"Pa, bikinin aku bekal dong buat besok sekolah?"
Sore ini Wonyoung dengan pakaian rumah ala kadarnya –alias cuma kaos polos warna pink dan celana pendek– tengah bersantai sambil duduk sila di atas sofa dengan setoples cookies menemani dirinya menonton film di TV.
"Bukannya besok libur? Hari minggu kan?" Tanya Hyungwon menatap heran putrinya.
Bibir Wonyoung cemberut, "ya nanti pa hari senin nya pas aku masuk sekolah. Sesekali, kangen masakan papa"
Hyungwon menoleh ke arah anaknya, menutup laptopnya yang ada di hadapannya dan meninggalkan kerjaannya sebentar.
"Tumben banget. Bukannya waktu dulu kamu kapok ya sama masakan papa? Terus gak mau lagi?" Hyungwon menatap Wonyoung yang masih fokus dengan film yang di tontonnya.
Mendengar itu membuat Wonyoung menoleh ke arah papanya yang tepat di sampingnya, dan kemudian dirinya membuat aegyo... "Ya bikin yang enak dong, pa. Lagian dulu bikin telur dadarnya asin banget. Ya gak aku makan lah" Dan Wonyoung lanjut cemil cookiesnya.
"Beneran?" Hyungwon menatap nya tak percaya.
Pernah waktu Wonyoung kecil, di beri bekal makan oleh papanya –waktu sang mama sedang tidak enak badan tidak bisa membuat sarapan untuk keluarga kecilnya, meminta sang suami memasak untuk Wonyoung karena ada pelajaran olahraga dan harus membawa bekal– Ya Hyungwon pun berusaha membuatnya meski hasil rasanya tak enak seperti masakan dari buatan tangan istrinya. Pernah bertanya kenapa bekal nya masih utuh, Wonyoung bilang gak mau lagi, "kayak air laut, aku gak suka" Begitu katanya.
"Iya, papa ku sayang. Biar ngobatin rasa rindu aku karena kangen masakan mama" Setelah Wonyoung berkata seperti itu, Hyungwon jadi terdiam.
Seratus persen bener kok. Gak sepenuhnya bohong. Meski hanya ada sedikit beberapa kejadian tadi saja di sekolahnya yang tak Wonyoung ceritakan kepada papanya.
Flashback on...
Siang hari pukul 09.38 setelah kejadian di kantin sekolah.
Wonyoung memandang lutut nya yang telah di beri plester. Sejujurnya dirinya paling takut melihat darah meski sedikit. Pernah waktu kecil sedang belajar sepeda bersama papanya, tanpa roda bantuan, dirinya bisa menyeimbangkan sepeda itu namun beberapa menit selanjutnya dirinya sudah terjatuh tertimpa sepeda dan menimbulkan beberapa memar juga luka berdarah di kakinya.
Sebab itu, kini Wonyoung terbaring lemas di atas ranjang uks. Ruka belum datang, apa mungkin sudah kembali ke kelasnya? Namun, Wonyoung belum mendengar adanya bel berbunyi. Jadi ia menaikan selimut itu sampai batas dadanya. Memilih memejamkan matanya.
Ruang UKS itu kosong, hanya ada Wonyoung. Petugas PMR yang menjaga nya sedang keluar entah kemana, Wonyoung pun tidak tahu.
Hampir saja dirinya terlelap kalau saja tidak ada yang membangunkan nya, itu petugas PMR yang tadi.
"Jangan lupa di makan ya" Katanya sambil menaruh semangkuk makanan dan sebotol air mineral di atas nakas yang berisi beberapa obat-obatan.
"Dari teman kamu tadi, dia gak bisa kesini karena di suruh bu Lalisa bawa buku ke perpus"
Wonyoung kembali menegakkan badannya, memandang bergantian antara makanan yang di bawanya dan sosok laki-laki yang berdiri di samping nya.
"Mmm, makasih ya kak... " Wonyoung memang sengaja menggantung kalimat nya karena tidak tahu nama cowok yang pakai kacamata minus itu.
"Heesung, panggil Heesung aja" Ucapnya seraya tersenyum.
"Makasih kak Heesung" Ujar Wonyoung membalas senyuman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Cold Boyfriend : Jangkku
Teen Fiction»Jangkku »Sunghoon x Wonyoung 📍on going. ↓↓↓ Katanya Seorang Park Sunghoon itu dingin gak ketolong kek kulkas berjalan? Yakin? Tapi kok dihadapan gadis bernama Jang Wonyoung malah manja kek big baby boy gitu? ♪ "Wonnie, mau pelukkk ya... Please...