Farah menemani Alaska sepanjang hari ini. Seperti menonton film, membuat makan siang, mengobrol dan lainnya. Alaska tidak pernah merasa sesenang ini selama hidupnya. Hal-hal yang dulu hanya ia bayangkan dan tonton melalui film-film. Kini ia bisa merasakan perasaan itu secara nyata.
Baginya Farah adalah sosok yang sangat baik dan lemah lembut. Tutur bicaranya, sikapnya dan perasaan sayangnya pada Alaska benar-benar tersalurkan dan disampaikan dengan baik. Hingga Alaska lama kelamaan merasa nyaman dengan orang tuanya itu.
Sudah seminggu Alaska di rumah baru. Tidak pernah ia kekurangan. Tidak pernah ia tidak diperhatikan. Baik Farah dan Yudha benar-benar menjaganya sampai di diluar batas alias berlebih. Tapi Alaska tidak peduli. Ia membutuhkan hal itu, walau biasanya ia menjadi mandiri.
"Kamu hanya makan segitu? tambah lagi saja. Itu juga habisin saja ikannya, kakak mu tidak akan menghabiskannya. Buat kamu saja." Farah berucap sembari menyodorkan sepiring ikan terakhir pada Alaska.
Tidak hanya itu, sepanjang makan malam. Yudha dan Farah terus bertanya pada Alaska. Seperti tidak ada habisnya pembicaraan mereka bertiga, membahas kehidupan Alaska dan Alaska tidak bisa menolak hal itu karena ia merasa tidak sopan jika ia menghentikan mereka untuk bertanya lebih jauh, karena kehidupan Alaska sangat membosankan.
Disaat makan malam yang berisik itu, Danial yang merasa sudah cukup kenyang akhirnya memilih untuk pergi. Ia membereskan alat makannya dan berdiri, membuat Jakah menyadari itu.
"Selesai? Mau langsung ke kamar?" tanya Jakah.
"Iya. Gue capek bang mau istirahat," balas Danial. Tidak ada perubahan pada raut wajahnya, ia juga menatap kedua orang tuanya sebagai meminta izin untuk pergi.
Alaska juga melihat itu, ada perasaan bahwa sebenarnya Alaska juga ingin dekat dengan Danial. Tapi ia sama sekali tidak tahu harus bagaimana memulai percakapan dengan lelaki itu. Semenjak kedatangannya, Danial memang terbuka padanya tapi perlahan sikapnya acuh tak acuh. Walaupun bukan berarti Danial tidak peduli pada Alaska. Hanya saja Alaska tidak mengerti bagaimana perasaan Danial yang terkadang baik dan terkadang menyeramkan.
"Alaska, besok papa sama mama mau ke undangan pernikahan sodara kamu. Kamu ikut ya, mereka juga mau liat kamu hadir. Habis itu kita bisa jalan-jalan," ucap Yudha dengan senang.
"Mama udah siapin pakaiannya juga. Kamu juga nggak banyak barang disini, baju juga sedikit. Jadi besok sekalian aja belanja."
Alaska tersenyum tipis merasa tidak enak karena ia selalu merasa Yudha dan Farah membelikannya terlalu banyak barang. Rasanya sayang sekali jika Alaska saja jarang memakainya juga dan jika Alaska liat harganya cukup membuat batin Alaska tersiksa karena ia tahu mendapat uang segitu saja ia harus bersakit-sakit. "Alaska udah cukup. Gausah belanja nggak apa-apa."
"Nggak apa Alaska, mama sama papa cuma mau hal-hal yang dulu mereka nggak bisa lakuin, mereka lakuin sekarang. Mereka pingin buat kamu nyaman. Anggap aja hadiah ya." bisik Jakah dengan kekehan.
Jakah lalu merangkul Alaska yang duduk di sebelahnya itu. "Kamu juga sekarang nikmatin aja perhatian mereka. Dulu keluarga ini nggak pernah saling memperhatikan satu sama lain."
Mendengar ucapan Jakah sukses membuat Alaska bertanya- tanya atas apa yang terjadi sebelum Alaska berada disini, dan melihat ekspresi Jakah cukup membuat Alaska merasakan perasaan aneh. Seperti perasaan sedih dan ada nada kekecewaan disana.
"Gue gimana? mau ikut ke undangan, gue diundang nggak?" sahut Kana membuat Yudha dan Farah saling bertukar pandang.
"Kamu pergi sama abang kamu saja, ya kalian juga di undang, kalian kan anak papa mama juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope in my home || NCT
Roman pour Adolescentskisah seorang lelaki dengan takdir yang selalu mempermainkannya. Ia tidak sengaja harus berpisah dengan keluarga aslinya tapi siapa sangka bahwa selama ini keluarganya berada sangat dekat dengannya. BROTHERSHIP, FAMILY🍭