga ia tidak boleh terlihat bahwa ia pun panik. Jika begitu, kepada siapa keluarganya bersandar atas kejadian tidak terduga ini?
Sementara anak kedua dan anak ketiga hanya diam menatap kedua orang tuanya dengan bingung. Mereka masih kecil dan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi berbeda dengan anak pertama —Jakah tahu bahwa adik nya tidak ada bersamanya.
Jakah mengerti bahwa ia kehilangan adiknya. Tapi ia tidak bisa melakukan apapun selain mengusap pundak sang mama yang sedang duduk menangis. Ia hanya bisa berdoa kepada Tuhan, untuk keselamatan adik kecilnya.
"Jakah, bisa kamu ke kamar bareng Danial sama Kana? Papa sama Mama mau ngurus sesuatu sama pak polisi." Yudha mengusap pucuk kepala Jakah yang membalas anggukan dari permintaan ayahnya itu. Jakah pun menyuruh adik-adiknya untuk masuk ke kamar meninggalkan kedua orang tuanya.
Farah menyahlakan dirinya atas kelalaiannya menjaga anaknya sendiri, sementara Yudha merasa tanggung jawab nya tidak berarti sama sekali.
Bagaimana anak berumur 4 tahun itu hidup di tengah kota? Apa ada yang menculiknya? Pasti dia sedang mencari kedua orang tuanya kan? pasti dia sedang menangis? pasti dia sedang kelaparan? apa dia bahkan tidur?
Pikiran negatif menghantui isi kepala Farah. Semakin dipikirkan semakin menumpuk rasa penyelasalan itu. "Yud, pasti Raksha lagi nangis cari kita. Dia bahkan tidak bisa banyak berbicara. Dia bahkan tidak tahu jalan. Tubuhnya rapuh dan dia sering terjatuh. Gimana ini? ini salahku! ini sudah sehari, semakin aku pikirkan semakin aku tidak waras!"
Yudha menegak salivanya. Apa yang harus ia lakukan agar menemukan anaknya? uang bahkan tidak bisa mengembalikan anaknya.
"Ya Tuhan, tolong kami..."
Kehilangan putra bungsu —Raksha Atmajaya Baskara meninggalkan bekas luka yang bahkan sampai 14 tahun lamanya masih belum sembuh. Luka yang mungkin tidak akan pernah tertutup dan akan selalu tertinggal di dalam hati kedua orang tua Raksha. Kenangan singkat tentang Raksha akan selalu terkenang dan juga kenangan tersebut menjadi trauma yang besar bagi keluarga mereka.
🍭
Tahun 2024 ( 14 tahun kemudian)
Lelaki bertubuh kurus itu memakai sepatu sekolahnya yang sudah usang. Ia lalu membenarkan ranselnya yang hampir terjatuh dari tangannya. Matanya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 5 pagi.
"Masih ada waktu," gumamnya, ia menghela nafas panjang sebelum ia pergi berangkat ke kampus pagi ini untuk menjalani masa orientasi mahasiswa baru.
Beruntungnya Alaska, ia mendapat beasiswa dan di terima di salah satu universitas negeri di Bandung. Ia memang sudah rajin sejak dulu, bukan karena kemauannya tapi karena keadaannya yang mengharuskan ia menjadi sosok yang mandiri dan pekerja keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hope in my home || NCT
Teen Fictionkisah seorang lelaki dengan takdir yang selalu mempermainkannya. Ia tidak sengaja harus berpisah dengan keluarga aslinya tapi siapa sangka bahwa selama ini keluarganya berada sangat dekat dengannya. BROTHERSHIP, FAMILY🍭